yang dilihat daripada yang didengar, maka individu yang dominan ke gaya belajar visual akan merasa kesulitan dengan cara belajar yang
berkaitan dengan indera pendengaran. Cara belajar yang berkaitan dengan indera pendengaran misalnya ceramahpenjelasan dari guru,
mendengarkan rekaman audio dan lain sebagainya. Karena siswa merasa kesulitan dengan cara belajar ini, maka yang ada saat
mengikuti pelajaran dengan cara tersebut akan merasa malas, bosan dan mengantuk. Hal ini terungkap dalam wawancara:
Responden 1:
P : Sekarang mbak mau tanya, kalau cara gurumu mengajar IPA itu
bagaimana? Apakah lebih sering menjelaskan, lebih sering memberi catatanlebih sering menampilkan gambar-gambar, atau lebih sering
melakukan praktikum?
N : Lebih sering menjelaskan.
P : Kamu senang nggak mendengarkan penjelasan dari guru?
N : Kadang-kadang senang, kadang-kadang bosen.
P : Kok kadang-kadang kenapa?
N : Ya karena kadang-kadang bikin ngantuk mbak.
P : Kamu lebih sering senangnya atau lebih sering bosennya?
N : Lebih sering bosennya mbak.
Responden 2:
P : Sekarang, mbak mau tanya tentang cara gurumu mengajar. Dalam
belajar IPA, gurunya itu lebih sering mengajar dengan cara seperti apa?
memberikan penjelasanceramah,
memberikan catatan
menampilkan gambar-gambar, atau melakukan praktikum? N
: Lebih sering menjelaskan mbak.
P : Kamu suka kalau gurunya menjelaskan?
N : Kadang-kadang suka, kadang-kadang nggak.
P : Kenapa?
N : Kalau menjelaskannya sambil di selingi lelucon suka mbak. Tapi
kadang-kadang bosen dan ngantuk.
Responden 3:
P : Ooh.. Terus, kalau cara guru IPA mu mengajar itu bagaimana?
Apakah lebih
sering menjelaskan,
memberikan gambar-
gambarmencatatmembaca buku, atau melakukan praktikum? N
: Memberikan gambar-gambar sama menjelaskan.
P : Diantara memberikan gambar-gambar sama menjelaskan, mana yang
sering dilakukan? N
: Menjelaskan mbak.
P : Selama pak guru menjelaskan, kamu betah duduk diam berapa lama?
N : Ya sampai akhir pelajaran mbak.
P : Itu selama dari awal sampai akhir pelajaran kamu selalu
mendengarkan penjelasan guru atau tidak? N
: kadang-kadang mbak. P
: Kenapa? N
: Karena kadang-kadang malas mbak kalau dengar pak guru menjelaskan.
Dari ketiga kutipan diatas dapat dilihat bahwa ketika ketiga siswa tersebut mendengarkan penjelasan dari guru, mereka merasa bosan
dan mengantuk. Hal ini menunjukkan bahwa memang ketiga siswa tersebut tidak senang mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh
guru mereka saat proses pembelajaran berlangsung. Salah satu responden yang juga tidak merasa senang mendengarkan penjelasan
mengatasi hal tersebut dengan membaca buku paket. Hal ini terungkap dalam wawancara:
P : Tapi kalau gurunya menjelaskan, kamu masih bisa mengikuti
pelajaran nggak? N
: Masih mbak. Soalnya saat gurunya menjelaskan, di meja ada buku paket. Jadinya bisa baca di buku.
Dari hasil wawancara tersebut, dapat dilihat bahwa cara siswa mengatasi cara mengajar guru yang tidak sesuai dengan cara
belajarnya adalah dengan membaca buku paket. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tersebut belajar dengan menggunakan indera
penglihatan. Maka dari kutipan-kutipan diatas dan berdasarkan ciri-
ciri gaya belajar yang ada, dapat disimpulkan bahwa memang ketiga siswa tersebut memiliki gaya belajar visual.
Setelah hasil dari wawancara dengan ketiga siswa diketahui, maka dapat dilihat apakah hasil gaya belajar siswa dari wawancara tersebut
sesuai dengan hasil gaya belajar siswa dari angket. Hasil gaya belajar ketiga siswa tersebut dari angket check-list adalah lebih cenderung belajar
dengan menggunakan aspek gaya belajar auditorial. Sedangkan hasil gaya belajar ketiga siswa tersebut dari angket pilihan ganda adalah lebih
cenderung belajar dengan menggunakan aspek gaya belajar visual. Sedangkan hasil gaya belajar siswa dari wawancara dengan ketiga siswa
tersebut lebih cenderung belajar dengan menggunakan aspek visual. Sehingga dapat dilihat bahwa hasil gaya belajar siswa dari angket pilihan
ganda sesuai dengan hasil wawancara, dimana hasilnya adalah visual. Namun dalam hal ini, gaya belajar siswa dari hasil wawancara dengan
hasil angket check-list berbeda. Perbedaan ini mungkin dikarenakan dalam belajar IPA siswa dominan menggunakan aspek gaya belajar auditorial,
karena pada angket check-list pernyataan-pernyataan yang digunakan berkaitan dengan pembelajaran IPA sedangkan pada angket pilihan ganda
pernyataan yang digunakan adalah pernyataan-pernyataan umum. Maka dari itu, kemudian dapat disimpulkan bahwa dari hasil penelitian, gaya
belajar siswa secara umum adalah dominan pada aspek gaya belajar visual dan gaya belajar ini sesuai dengan hasil wawancara. Sedangkan gaya
belajar kebanyakan siswa dalam pembelajaran IPA adalah dominan pada aspek gaya belajar auditorial.
2. Gaya Mengajar Guru
a. Gaya mengajar guru berdasarkan hasil pengamatan
Dari hasil analisis pengamatan, dapat dilihat bahwa dari 6 kali pertemuan, aktivitas yang terjadi di dalam kelas yang paling sering
dilakukan adalah menjelaskan. Aktivitas menjelaskan dilakukan dengan alokasi waktu sebanyak 142 menit. Sedangkan aktivitas
kedua yang sering dilakukan di dalam kelas adalah mengerjakan soal. Mengerjakan soal dilakukan dengan alokasi waktu 97 menit. Aktivitas
ketiga yang terjadi di dalam kelas adalah menulis dimana alokasi waktunya adalah 50 menit. Aktivitas keempat adalah membaca
dengan alokasi waktu 7 menit dan aktivitas yang terakhir adalah menggambar dengan alokasi waktu 6 menit.
Aktivitas menjelaskan yang dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk melatih siswa belajar dengan menggunakan aspek auditorial.
Sepertinya guru merasa bahwa dengan menjelaskan, maka siswa akan menerima materi yang diberikan dengan baik. Sehingga dalam
memberikan materi pelajaran, guru lebih sering melakukan aktivitas menjelaskan.
Gambar 3. Guru menjelaskan tentang jaringan meristim
Selain aktivitas menjelaskan, aktivitas lain yang terjadi di dalam kelas adalah mengerjakan soal. Jadi dengan mengerjakan soal, siswa
dilatih untuk mencoba-coba menyelesaikan soal yang diberikan kepada mereka. Dengan begitu, aktivitas ini merupakan aktivitas
dimana dalam belajar siswa lebih cenderung belajar dengan aspek kinestetik. Jadi dalam hal ini siswa dituntut untuk mencari jawaban
sendiri atas permasalahan yang ada.
Gambar 4. Siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru
Aktivitas lain yang terjadi di dalam kelas adalah menulis, membaca dan menggambar. Aktivitas ini merupakan aktivitas dimana siswa
lebih cenderung belajar dengan menggunakan aspek gaya belajar visual. Karena dalam aktivitas ini, yang sangat dibutuhkan adalah
indera penglihatan.
Gambar 5. Guru menulis dan menggambar di papan tulis
Dari penjelasan diatas, maka jelas terlihat bahwa gaya mengajar guru adalah menjelaskan. Dimana metode mengajarnya adalah
ceramah. Hal ini dilihat berdasarkan alokasi waktu dari aktivitas tersebut.
b. Gaya mengajar guru berdasarkan hasil wawancara
Dari hasil analisis wawancara guru, dapat diketahui bahwa gaya mengajar guru adalah dengan menjelaskan. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa dalam memberikan materi pelajaran, guru lebih senang
memberikan materi dengan menjelaskannya kepada siswa dan semua itu terungkap dalam wawancara ketika peneliti menanyakan cara
mengajar guru sebagai berikut:
P : Dengan kondisi yang seperti itu, dalam menyampaikan materi itu
bagaimana bapak melakukannya? Apa bapak sering menjelaskan, menampilkan gambar-gambar atau melakukan praktikum?
G : Saya biasanya kalau kebetulan anak satu angkatan itu baik semua,
saya tidak banyak menerangkan. Tetapi kalau satu angkatan itu anak- anaknya kurang, itu saya banyak menerangkan, mengulang,
memberikan catatan dan tugas.
P : Berarti kalau saat ini, bapak lebih sering menggunakan cara dengan
menerangkan dan memberikan catatan ya pak? G
: Iya. Menerangkan, terus saya berikan catatan atau rangkuman terus tugas. Baik itu tugas kelompok, tugas pribadi, tugas rumah.
P : Berarti kalau disimpulkan antara menjelaskan dan memberi catatan
itu lebih banyak yang mana pak? G
: Saya lebih banyak menjelaskan.
Dari kutipan diatas, sebenarnya dalam menyampaikan materi pelajaran guru tidak hanya menjelaskan saja. Melainkan juga
memberikan catatanrangkuman dan juga tugas untuk siswa. Namun dari kutipan tersebut, guru tidak memungkiri bahwa beliau lebih
banyak menjelaskan saat menyampaikan materi. Gaya mengajar guru biasanya terbentuk karena suatu hal. Hal yang
bisa mempengaruhi gaya mengajar guru antara lain adalah gaya belajar guru tersebut. Biasanya jika gaya belajar guru dominan ke
aspek gaya belajar visual, maka gaya mengajar guru akan cenderung ke aktivitas-aktivitas visual. Jika gaya belajar guru dominan ke aspek
gaya belajar auditorial, maka gaya mengajar guru juga akan cenderung
ke aktivitas-aktivitas auditorial dan jika gaya belajar guru dominan ke aspek gaya belajar kinestetik, maka gaya mengajar guru akan
cenderung ke
aktivitas-aktivitas kinestetik.
Kecenderungan- kecenderungan ini dapat dilihat dari hasil wawancara yang terungkap
berikut ini:
P : Terus pak, untuk saat ini bapak itu dalam belajar lebih sering
menggunakan cara seperti apa? Mendengarkan penjelasan orang, melihat-lihat gambarmembaca, atau melakukan sesuatu yang belum
pernah bapak lakukan sebelumnya?
G : Kalau saya dalam belajar itu lebih senang mendengarkan
penjelasan orang mbak.
Dari hasil kutipan diatas, berdasarkan ciri-ciri gaya belajar, dapat diketahui bahwa gaya belajar guru adalah dominan ke aspek gaya
belajar auditorial. Guru ini dalam belajar lebih senang mendengarkan penjelasan orang lain. Sehingga dapat diketahui bahwa mungkin hal
inilah yang membuat gaya mengajar guru lebih cenderung ke aktivitas menjelaskan.
Karena guru
sudah terbiasa
belajar dengan
mendengarkan penjelasan, maka dalam mengajar guru juga akan lebih senang memberikan penjelasan kepada siswanya. Dan terkadang guru
memang tidak pernah mau peduli terhadap tanggapan siswa tentang gaya mengajarnya. Guru tidak pernah tahu apakah siswa senang atau
tidak dengan gaya mengajarnya. Hal ini terungkap dalam wawancara:
P : Lalu, selama ini bapak pernah memperhatikan tanggapan anak
terhadap cara mengajar bapak atau tidak? G
: Tidak pernah. Tapi dalam bidang yang lain, karena kebetulan saya dulu itu juga ngajar bahasa inggris, tapi anak itu saya tugasi membuat
pidato. Nah, pidato itu judulnya my favorit teacher. Nah itu, kadang- kadang menyangkut pribadi saya. Jadi saya tahu. Tapi kalau secara
langsung saya tidak pernah memperhatikan apakah anak itu menyukai cara mengajar saya atau tidak.
Dari kutipan tersebut jelas terlihat bahwa dalam proses pembelajaran IPA guru memang tidak pernah memberikan perhatian
kepada siswanya apakah siswa menyukai gaya mengajarnya atau tidak. Sepertinya guru selalu menganggap bahwa gaya belajar siswa
sama dengan gaya belajar guru. Jadi ketika guru lebih senang belajar dengan mendengarkan penjelasan orang lain, maka guru menganggap
siswa pun akan seperti itu. Sehingga menurut guru, gaya belajar siswanya adalah dengan cara mendengarkan. Hal ini terungkap dalam
wawancara:
P : Nah, kalau menurut bapak siswai di sekolahan ini itu gaya
belajarnya seperti apa pak? G
: Gaya belajarnya itu kalau menurut saya ya itu tadi. Anak-anak itu bisa dengan cara diterangkan gitu, kemudian menghafalkan, terus
mengerjakan tugas. Itu terlepas dari rasa takut ya mbak. P
: Berarti kalau disimpulkan, anak-anak di sekolahan ini gaya belajarnya auditorial ya pak?
G : Iya.
P : Jadi belajarnya dengan cara mendengarkan?
G : Iya mbak.
Dari kutipan diatas, ketika guru ditanya tentang gaya belajar siswa, guru menyetujui pertanyaan bahwa aspek gaya belajar siswanya
adalah auditorial. Hal ini menunjukkan bahwa memang benar kalau guru itu tidak memberikan perhatiannya kepada siswa. Padahal hasil
dari analisis gaya belajar siswa, siswa yang mempunyai aspek gaya belajar yang dominan lebih cenderung belajar dengan menggunakan
aspek gaya belajar visual. Hal ini sangat tidak sesuai dengan jawaban guru yang mengatakan bahwa siswanya cenderung belajar dengan
menggunakan aspek gaya belajar auditorial. Kedepannya, akan sangat baik apabila dalam mengajar, guru juga harus mengetahui gaya belajar
siswa. Hal ini dilakukan agar gaya mengajar guru sesuai dengan gaya belajar siswa. Sehingga dalam belajar siswa tidak merasa terbebani.
Maka kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan bahwa gaya mengajar guru adalah menjelaskan.
Setelah hasil dari wawancara dengan guru diketahui, maka dapat dilihat apakah hasil gaya mengajar guru berdasarkan wawancara sama dengan hasil
gaya mengajar guru berdasarkan pengamatan. Hasil gaya mengajar guru berdasarkan wawancara adalah menjelaskan. Sedangkan hasil gaya mengajar
guru berdasarkan hasil pengamatan juga menjelaskan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil gaya mengajar guru berdasarkan wawancara dan
hasil gaya mengajar guru berdasarkan pengamatan adalah sama, yaitu gaya mengajarnya adalah dengan menjelaskan. Urutan mengajar guru yang
diperoleh dari hasil wawancara adalah guru menjelaskan, kemudian memberikan catatanrangkuman, kemudian memberikan tugas. Memang
sudah jelas terlihat dari urutan tersebut kalau guru lebih mengutamakan penjelasan daripada memberikan catatan. Dalam menjelaskan berarti jelas
bahwa metode guru dalam mengajar adalah ceramah. Dimana selama penelitian berlangsung, alokasi waktu yang digunakan oleh guru untuk
memberikan ceramah adalah sebanyak 142 menit. Selain itu, karena sering memberikan ceramah maka guru tidak memanfaatkan media apapun dalam
mengajar. Guru hanya menggunakan papan tulis, itu pun hanya digunakan untuk menulis dan menggambar beberapa hal saja. Menurut hasil dari
penelitian Margareta Pamela, gaya mengajar guru yang diperoleh adalah dengan cara menjelaskan dan hal ini pun sama dengan hasil penelitian dari
Agnes Ika. Hal ini menunjukkan bahwa dari ketiga tempat yang berbeda, gaya mengajar guru yang diperoleh sama yaitu menjelaskan dimana metode
yang digunakan adalah ceramah. Hal ini menunjukkan bahwa dari dulu sampai sekarang kebanyakan guru masih mengajar dengan metode yang
sama. Mungkin guru perlu memberikan metode yang bervariasi dalam mengajar sesuai dengan keadaan siswa. Karena dengan begitu, guru akan
membuat siswa jadi lebih mudah dalam belajar.
81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan disampaikan hasil kesimpulan dari penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dan juga diberikan saran-saran sebagai bahan
masukan serta perbaikan-perbaikan berkaitan dengan pelaksanaan penelitian ini.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa: 1.
Masing-masing siswa memiliki gaya belajar sendiri-sendiri. Dalam belajar, ada siswa yang dominan pada salah satu aspek gaya belajar dan
ada siswa yang dominan menggunakan kombinasi ketiga aspek gaya belajar.
2. Dalam penelitian ini, pada angket check-list aspek gaya belajar yang
digunakan oleh kebanyakan siswa dalam belajar IPA adalah dominan pada aspek gaya belajar auditorial. Sedangkan pada angket pilihan ganda,
jumlah siswa yang gaya belajarnya tidak dapat dibedakan ada 42 siswa, dimana dalam hal ini mereka lebih cenderung menggunakan kombinasi
ketiga aspek gaya belajar yang ada dalam belajar. Kemudian ada sebanyak 48 siswa yang gaya belajarnya dapat dibedakan, dimana dalam hal ini 46
siswa dominan belajar dengan menggunakan aspek gaya belajar visual, 1 siswa dominan belajar dengan menggunakan aspek gaya belajar auditorial,
dan 1 siswa dominan belajar dengan menggunakan aspek gaya belajar kinestetik.
3. Gaya mengajar guru yang ditemukan dari hasil pengamatan dalam proses
pembelajaran IPA adalah dengan cara menjelaskan dan metode yang digunakan oleh guru adalah metode ceramah. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara guru, dimana guru juga mengungkapkan bahwa dalam mengajar guru memang lebih senang menyampaikan materi dengan cara
menjelaskan.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang kemudian ditarik beberapa kesimpulan, dapat diberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Dalam proses pembelajaran, guru minimal harus memiliki gambaran tentang gaya belajar siswa itu seperti apa. Karena ketika
guru memiliki gambaran tentang gaya belajar siswa, maka dalam proses pembelajaran guru akan sangat membantu siswa untuk lebih
memahami inti dari proses pembelajaran yang dilakukan. Hal ini terjadi karena ketika guru memiliki gambaran tentang gaya belajar
siswa, maka dalam mengajar guru akan mengembangkan metode mengajar dan media yang digunakan sesuai dengan gaya belajar siswa
kebanyakan. Sehingga siswa tidak merasa kesulitan dalam belajar. 2.
Bagi Siswa
Siswa disarankan untuk mengenali gaya belajarnya sendiri, sehingga siswa mampu mengoptimalkan belajarnya.
3. Bagi Peneliti Lain
Peneliti lain disarankan untuk memperbaiki metode penelitian, agar memperoleh hasil yang lebih baik dalam penelitian. Selain itu, peneliti
lain dapat menggunakan topik ini untuk melakukan penelitian yang lebih luas dengan menggunakan instrumen yang lebih tepat. Kemudian
dalam melakukan wawancara, sebaiknya responden yang digunakan harus lebih dari 3 orang. Agar hasil yang diperoleh lebih akurat.
84
DAFTAR PUSTAKA
Ashworth, Sara.
1998. Defining
and Implementing
a teaching
Style. http:www.spectrumofteachingstyles.orgpdfsliteratureAshworth_1998a_Def
ining202620Implementing20a20Teaching20Style.pdf . Diakses 10
Juli 2013. De Porter, Bobbi. 2010. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa, Mizan Pustaka
De Porter, Bobbi dan Hernacki, Mike. 2006. Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman Menyenangkan
. Bandung: Kaifa, Mizan Pustaka Driyarkara. 1980. Driyarkara tentang Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius
Felder, Richard M. 1988. Learning and Teaching Styles In Engineering Education.http:www4.ncsu.eduunitylockersusersffelderpublicPapersLS
-1988.pdf. Diakses 11 Juli 2013. Gunawan, Adi W. 2007. Born to be a Genius. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Gunawan, Adi W. 2007. Genius Learning Strategy. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Hamdani. 2011. Dasar-dasar Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia
Marisa, Ika. 2013. Hubungan Gaya Mengajar Guru dengan Keaktifan Belajar Siswa di SD Negeri 95I Desa Olak, Kecamatan Muara Bulian Kabupaten
Batanghari. http:fkipunja-
ok.comversi_2aextensiartikel_ilmiahartikelA1D108033_146.pdf .
Diakses 10 Juli 2013. Nasution. 1984. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.
Jakarta: Bina Aksara NN. Gregorc Learning Styles Test. http:www.ware.k12.ga.ussuperintendent08-
0920Goal20PresentationsCurriculumLearning20Styles.pdf .
Diakses 20 Agustus 2013. Prashing, Barbara. 2007. The Power of Learning Style. Bandung: Kaifa, Mizan
Pustaka Purnahuti, Diana. 2006. Gaya Belajar Siswa Kelas XB dan Gaya Mengajar Guru
Matematika SMA Sedes Sapientiae Bedono Ambarawa . Yogyakarta:
Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Skripsi. Rahimi, Mehrak. 2012. Teaching Styles of Iranian EFL Teachers: Do Gender,
Age, and
Experience Make
a Difference.
http:www.ccsenet.orgjournalindex.phpijelarticledownload1606310809. Diakses 20 Juli 2013.
Rossum, Van Hamer. 2010. A Model of Studen ts’ Developing Conceptions of
Learning and Teaching. http:igitur-archive.library.uu.nldissertations2010- 0517-200219rossum.pdf
. Diakses 14 Februari 2013.