Konsep Gender dalam al-Qur’an

3. Konsep Gender dalam al-Qur’an

Sebelum membahas mengenai konsep gender dalam al-Qur’an terlebih dahulu dikemukakan arti ideologi dan kosep gender itu sendiri. Menurut Larrain Jorge dalam bukunya The Concept of Ideology, seperti yang dikutip oleh Widanti dalam bukunya

Hukum Berkeadilan Gender, menyebutkan:

Ideologi adalah satu dari sekian banyak konsep yang paling ekuivokal (meragukan) dan elusif (sukar ditangkap) yang terdapat dalam ilmu-ilmu sosial. Hal itu tidak hanya dikarenakan beragamnya pendekatan teoritis yang menunjuk arti dan fungsi yang berbeda-beda, tetapi juga dikarenakan ideologi adalah konsep yang sarat dengan konotasi politik dan digunakan secara luas dalam kehidupan sehari-hari dengan makna yang beragam 22 .

Sedangkan Authur dalam Ideology and Ideological State Apparatus menyebutkan:

Ideologi hanya dapat dipahami individu-individu tertentu. Ideologi hanya dapat dipahami melalui strukturnya 23 .

Dalam konteks isu-isu perempuan, pandangan syari‘at Islam terhadap hak perempuan sangat jelas dan tegas. Namun menurut Umâimah Abû Bakr, tuduhan- tuduhan yang dialamatkan kepada Islam seakan menenggelamkan hukum-hukum

22 Widanti, Hukum .…, h. 30. 23 Widanti, Hukum …, h. 31.

syari‘at dan ayat-ayat realitas toleransi antara laki-laki dan perempuan. Pada awal kedatangan Islam masih disaksikan beberapa perlakuan kasar dan pembodohan terhadap hak-hak perempuan. Islam memberi perlindungan yang tinggi kepada perempuan seperti pendidikan, hak kerja, pengembangan potensi melalui pembangunan kemakmuran dunia serta tanggung jawab bersama dalam bidang sosial dengan bersama-sama menyebarkan al-amru bi al-ma’r û f wa al-nahy ‘an al-munkar ,

seperti tersebut dalam Q.S. al-Taubah [9]: 71        

Artinya: Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha

Bijaksana. 24

25 Adapun menurut Syîrîn Syukry perbedaan struktur biologis antara laki-laki dan perempuan seharusnya tidak menghilangkan peran perempuan dalam pentas

sosial dan budaya. 26

24 Abû Bakr, al-Mar’ah wa al-Jindir…, h. 25. 25 Seorang perempuan pemerhati masalah gender yang dilahirkan di Amman. Ia banyak

berkecimpung dalam beberapa lembaga pendidikan dan sosial di Saudi Arabia yaitu selaku direktur dan penasihat pakar. Abû Bakr, al-Mar’ah wa al-Jindir…, h. 1.

26 Abû Bakr, al-Mar’ah wa al-Jindir…, h. 104.

Al-Qur’an dalam sebagian ayatnya memang mengakui keutamaan laki-laki sedikit lebih tinggi dari perempuan. Hal ini dapat dilihat dalam beberapa kasus, seperti poligami 4:3, waris 4:11, mahar 4:4, perlakuan perempuan dalam soal pakaian 24:31, kepemimpinan 4:34, 2:228, pernikahan 2:234, talaq 2: 228-232, dan saksi 2:282. Menurut ‘Abduh, ini merupakan kekhususan bagi laki-laki yang memiliki kapasitas dan kualifikasi tertentu, bukan sebagai justifikasi superioritas kaum laki-

laki terhadap perempuan berdasarkan jenis kelamin. Lebih tegasnya, ia menambahkan bahwa penetapan hukum-hukum tersebut murni sebagai kebijaksanaan Allah Swt. yang tidak mendiskreditkan kaum perempuan. Menentang kebijakan ini

sama saja artinya menentang kekuasaan Allah Swt. 28 Hingga kini, anak laki-laki masih sering mendapatkan perlakuan istimewa

dari saudara-saudara perempuannya dalam sebuah keluarga. Paling tidak, sebuah keluarga mengidamkan anak pertamanya adalah laki-laki kemudian disusul setelahnya anak perempuan. Hal tersebut dilatari karena anak laki-laki lebih kuat, rasional, jantan, perkasa, serta lebih dapat diamanati sebuah tanggung jawab besar. Tidak heran kalau al-Qur’an mengabadikan harapan istri 'Imran saat sedang mengandung Maryam sebagaimana tersebut dalam Q.S. Â li 'Imrân [3]: 36

27 Markarma, Bias Gender…, h. 75. 28 Ridha, Tafsir al-Man â r, Jilid II, h. 380-381.

Artinya: Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, Sesunguhnya Aku melahirkan seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya Aku telah menamai dia Maryam dan Aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk."

Menurut ‘Abduh, pernyataan isteri Imrân di atas bukan sebagai pemberitaan atas dirinya melainkan bentuk pernyataan kesedihan dan penyesalan bahwa anak laki- laki lebih baik dan lebih dapat diharapkan dari perempuan untuk berkhidmat di Baitullah dimana perempuan saat datang bulan (haid) tidak dapat memberi pengkhidmatan. Kemudian Allah Swt., meluruskan kekeliruan tersebut bahwa anak

perempuan lebih baik dari anak laki-laki untuk tugas ini. 29 Quraish Shihab dalam Tafsîr al-Mishb â h -nya mengutip salah satu pendapat

yang mengatakan bahwa komentar       bersumber dari Allah Swt. Maksudnya, meskipun yang dilahirkan anak perempuan, bukan berarti kedudukannya lebih rendah dari anak laki-laki, bahkan yang bisa lebih baik dan mulia dari kebanyakan laki-laki. Anak perempuannya itu telah direncanakan oleh Allah menjadi

29 Ridha, Tafsir al-Man â r, Jilid III, h. 239.

sesuatu yang luar biasa, yakni melahirkan anak tanpa proses yang lazimnya dilalui oleh putra-putri Adam As. Ia melahirkan tanpa hubungan seks dengan seorang pun. 30

31 Menurut Mardan ungkapan gender perempuan dalam al-Qur’an ditemukan dalam tiga bentuk ungkapan, yaitu al-untsâ, al-niswah/al-nisâ’ dan al-mar’ah. Yang

pertama berkonotasi aspek esensi manusia; yang kedua berkonotasi kerja dan produktivitas; sedangkan yang ketiga terkait dengan aspek eksistensi dan urgensi

perempuan, yakni mendapatkan kesegaran dan kenyamanan dalam hidup. Selanjutnya, dengan mengutip pendapat Ibnu Fâris dalam bukunya Mu‘jâm Maqâyis al-Luqhah , Mardan mendefinisikan ungkapan-ungkapan di atas sebagai berikut:

Dokumen yang terkait

1. Tahap Awal / Pedahuluan Membuka dengan salam dan berdoa Membina hubungan baik dengan peserta didik (menanyakan kabar, pelajaran sebelumnya, ice breaking) Menyampaikan tujuan layanan materi Bimbingan dan Konseling Menanayakan kesiapan kepada peserta did

0 0 5

1. Tahap Awal / Pedahuluan Membuka dengan salam dan berdoa Membina hubungan baik dengan peserta didik (menanyakan kabar, pelajaran sebelumnya, ice breaking) Menyampaikan tujuan layanan materi Bimbingan dan Konseling Menanayakan kesiapan kepada peserta did

0 0 5

1. Tahap Awal / Pedahuluan Membuka dengan salam dan berdoa Membina hubungan baik dengan peserta didik (menanyakan kabar, pelajaran sebelumnya, ice breaking) Menyampaikan tujuan layanan materi Bimbingan dan Konseling Menanayakan kesiapan kepada peserta did

0 3 6

1. Tahap Awal / Pedahuluan Membuka dengan salam dan berdoa Membina hubungan baik dengan peserta didik (menanyakan kabar, pelajaran sebelumnya, ice breaking) Menyampaikan tujuan layanan materi Bimbingan dan Konseling Menanayakan kesiapan kepada peserta did

0 0 7

1. Tahap Awal / Pedahuluan Membuka dengan salam dan berdoa Membina hubungan baik dengan peserta didik (menanyakan kabar, pelajaran sebelumnya, ice breaking) Menyampaikan tujuan layanan materi Bimbingan dan Konseling Menanayakan kesiapan kepada peserta did

0 2 7

1. Tahap Awal / Pedahuluan Membuka dengan salam dan berdoa Membina hubungan baik dengan peserta didik (menanyakan kabar, pelajaran sebelumnya, ice breaking) Menyampaikan tujuan layanan materi Bimbingan dan Konseling Menanayakan kesiapan kepada peserta did

0 1 5

Bab VI Value, Domain dan Type - Bab VI VALUE DOMAIN TYPE

0 0 7

W Matkul Softskill Tidak ada UTS dan UAS

0 0 9

Subjek Penelitian Jenis dan Sumber Data

0 1 14

Materi LED dan Photo Diode.do

0 0 6