Pendapat tentang Syahrur

3. Pendapat tentang Syahrur

Kemunculan buku al-Kitâb wa al-Qur`an; Qira`ah Mu‘âshirah karya

Muhammad Syahrur telah menghebohkan banyak pihak. Buku ini tergolong fenomenal sebab di satu sisi dinyatakan sebagai the best seller book di Timur-Tengah, dan di sisi lain, buku ini bernilai kontroversial yang melahirkan sikap pro dan kontra. Nama-nama seperti Wahbah al-Zuhail î , S â lim al-Jâb î , Thâhir al-Syawwâf, dan Kh â lid al-‘Akk adalah sederet nama yang kontra terhadap buku ini. Sebaliknya, Wael

B. Hallaq, Dale F. Eickelman, dan Halah al-Qûri adalah nama-nama yang pro dan menunjukkan kekagumannya terhadap Syahrur. Dualisme penilaian ini ternyata tidak hanya bergema di tingkat individual, tetapi juga membawa implikasi di tingkat kenegaraan. Pemerintah-pemerintah seperti Saudi Arabia, Mesir, Qâtar, dan Uni Emirat Arab secara keras melarang peredaran buku itu di negaranya. Di lain pihak, Sultan Qâbûs di Omman malah memberi penilaian yang positif, bahkan ia membagi- bagikan buku itu kepada para menterinya dan merekomendasi mereka untuk

membacanya. 66

66 P3M, Muhammad..., h. 37.

Memasuki abad modern, ada kecenderungan dari beberapa penafsir untuk membuat tafsir yang beraliran modern. Hal ini dipicu oleh beberapa hal, yaitu: pertama, kemajuan ilmu pengetahuan dipandang perlu memasukkan ilmu-ilmu seperti kedokteran, ilmu eksakta, astronomi, biologi, dan elektronik ke dalam tafsir; kedua, didorong oleh suatu pemahaman yang keliru; ketiga, mereformasi cara pandang penafsir-penafsir klasik. Menurut Syeikh Khalid ‘Abd. al-Rahman al-‘Akk

dalam bukunya al-Furqân wa al-Qur’ â n: Qir â ’ah Islâmiyah Mu‘âshirah bahwa titik kelemahan dari bentuk-bentuk tafsir modern ini, yaitu para muffassir ini tidak menepati kode etik yang berlaku di kalangan para mufassir, di samping menyalahi metodologi linguistik dalam menjelaskan arti dan maksud ayat.

Dr. Muhammad Husain al-Dzahabi dalam bukunya Ittij â hât al-Munharifah fî Tafsîr al-Qur’ â n al-Karîm mengatakan:

        Artinya:

Sejak dahulu orang-orang ramai melakukan tipu daya terhadap Islam, mencoba menyerang dengan bermacam cara yang mereka anggap bisa dilakukan untuk tujuan tipu daya dan merusak. Salah satu cara yang sering mereka lakukan untuk tujuan jahat tersebut adalah menafsirkan al-Qur’an dengan cara yang salah, menyalahi aturan penafsiran ayat sebagai petunjuk, bertentangan dengan al-

Qur’an sebagai hujjah. Tak lain tujuan penafsiran itu hanyalah mengikuti godaan nafsu mereka yang hina dengan sesuka hati... Di antara penafsir itu bernasib baik dengan mudah menyandang gelar ilmuan, namun gelar itu tidak serta-merta menyamai gelaran yang disandang para ulama... (yang lebih menjengkelkan) gelaran mereka dijadikan alat untuk melakukan tipu daya, semata-mata karena menganggap diri mereka punya kapabilitas dalam keilmuan, padahal mereka tidak memahami ilmu lingusitik, miskin ilmu tentang syariat. Dengan bangga mereka menafsirkan al-Qur’an secara bebas tanpa

terikat sedikit pun dengan standarisasi baku penafsiran. 67

Selanjutnya, muncullah nama-nama penafsir yang dikategorikan sebagai

penafsir sesat, seperti Dr. Musthafa Mahmud dalam tafsirnya Tafsîr al-‘Ashriyah li al-Qur’ â n al-Karîm dan as-Syekh Ab û Zaîd al-Damanhurî dalam kitabnya al- Hidayâh wa al-'Irfân fî Tafsîr al-Qur’ 68 â n. Selanjutnya, muncul nama Dr. Muhammad Syahrur yang menulis buku al-Kitâb wa al-Qur’ â n; Qirâ’ah Mu‘âshirah.

Nama Syahrur tak luput dari kritikan para ulama ini. Mereka menyebut dirinya sebagai penjaga kemurnian agama dan akal seperti al-Syekh Khâlid ‘Abd al- Rahmân al-‘Akk dalam bukunya al-Furqân wa al- Qur’ân: Qirâ’ah Isl â miyah . Tak jarang Syahrur disebut ciptaan Tuhan yang paling bodoh (ajhal al-khalq bi rabb al- ‘âlâmîn) atau iblis terlaknat (iblis alla‘în). Al-‘Akk juga merinci pernyataan keliru Syahrur dalam bukunya itu, seperti pertama, peradaban Islam saat ini tidak lagi memberi manfaat. Menanggapi ucapan Syahrur, al-‘Akk mengatakan bahwa tuduhan ini hanya pantas dilontarkan oleh orang bodoh yang tidak paham tentang peradaban Islam; kedua, halaman 36 yang menyatakan bahwa apa yang terjadi di abad VII

67 Muhammad Husain al-Dzahab î , Ittijahât al-Munharifa f î Tafsîr al-Qur’ â n al-Karîm , (Cairo: Dâr al-I‘tishâm, 1978), Cet. II, h. 101-102. 68 Syekh Khâlid ‘Abd al-Rahmân al-‘Akk, al-Furqân wa al-Qur’ â n: Qirâ’ah Islâmiyah Mu‘âshirah , (Damaskus: al-Hikmah, 1996), Cet. II, h. 724.

Hijriyah di Benua Arab merupakan perwujudan dari kondisi pada masa awal Islam di saat Nabi Muhammad Saw. menjadi sumber pertama. Al-‘Akk menanggapi bahwa ucapan ini adalah kebohongan besar karena pernyataan Nabi masa itu (dan sekarang) mengandung unsur hukum yang kuat; ketiga, halaman 43 yang menyebut bahwa antara konsep al-Qur’an dan filsafat tidak dapat dikonfromikan antara satu dengan yang lain. Menurut Syahrur, filsafat adalah induk dari beberapa ilmu, sedangkan

menurut al-‘Akk, itulah kebodohan para filosof karena mereka tidak paham apa itu al- Qur’an dan apa itu filsafat!! Dari mana Syahrur berkesimpulan para filosof membenci al-Qur’an. Yang ada adalah al-Qur’an terkadang tidak sejalan dengan pikiran para

filosof itu. 69

Kritikan lain datang dari Dr. Mahâm î Munîr Muhammad Thâhir al-Syawwâf dalam bukunya Tahâfut al-Qir â ’ah al-Mu‘âshirah –satu-satunya kitab yang dialamatkan khusus sebagai bantahan pemikiran Syahrur- terhadap karyanya al-Kitâb wa al-Qur’ â n; Qir â ’ah al-Mu‘âshirah. Menurut Munîr, ada empat faktor utama penyimpangan Syahrur dalam tafsirnya, yaitu: pertama, Syahrur tidak pernah belajar Islam secara benar, bahkan tidak paham tentang alam dan kehidupan. Hal ini menafikan pengakuan Syahrur yang telah mendalami Islam selama sepuluh tahun secara otodidak; kedua, Syahrur tidak menguasai ilmu hukum syariah sehingga tidak dapat membedakan antara yang berkategori dalîl ushûl dan dalîl furû‘, Kedua ilmu ini digunakan untuk mengetahui masalah-masalah yang berkaitan dengan akidah; ketiga,

69 Al-‘Akk, al-Furqân..., h. 729-731.

Syahrur banyak mendasari pandangannya dengan teori-teori linguistik Abi ‘Alî al- Fârisî, ‘Abd. al-Qâhir al-Jurjân î , serta Ibn al-Jinnî dalam memahami ayat al-Qur'an. Hal ini dilatari oleh pemahaman yang keliru bahwa al-Qur’an merupakan produk dari bahasa Arab dan senantiasa 'memaksakan' pendapatnya sejalan dengan jalur ayat; keempat, Syahrur menempuh jalur pemikiran marxis dan kapitalisme dalam memahami ayat yang terkait masalah-masalah ibadah seperti shalat, puasa, haji, dan

hukum. Hal ini dipicu oleh pengingkarannya terhadap hadis sebagai sumber hukum kedua setelah al-Qur’an. Sementara itu, pelaksanaan ibadah di atas tidak dapat

dilakukan melainkan dengan mencontoh apa yang telah digariskan oleh Nabi saw. 70

Dari kritikan-kritikan yang ada, dapat ditarik benang merah bahwa mereka umumnya menilai kesalahan yang dilakukan Syahrur dalam memahami al-Qur’an karena telah terlampau berani menilai al-Qur’an sebagai produk yang murni berbahasa Arab dan senantiasa mencocokkannya dengan pendapat-pendapat yang menurut Syahrur sejalan dengan jalur ayat al-Qur'an. Di samping itu, ia banyak menyalahi kaedah-kaedah penafsiran yang telah baku oleh banyak kalangan. Kapasitas Syahrur sebagai ahli pertanahan sipil dianggap tidak memiliki kapabilitas untuk memberi komentar tentang tafsir. Namun demikian, kritikan itu seakan tidak membuatnya bergeming. Kesalahan yang dinilai oleh orang terhadap karyanya al- Kitâb wa al-Qur’ â n: Qir â ’ah al-Mu‘âshirah ditanggapi secara dingin. Menurut

70 Al-Syawwâf, Tah â fut...,

h. 37-40.

Syahrur, karyanya tersebut memang tidak layak dikategorikan sebagai karya tafsir atau fiqih.

Dokumen yang terkait

1. Tahap Awal / Pedahuluan Membuka dengan salam dan berdoa Membina hubungan baik dengan peserta didik (menanyakan kabar, pelajaran sebelumnya, ice breaking) Menyampaikan tujuan layanan materi Bimbingan dan Konseling Menanayakan kesiapan kepada peserta did

0 0 5

1. Tahap Awal / Pedahuluan Membuka dengan salam dan berdoa Membina hubungan baik dengan peserta didik (menanyakan kabar, pelajaran sebelumnya, ice breaking) Menyampaikan tujuan layanan materi Bimbingan dan Konseling Menanayakan kesiapan kepada peserta did

0 0 5

1. Tahap Awal / Pedahuluan Membuka dengan salam dan berdoa Membina hubungan baik dengan peserta didik (menanyakan kabar, pelajaran sebelumnya, ice breaking) Menyampaikan tujuan layanan materi Bimbingan dan Konseling Menanayakan kesiapan kepada peserta did

0 3 6

1. Tahap Awal / Pedahuluan Membuka dengan salam dan berdoa Membina hubungan baik dengan peserta didik (menanyakan kabar, pelajaran sebelumnya, ice breaking) Menyampaikan tujuan layanan materi Bimbingan dan Konseling Menanayakan kesiapan kepada peserta did

0 0 7

1. Tahap Awal / Pedahuluan Membuka dengan salam dan berdoa Membina hubungan baik dengan peserta didik (menanyakan kabar, pelajaran sebelumnya, ice breaking) Menyampaikan tujuan layanan materi Bimbingan dan Konseling Menanayakan kesiapan kepada peserta did

0 2 7

1. Tahap Awal / Pedahuluan Membuka dengan salam dan berdoa Membina hubungan baik dengan peserta didik (menanyakan kabar, pelajaran sebelumnya, ice breaking) Menyampaikan tujuan layanan materi Bimbingan dan Konseling Menanayakan kesiapan kepada peserta did

0 1 5

Bab VI Value, Domain dan Type - Bab VI VALUE DOMAIN TYPE

0 0 7

W Matkul Softskill Tidak ada UTS dan UAS

0 0 9

Subjek Penelitian Jenis dan Sumber Data

0 1 14

Materi LED dan Photo Diode.do

0 0 6