Metodologi Tafsir

b. Metodologi Tafsir

‘Abduh berangkat dari pemikiran tafsirnya bahwa al-Qur’an adalah agama yang akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Pendapat ini dipeganggi sebagai tujuan al-Qur’an yang Maha Mulia. Mengenai pembahasan- pembahasan yang lain, pada esensinya hanya menginduk pada mainstream tersebut,

atau hanya sekedar menjadi media untuk mewujudkannya. 87

Adapun prinsip-prinsip dasar metodologi tafsir ‘Abduh, yaitu: (1) Menghindari mitos dan unsur-unsur isrâ‘iliyât; (2) Menghindari hadis-hadis maudhû‘ î ; (3) Menghindari uraian tata bahasa ayat; (4) Mengindari khilafiyât- khilafiyât ulama-ulama kalam dan ‘ushûl; (5) Menghindari tarik ulur para pakar tradisional fiqhi, ramalan-ramalan sufi, dan fanatisme kelompok tertentu serta

riwayat-riwayat dan hitung-hitungan ilmu kalâm. 88 Secara metodologis, ‘Abduh tertarik memilih kajian tafsirnya secara tahlîlî

(deskriptif-analitis), yaitu menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan cara mendeskripsikan uraian-uraian makna yang terkandung dalam ayat-ayat al-Qur’an dengan sedikit-banyak melakukan analisis di dalamnya. Sementara corak penafsirannya dikategorikan dalam tafsir modern. Menurut Muhammad Husain al- Dzahab î , tafsir ‘Abduh menganut tafsir pembebasan dari belenggu kefanatikan dan pembebasan akal (al-tahrîr min quyûd al-taqlîd wa hurriyah al-fikr). 89

87 Al-Muhtasib, Ittijâhât…, h. 126. 88 Al-Bannâ, Tafsîr al-Qur'ân al-Karîm baina al-Qudamâ' wa al-Muhadditsîn, h. 126.

89 Al-Dzahabî, al-Tafsîr…, Jilid II, h. 595.

Keberhasilan tafsir reformis ‘Abduh di atas membawa berkah bagi penafsir- penafsir modern sesudahnya. Mereka banyak mengikuti bentuk-bentuk tafsir ‘Abduh yang sarat dengan nuansa-nuansa sastra dan pesan-pesan sosial, seperti Muhammad

Râsyid Ridha, Muhammad Musthaf â al-Mar â gh î , ‘Abdul 'Az î z Jawisy, Jamaluddin al-Qâsim î , ‘Abdul Karîm al-Khâtib, dan Muhammad al-Mubârak ‘Abdullah, dan selainnya. 90

Syahrur memulai tafsirnya dari cara pandang bahwa pemahaman terhadap Islam harus didasarkan pada prinsip-prinsip epistemologis yang kuat. Untuk memahami Islam tidak cukup hanya dengan mengandalkan emosi keagamaan dan semangat primordial sempit, karena Islam adalah agama yang didasarkan pada prinsip kesadaran dan menjungjung tinggi rasionalitas. Islam menempatkan akal dalam posisi yang istimewa yaitu sebagai media dan instrumen untuk memahami agama, Tuhan,

dan rahasia kehidupan. 91 Adapun prinsip-prinsip dasar metodologi tafsir Syahrur, yaitu:

(1) Menggunakan analisis dari kajian bahasa Arab kontemporer yang diambil dari metode kebahasaan Abu ‘Ali al-Fârîsî, Ibnu al-Jinnî dan ‘Abd al-Qâhir al-Jurjânî

dengan berdasarkan pada sya‘ir-sya‘ir Jahilîyah; 92 (2) Al-Qur’an diterima sebagaimana layaknya teks-teks lain seperti materi penafsiran, kode hukum, karya

90 Al-Muhtasib, Ittijâhat…, h. x. 91 Syahrur, Dialektika Kosmos dan Manusia, Dasar-Dasar Epistemologi Qurani, (Alih

Bahasa oleh M. Firdaus dari al-Kitâb wa al-Qur’ân: Qirâ’ah Mu’âshirah), (Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia, 2004), Cet. I, h. 19-20.

92 Syahrur, al-Kitâb wa al-Qur'ân, h. 629.

sastra, teks filosofis, dokumen sejarah, dan sebagainya. Artinya, al-Qur’an tidak memiliki kedudukan istimewa secara metodologis. Semua teks, sakral atau profan, termasuk al-Qur’an, ditafsirkan berdasarkan aturan-aturan yang sama; (3) Tidak ada penafsiran tunggal terhadap teks tetapi pluralitas penafsiran disebabkan oleh perbedaan pemahaman para penafsir. Teks hanya alat dan punya bentuk, penafsirlah

yang memberinya isi sesuai ruang dan waktu dalam masa mereka. 93

Syahrur lebih tertarik menggunakan metodologi tafsir dengan cara merangkum beberapa istilah yang dinilai perlu penafsiran ulang akibat kesalahpahaman ulama-ulama salaf. Sebuah pemahaman lebih dekat kepada pemahaman analisis kebahasaan kontemporer (linguistik modern). Namun Syahrur tidak mengkategorikan karya besarnya (al-Kitâb wa al-Qur’an) sebagai satu karya tafsir atau fiqh. Hemat penulis, hal tersebut karena kritikan yang banyak ditujukan kepada karyanya ini atas penyimpangan terhadap metodologi penafsiran yang telah dianggap baku oleh mayoritas ulama tafsir baik klasik maupun modern, termasuk kapasitas dia sebagai insinyur pertanahan (muhandis al-turâbiyah) yang tidak layak dikelompokkan sebagai mufassir.

Antara ‘Abduh dan Syahrur sama-sama muncul sebagai penafsir modern dan masing-masing menawarkan ide-ide perbaikan sosial pada ruang dan waktu yang berbeda dengan landasan bahwa al-Qur’an selalu sejalan dengan perkembangan waktu dan zaman dan senantiasa menjadi media perbaikan sosial. Hal ini didukung

93 Ilham B. Saenong, Hermeneutika Pembebasan: Metodologi Tafsir al-Qur’an Menurut Hasan Hanafi, (Jakarta: Teraju, 2002), Cet. I, h. 148-149.

oleh pendapat al-Dzahabî bahwa tafsir modern sarat dengan nuansa-nuansa sastra dan sosial yang akan melahirkan keindahan al-Qur’an, menguak sasaran dan tujuannya yang mulia, serta memadukan nilai-nilai konkrit al-Qur’an dengan teori-teori keilmuan yang benar. Usaha ini ditujukan kepada orang Islam dan non Islam untuk memperkenalkan al-Qur’an kepada mereka sebagai Kitab yang abadi, sejalan dengan

perkembangan zaman. 94

Dokumen yang terkait

1. Tahap Awal / Pedahuluan Membuka dengan salam dan berdoa Membina hubungan baik dengan peserta didik (menanyakan kabar, pelajaran sebelumnya, ice breaking) Menyampaikan tujuan layanan materi Bimbingan dan Konseling Menanayakan kesiapan kepada peserta did

0 0 5

1. Tahap Awal / Pedahuluan Membuka dengan salam dan berdoa Membina hubungan baik dengan peserta didik (menanyakan kabar, pelajaran sebelumnya, ice breaking) Menyampaikan tujuan layanan materi Bimbingan dan Konseling Menanayakan kesiapan kepada peserta did

0 0 5

1. Tahap Awal / Pedahuluan Membuka dengan salam dan berdoa Membina hubungan baik dengan peserta didik (menanyakan kabar, pelajaran sebelumnya, ice breaking) Menyampaikan tujuan layanan materi Bimbingan dan Konseling Menanayakan kesiapan kepada peserta did

0 3 6

1. Tahap Awal / Pedahuluan Membuka dengan salam dan berdoa Membina hubungan baik dengan peserta didik (menanyakan kabar, pelajaran sebelumnya, ice breaking) Menyampaikan tujuan layanan materi Bimbingan dan Konseling Menanayakan kesiapan kepada peserta did

0 0 7

1. Tahap Awal / Pedahuluan Membuka dengan salam dan berdoa Membina hubungan baik dengan peserta didik (menanyakan kabar, pelajaran sebelumnya, ice breaking) Menyampaikan tujuan layanan materi Bimbingan dan Konseling Menanayakan kesiapan kepada peserta did

0 2 7

1. Tahap Awal / Pedahuluan Membuka dengan salam dan berdoa Membina hubungan baik dengan peserta didik (menanyakan kabar, pelajaran sebelumnya, ice breaking) Menyampaikan tujuan layanan materi Bimbingan dan Konseling Menanayakan kesiapan kepada peserta did

0 1 5

Bab VI Value, Domain dan Type - Bab VI VALUE DOMAIN TYPE

0 0 7

W Matkul Softskill Tidak ada UTS dan UAS

0 0 9

Subjek Penelitian Jenis dan Sumber Data

0 1 14

Materi LED dan Photo Diode.do

0 0 6