Banyak zat lipofilik dan hidrofilik dengan aktivitas antioksidan yang diterapkan pada kulit manusia, dan umumnya memiliki konsentrasi lebih tinggi di
epidermis daripada di dermis. Hal ini disebabkan salah satunya karena sinar ultraviolet UV, sehingga zat-zat seperti tokoferol, asam askorbat, uric acid dan
ubiquinol dapat habis terutama pada lapisan epidermis eksternal. Oleh sebab itu dibutuhkan penggunaan topikal antioksidan atau zat semacamnya. Pemakaian
secara eksternal ini merupakan cara yang tepat untuk mengembalikan antioksidan yang telah hilang Andreassi dkk., 2004. Asupan makanan mungkin tidak cukup
untuk memaksimalkan manfaat likopen pada kulit, karena hanya sejumlah kecil saja yang menuju kulit. Likopen dapat diserap dengan baik jika dioleskan
misalnya dalam bentuk krim atau lotion karena larut dalam lemak dan memiliki molekul yang relatif kecil Narendran, Koorapati dan Mamidibathula, 2013.
H. Emulsifying Agent
Emulsifying agent adalah surfaktan yang mengurangi tegangan antar muka antara minyak dan air, meminimalkan energi permukaan dari droplet yang
terbentuk Allen, 2002. Surfaktan merupakan bahan-bahan yang memiliki struktur dengan dua bagian yang berbeda, bagian hidrofilik water-liking yang
lebih tinggi kelarutannya di dalam air dan bagian hidrofobik water-hating yang lebih tinggi kelarutannya di pelarut hidrofobik. Karena adanya dua struktur
tersebut dalam satu bahan, maka secara energetic saat bahan tersebut dilarutkan dapat mengabsorbsi pada bagian antarmuka, berorientasi sesuai dengan
kelarutannya Aulton, 2002.
Menurut muatannya, surfaktan terbagi atas 4 jenis, yaitu: 1. Golongan Anionik, contoh : sabun, alkil sulfat, tioleil sulfat, sulfosuksinat.
2. Golongan Kationik, contoh : alkoksialkilamin, benzalkonium klorida. 3. Golongan Amfoterik, contoh : N-alkil asam amino, lesitin.
4. Golongan Nonionik, contoh : ester-ester sorbitan, eter alkilaril polioksietilen Aulton, 1988.
Tween 80 atau Polysorbate 80 merupakan nonionic surfactant serta merupakan ester oleat dari sorbitol dimana tiap molekul anhidrida sorbitolnya
berkopolimerasi dengan 20 molekul etilenoksida anhidrida sorbitol : etilenoksida = 1 : 20. Tween 80 berupa cairan kental berwarna kuning muda sampai kuning
sawo Depkes RI, 1993, berbau karamel yang dapat menyebabkan pusing Greenberg, 1954, panas dan kadang-kadang pahit Depkes RI, 1993.
Polysorbate digunakan sebagai emulsifying agent pada emulsi topikal minyak dalam air, dikombinasikan dengan emulsifier hidrofobik pada emulsi minyak
dalam air, dan untuk menaikkan kemampuan menahan air pada salep. Polysorbate 80 digunakan secara luas pada kosmetik sebagai emulsifying agent Smolinske,
1992.
I. PEG 4000
Polietilenglikol PEG disebut juga makrogol, merupakan polimer sintetik dari oksietilen dengan rumus struktur HOCH
2
CH
2
nOH, dimana n adalah jumlah rata-rata gugus oksietilen. PEG umumnya memiliki bobot molekul antara
200 – 300000. Penamaan PEG umumnya ditentukan dengan bilangan yang menunjukkan bobot molekul rata-rata. Konsistensinya sangat dipengaruhi oleh
bobot molekul. PEG dengan bobot molekul 200-600 PEG 200-600 berbentuk cair, PEG 1500 semi padat, dan PEG 3000-20000 atau lebih berupa padatan semi
kristalin, dan PEG dengan bobot molekul lebih besar dari 100000 berbentuk seperti resin pada suhu kamar. Umumnya PEG dengan bobot molekul 1500-20000
yang digunakan untuk pembuatan dispersi padat Leuner dan Dressman, 2000; Weller, 2003. Polimer ini mudah larut dalam berbagai pelarut, titik leleh dan
toksisitasnya rendah, berada dalam bentuk semi kristalin Craig, 1990. Kebanyakan PEG yang digunakan memiliki bobot molekul antara 4000 dan
20000, khususnya PEG 4000 dan 6000. Proses pembuatan dispersi padat dengan PEG 4000, umumnya menggunakan metode peleburan, karena lebih mudah dan
murah Leuner dan Dressman, 2000. Polietilenglikol 4000 atau makrogol 4000 merupakan campuran produk
polikondensasi dari etilenoksida dan air. PEG 4000 mempunyai bobot molekul rata-rata 3000-3700, berupa serbuk licin atau potongan putih kuning gading, tidak
berbau, tidak berasa. PEG 4000 mudah larut dalam air, larut dalam aseton, dalam etanol 95, dalam kloroform, dalam etilen glikol monoetil etil eter, dalam asetat
dan dalam toluen, tidak larut dalam eter dan heksana Depkes RI, 1995. H O – CH
2
– CH
2 n
OH n = 68-84
Gambar 1 . Struktur polietilen glikol Depkes RI, 1995.
Polietilenglikol PEG mempunyai beberapa keuntungan, antara lain: secara fisiologis inert, tidak terhidrolisis, tidak mendukung pertumbuhan jamur,
mempunyai beberapa macam berat molekul. Menurut Save dan Venkitachalam
1992, polietilenglikol PEG merupakan bahan pembawa stabil yang dapat menghambat pertumbuhan kristal dan fase transformasi, sehingga dapat
meningkatkan laju disolusi obat karena kelarutannya sangat cepat dalam air.
J. Metode Desain Faktorial