PEMBAHASAN Gaya belajar siswa-siswi kelas VII dan VIII serta gaya mengajar guru di kelas tersebut dalam pembelajaran IPA di SMP Charitas 02 Mojosari Kabupaten OKU Timur.

yang dilihat daripada yang didengar, maka individu yang dominan ke gaya belajar visual akan merasa kesulitan dengan cara belajar yang berkaitan dengan indera pendengaran. Cara belajar yang berkaitan dengan indera pendengaran misalnya ceramahpenjelasan dari guru, mendengarkan rekaman audio dan lain sebagainya. Karena siswa merasa kesulitan dengan cara belajar ini, maka yang ada saat mengikuti pelajaran dengan cara tersebut akan merasa malas, bosan dan mengantuk. Hal ini terungkap dalam wawancara: Responden 1: P : Sekarang mbak mau tanya, kalau cara gurumu mengajar IPA itu bagaimana? Apakah lebih sering menjelaskan, lebih sering memberi catatanlebih sering menampilkan gambar-gambar, atau lebih sering melakukan praktikum? N : Lebih sering menjelaskan. P : Kamu senang nggak mendengarkan penjelasan dari guru? N : Kadang-kadang senang, kadang-kadang bosen. P : Kok kadang-kadang kenapa? N : Ya karena kadang-kadang bikin ngantuk mbak. P : Kamu lebih sering senangnya atau lebih sering bosennya? N : Lebih sering bosennya mbak. Responden 2: P : Sekarang, mbak mau tanya tentang cara gurumu mengajar. Dalam belajar IPA, gurunya itu lebih sering mengajar dengan cara seperti apa? memberikan penjelasanceramah, memberikan catatan menampilkan gambar-gambar, atau melakukan praktikum? N : Lebih sering menjelaskan mbak. P : Kamu suka kalau gurunya menjelaskan? N : Kadang-kadang suka, kadang-kadang nggak. P : Kenapa? N : Kalau menjelaskannya sambil di selingi lelucon suka mbak. Tapi kadang-kadang bosen dan ngantuk. Responden 3: P : Ooh.. Terus, kalau cara guru IPA mu mengajar itu bagaimana? Apakah lebih sering menjelaskan, memberikan gambar- gambarmencatatmembaca buku, atau melakukan praktikum? N : Memberikan gambar-gambar sama menjelaskan. P : Diantara memberikan gambar-gambar sama menjelaskan, mana yang sering dilakukan? N : Menjelaskan mbak. P : Selama pak guru menjelaskan, kamu betah duduk diam berapa lama? N : Ya sampai akhir pelajaran mbak. P : Itu selama dari awal sampai akhir pelajaran kamu selalu mendengarkan penjelasan guru atau tidak? N : kadang-kadang mbak. P : Kenapa? N : Karena kadang-kadang malas mbak kalau dengar pak guru menjelaskan. Dari ketiga kutipan diatas dapat dilihat bahwa ketika ketiga siswa tersebut mendengarkan penjelasan dari guru, mereka merasa bosan dan mengantuk. Hal ini menunjukkan bahwa memang ketiga siswa tersebut tidak senang mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh guru mereka saat proses pembelajaran berlangsung. Salah satu responden yang juga tidak merasa senang mendengarkan penjelasan mengatasi hal tersebut dengan membaca buku paket. Hal ini terungkap dalam wawancara: P : Tapi kalau gurunya menjelaskan, kamu masih bisa mengikuti pelajaran nggak? N : Masih mbak. Soalnya saat gurunya menjelaskan, di meja ada buku paket. Jadinya bisa baca di buku. Dari hasil wawancara tersebut, dapat dilihat bahwa cara siswa mengatasi cara mengajar guru yang tidak sesuai dengan cara belajarnya adalah dengan membaca buku paket. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tersebut belajar dengan menggunakan indera penglihatan. Maka dari kutipan-kutipan diatas dan berdasarkan ciri- ciri gaya belajar yang ada, dapat disimpulkan bahwa memang ketiga siswa tersebut memiliki gaya belajar visual. Setelah hasil dari wawancara dengan ketiga siswa diketahui, maka dapat dilihat apakah hasil gaya belajar siswa dari wawancara tersebut sesuai dengan hasil gaya belajar siswa dari angket. Hasil gaya belajar ketiga siswa tersebut dari angket check-list adalah lebih cenderung belajar dengan menggunakan aspek gaya belajar auditorial. Sedangkan hasil gaya belajar ketiga siswa tersebut dari angket pilihan ganda adalah lebih cenderung belajar dengan menggunakan aspek gaya belajar visual. Sedangkan hasil gaya belajar siswa dari wawancara dengan ketiga siswa tersebut lebih cenderung belajar dengan menggunakan aspek visual. Sehingga dapat dilihat bahwa hasil gaya belajar siswa dari angket pilihan ganda sesuai dengan hasil wawancara, dimana hasilnya adalah visual. Namun dalam hal ini, gaya belajar siswa dari hasil wawancara dengan hasil angket check-list berbeda. Perbedaan ini mungkin dikarenakan dalam belajar IPA siswa dominan menggunakan aspek gaya belajar auditorial, karena pada angket check-list pernyataan-pernyataan yang digunakan berkaitan dengan pembelajaran IPA sedangkan pada angket pilihan ganda pernyataan yang digunakan adalah pernyataan-pernyataan umum. Maka dari itu, kemudian dapat disimpulkan bahwa dari hasil penelitian, gaya belajar siswa secara umum adalah dominan pada aspek gaya belajar visual dan gaya belajar ini sesuai dengan hasil wawancara. Sedangkan gaya belajar kebanyakan siswa dalam pembelajaran IPA adalah dominan pada aspek gaya belajar auditorial.

2. Gaya Mengajar Guru

a. Gaya mengajar guru berdasarkan hasil pengamatan

Dari hasil analisis pengamatan, dapat dilihat bahwa dari 6 kali pertemuan, aktivitas yang terjadi di dalam kelas yang paling sering dilakukan adalah menjelaskan. Aktivitas menjelaskan dilakukan dengan alokasi waktu sebanyak 142 menit. Sedangkan aktivitas kedua yang sering dilakukan di dalam kelas adalah mengerjakan soal. Mengerjakan soal dilakukan dengan alokasi waktu 97 menit. Aktivitas ketiga yang terjadi di dalam kelas adalah menulis dimana alokasi waktunya adalah 50 menit. Aktivitas keempat adalah membaca dengan alokasi waktu 7 menit dan aktivitas yang terakhir adalah menggambar dengan alokasi waktu 6 menit. Aktivitas menjelaskan yang dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk melatih siswa belajar dengan menggunakan aspek auditorial. Sepertinya guru merasa bahwa dengan menjelaskan, maka siswa akan menerima materi yang diberikan dengan baik. Sehingga dalam memberikan materi pelajaran, guru lebih sering melakukan aktivitas menjelaskan. Gambar 3. Guru menjelaskan tentang jaringan meristim Selain aktivitas menjelaskan, aktivitas lain yang terjadi di dalam kelas adalah mengerjakan soal. Jadi dengan mengerjakan soal, siswa dilatih untuk mencoba-coba menyelesaikan soal yang diberikan kepada mereka. Dengan begitu, aktivitas ini merupakan aktivitas dimana dalam belajar siswa lebih cenderung belajar dengan aspek kinestetik. Jadi dalam hal ini siswa dituntut untuk mencari jawaban sendiri atas permasalahan yang ada. Gambar 4. Siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru Aktivitas lain yang terjadi di dalam kelas adalah menulis, membaca dan menggambar. Aktivitas ini merupakan aktivitas dimana siswa lebih cenderung belajar dengan menggunakan aspek gaya belajar visual. Karena dalam aktivitas ini, yang sangat dibutuhkan adalah indera penglihatan. Gambar 5. Guru menulis dan menggambar di papan tulis Dari penjelasan diatas, maka jelas terlihat bahwa gaya mengajar guru adalah menjelaskan. Dimana metode mengajarnya adalah ceramah. Hal ini dilihat berdasarkan alokasi waktu dari aktivitas tersebut.

b. Gaya mengajar guru berdasarkan hasil wawancara

Dari hasil analisis wawancara guru, dapat diketahui bahwa gaya mengajar guru adalah dengan menjelaskan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa dalam memberikan materi pelajaran, guru lebih senang memberikan materi dengan menjelaskannya kepada siswa dan semua itu terungkap dalam wawancara ketika peneliti menanyakan cara mengajar guru sebagai berikut: P : Dengan kondisi yang seperti itu, dalam menyampaikan materi itu bagaimana bapak melakukannya? Apa bapak sering menjelaskan, menampilkan gambar-gambar atau melakukan praktikum? G : Saya biasanya kalau kebetulan anak satu angkatan itu baik semua, saya tidak banyak menerangkan. Tetapi kalau satu angkatan itu anak- anaknya kurang, itu saya banyak menerangkan, mengulang, memberikan catatan dan tugas. P : Berarti kalau saat ini, bapak lebih sering menggunakan cara dengan menerangkan dan memberikan catatan ya pak? G : Iya. Menerangkan, terus saya berikan catatan atau rangkuman terus tugas. Baik itu tugas kelompok, tugas pribadi, tugas rumah. P : Berarti kalau disimpulkan antara menjelaskan dan memberi catatan itu lebih banyak yang mana pak? G : Saya lebih banyak menjelaskan. Dari kutipan diatas, sebenarnya dalam menyampaikan materi pelajaran guru tidak hanya menjelaskan saja. Melainkan juga memberikan catatanrangkuman dan juga tugas untuk siswa. Namun dari kutipan tersebut, guru tidak memungkiri bahwa beliau lebih banyak menjelaskan saat menyampaikan materi. Gaya mengajar guru biasanya terbentuk karena suatu hal. Hal yang bisa mempengaruhi gaya mengajar guru antara lain adalah gaya belajar guru tersebut. Biasanya jika gaya belajar guru dominan ke aspek gaya belajar visual, maka gaya mengajar guru akan cenderung ke aktivitas-aktivitas visual. Jika gaya belajar guru dominan ke aspek gaya belajar auditorial, maka gaya mengajar guru juga akan cenderung ke aktivitas-aktivitas auditorial dan jika gaya belajar guru dominan ke aspek gaya belajar kinestetik, maka gaya mengajar guru akan cenderung ke aktivitas-aktivitas kinestetik. Kecenderungan- kecenderungan ini dapat dilihat dari hasil wawancara yang terungkap berikut ini: P : Terus pak, untuk saat ini bapak itu dalam belajar lebih sering menggunakan cara seperti apa? Mendengarkan penjelasan orang, melihat-lihat gambarmembaca, atau melakukan sesuatu yang belum pernah bapak lakukan sebelumnya? G : Kalau saya dalam belajar itu lebih senang mendengarkan penjelasan orang mbak. Dari hasil kutipan diatas, berdasarkan ciri-ciri gaya belajar, dapat diketahui bahwa gaya belajar guru adalah dominan ke aspek gaya belajar auditorial. Guru ini dalam belajar lebih senang mendengarkan penjelasan orang lain. Sehingga dapat diketahui bahwa mungkin hal inilah yang membuat gaya mengajar guru lebih cenderung ke aktivitas menjelaskan. Karena guru sudah terbiasa belajar dengan mendengarkan penjelasan, maka dalam mengajar guru juga akan lebih senang memberikan penjelasan kepada siswanya. Dan terkadang guru memang tidak pernah mau peduli terhadap tanggapan siswa tentang gaya mengajarnya. Guru tidak pernah tahu apakah siswa senang atau tidak dengan gaya mengajarnya. Hal ini terungkap dalam wawancara: P : Lalu, selama ini bapak pernah memperhatikan tanggapan anak terhadap cara mengajar bapak atau tidak? G : Tidak pernah. Tapi dalam bidang yang lain, karena kebetulan saya dulu itu juga ngajar bahasa inggris, tapi anak itu saya tugasi membuat pidato. Nah, pidato itu judulnya my favorit teacher. Nah itu, kadang- kadang menyangkut pribadi saya. Jadi saya tahu. Tapi kalau secara langsung saya tidak pernah memperhatikan apakah anak itu menyukai cara mengajar saya atau tidak. Dari kutipan tersebut jelas terlihat bahwa dalam proses pembelajaran IPA guru memang tidak pernah memberikan perhatian kepada siswanya apakah siswa menyukai gaya mengajarnya atau tidak. Sepertinya guru selalu menganggap bahwa gaya belajar siswa sama dengan gaya belajar guru. Jadi ketika guru lebih senang belajar dengan mendengarkan penjelasan orang lain, maka guru menganggap siswa pun akan seperti itu. Sehingga menurut guru, gaya belajar siswanya adalah dengan cara mendengarkan. Hal ini terungkap dalam wawancara: P : Nah, kalau menurut bapak siswai di sekolahan ini itu gaya belajarnya seperti apa pak? G : Gaya belajarnya itu kalau menurut saya ya itu tadi. Anak-anak itu bisa dengan cara diterangkan gitu, kemudian menghafalkan, terus mengerjakan tugas. Itu terlepas dari rasa takut ya mbak. P : Berarti kalau disimpulkan, anak-anak di sekolahan ini gaya belajarnya auditorial ya pak? G : Iya. P : Jadi belajarnya dengan cara mendengarkan? G : Iya mbak. Dari kutipan diatas, ketika guru ditanya tentang gaya belajar siswa, guru menyetujui pertanyaan bahwa aspek gaya belajar siswanya adalah auditorial. Hal ini menunjukkan bahwa memang benar kalau guru itu tidak memberikan perhatiannya kepada siswa. Padahal hasil dari analisis gaya belajar siswa, siswa yang mempunyai aspek gaya belajar yang dominan lebih cenderung belajar dengan menggunakan aspek gaya belajar visual. Hal ini sangat tidak sesuai dengan jawaban guru yang mengatakan bahwa siswanya cenderung belajar dengan menggunakan aspek gaya belajar auditorial. Kedepannya, akan sangat baik apabila dalam mengajar, guru juga harus mengetahui gaya belajar siswa. Hal ini dilakukan agar gaya mengajar guru sesuai dengan gaya belajar siswa. Sehingga dalam belajar siswa tidak merasa terbebani. Maka kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan bahwa gaya mengajar guru adalah menjelaskan. Setelah hasil dari wawancara dengan guru diketahui, maka dapat dilihat apakah hasil gaya mengajar guru berdasarkan wawancara sama dengan hasil gaya mengajar guru berdasarkan pengamatan. Hasil gaya mengajar guru berdasarkan wawancara adalah menjelaskan. Sedangkan hasil gaya mengajar guru berdasarkan hasil pengamatan juga menjelaskan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil gaya mengajar guru berdasarkan wawancara dan hasil gaya mengajar guru berdasarkan pengamatan adalah sama, yaitu gaya mengajarnya adalah dengan menjelaskan. Urutan mengajar guru yang diperoleh dari hasil wawancara adalah guru menjelaskan, kemudian memberikan catatanrangkuman, kemudian memberikan tugas. Memang sudah jelas terlihat dari urutan tersebut kalau guru lebih mengutamakan penjelasan daripada memberikan catatan. Dalam menjelaskan berarti jelas bahwa metode guru dalam mengajar adalah ceramah. Dimana selama penelitian berlangsung, alokasi waktu yang digunakan oleh guru untuk memberikan ceramah adalah sebanyak 142 menit. Selain itu, karena sering memberikan ceramah maka guru tidak memanfaatkan media apapun dalam mengajar. Guru hanya menggunakan papan tulis, itu pun hanya digunakan untuk menulis dan menggambar beberapa hal saja. Menurut hasil dari penelitian Margareta Pamela, gaya mengajar guru yang diperoleh adalah dengan cara menjelaskan dan hal ini pun sama dengan hasil penelitian dari Agnes Ika. Hal ini menunjukkan bahwa dari ketiga tempat yang berbeda, gaya mengajar guru yang diperoleh sama yaitu menjelaskan dimana metode yang digunakan adalah ceramah. Hal ini menunjukkan bahwa dari dulu sampai sekarang kebanyakan guru masih mengajar dengan metode yang sama. Mungkin guru perlu memberikan metode yang bervariasi dalam mengajar sesuai dengan keadaan siswa. Karena dengan begitu, guru akan membuat siswa jadi lebih mudah dalam belajar. 81 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan disampaikan hasil kesimpulan dari penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dan juga diberikan saran-saran sebagai bahan masukan serta perbaikan-perbaikan berkaitan dengan pelaksanaan penelitian ini.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Masing-masing siswa memiliki gaya belajar sendiri-sendiri. Dalam belajar, ada siswa yang dominan pada salah satu aspek gaya belajar dan ada siswa yang dominan menggunakan kombinasi ketiga aspek gaya belajar. 2. Dalam penelitian ini, pada angket check-list aspek gaya belajar yang digunakan oleh kebanyakan siswa dalam belajar IPA adalah dominan pada aspek gaya belajar auditorial. Sedangkan pada angket pilihan ganda, jumlah siswa yang gaya belajarnya tidak dapat dibedakan ada 42 siswa, dimana dalam hal ini mereka lebih cenderung menggunakan kombinasi ketiga aspek gaya belajar yang ada dalam belajar. Kemudian ada sebanyak 48 siswa yang gaya belajarnya dapat dibedakan, dimana dalam hal ini 46 siswa dominan belajar dengan menggunakan aspek gaya belajar visual, 1 siswa dominan belajar dengan menggunakan aspek gaya belajar auditorial, dan 1 siswa dominan belajar dengan menggunakan aspek gaya belajar kinestetik. 3. Gaya mengajar guru yang ditemukan dari hasil pengamatan dalam proses pembelajaran IPA adalah dengan cara menjelaskan dan metode yang digunakan oleh guru adalah metode ceramah. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara guru, dimana guru juga mengungkapkan bahwa dalam mengajar guru memang lebih senang menyampaikan materi dengan cara menjelaskan.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang kemudian ditarik beberapa kesimpulan, dapat diberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi Guru Dalam proses pembelajaran, guru minimal harus memiliki gambaran tentang gaya belajar siswa itu seperti apa. Karena ketika guru memiliki gambaran tentang gaya belajar siswa, maka dalam proses pembelajaran guru akan sangat membantu siswa untuk lebih memahami inti dari proses pembelajaran yang dilakukan. Hal ini terjadi karena ketika guru memiliki gambaran tentang gaya belajar siswa, maka dalam mengajar guru akan mengembangkan metode mengajar dan media yang digunakan sesuai dengan gaya belajar siswa kebanyakan. Sehingga siswa tidak merasa kesulitan dalam belajar. 2. Bagi Siswa Siswa disarankan untuk mengenali gaya belajarnya sendiri, sehingga siswa mampu mengoptimalkan belajarnya. 3. Bagi Peneliti Lain Peneliti lain disarankan untuk memperbaiki metode penelitian, agar memperoleh hasil yang lebih baik dalam penelitian. Selain itu, peneliti lain dapat menggunakan topik ini untuk melakukan penelitian yang lebih luas dengan menggunakan instrumen yang lebih tepat. Kemudian dalam melakukan wawancara, sebaiknya responden yang digunakan harus lebih dari 3 orang. Agar hasil yang diperoleh lebih akurat. 84 DAFTAR PUSTAKA Ashworth, Sara. 1998. Defining and Implementing a teaching Style. http:www.spectrumofteachingstyles.orgpdfsliteratureAshworth_1998a_Def ining202620Implementing20a20Teaching20Style.pdf . Diakses 10 Juli 2013. De Porter, Bobbi. 2010. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa, Mizan Pustaka De Porter, Bobbi dan Hernacki, Mike. 2006. Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman Menyenangkan . Bandung: Kaifa, Mizan Pustaka Driyarkara. 1980. Driyarkara tentang Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius Felder, Richard M. 1988. Learning and Teaching Styles In Engineering Education.http:www4.ncsu.eduunitylockersusersffelderpublicPapersLS -1988.pdf. Diakses 11 Juli 2013. Gunawan, Adi W. 2007. Born to be a Genius. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Gunawan, Adi W. 2007. Genius Learning Strategy. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Hamdani. 2011. Dasar-dasar Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia Marisa, Ika. 2013. Hubungan Gaya Mengajar Guru dengan Keaktifan Belajar Siswa di SD Negeri 95I Desa Olak, Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari. http:fkipunja- ok.comversi_2aextensiartikel_ilmiahartikelA1D108033_146.pdf . Diakses 10 Juli 2013. Nasution. 1984. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bina Aksara NN. Gregorc Learning Styles Test. http:www.ware.k12.ga.ussuperintendent08- 0920Goal20PresentationsCurriculumLearning20Styles.pdf . Diakses 20 Agustus 2013. Prashing, Barbara. 2007. The Power of Learning Style. Bandung: Kaifa, Mizan Pustaka Purnahuti, Diana. 2006. Gaya Belajar Siswa Kelas XB dan Gaya Mengajar Guru Matematika SMA Sedes Sapientiae Bedono Ambarawa . Yogyakarta: Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Skripsi. Rahimi, Mehrak. 2012. Teaching Styles of Iranian EFL Teachers: Do Gender, Age, and Experience Make a Difference. http:www.ccsenet.orgjournalindex.phpijelarticledownload1606310809. Diakses 20 Juli 2013. Rossum, Van Hamer. 2010. A Model of Studen ts’ Developing Conceptions of Learning and Teaching. http:igitur-archive.library.uu.nldissertations2010- 0517-200219rossum.pdf . Diakses 14 Februari 2013.