Kendala-Kendala Utama Ulama Tafsir dalam Memaknai Ayat yang Sering Dipahami Gender

B. Kendala-Kendala Utama Ulama Tafsir dalam Memaknai Ayat yang Sering Dipahami Gender

Menafsirkan al-Qur’an adalah dengan cara berijtihad untuk mengetahui maksud yang sesungguhnya dengan mengoptimalkan kekuatan pikiran. Jauh sebelum munculnya para penafsir yang dikenal dewasa ini, bentuk penafsiran ini telah lama dipraktekkan oleh generasi penafsir pertama yaitu para sahabat. Sebagaimana diketahui bahwa Rasulullah Saw. secara keseluruhan tidak manafsirkan semua ayat dalam al-Qur’an semasa hidupnya, tetapi hanya pada ayat-ayat tertentu saja yang dinilai rumit dan susah dipahami oleh sahabat. Rasulullah Saw. meninggalkan banyak

ayat yang bertujuan dapat dipikirkan dan di-tadabbur-i oleh generasi selanjutnya. 37

36 Âmal Qardâs î binti al-Husain, Daûr al-Mar’ah fî Khidmah al-Had î ts fî al-Qarn al-Ûlâ, (Qatar: Dâr al-Kutub al-Qatarîyah, 1999), Cet. I, h. 17.

37 Al-Dzahabî, Tafsîr…, Jilid I, h. 58.

Sahabat memiliki banyak kelebihan seperti penguasaannya akan tata bahasa Arab dan kultur masyarakat Arab. Dengan ketajaman indra dan keluasan pengetahuan, sebagian sahabat menafsirkan teks al-Qur’an sehingga mucullah beberapa nama besar penafsir dari kalangan sahabat seperti al-Khulafâ’ al-Râsyidîn, Ibn Mas‘ûd, Ibn 'Abbâs, Ubay bin Ka‘b, Zaîd bin Tsâbit, Abu M û sâ al-Asy‘arî, dan Abdullah bin al-Zubaîr. 38

Peguasaan sahabat terhadap tata bahasa dan kultur masyarakat Arab serta sebab-sebab tertentu saat turunya ayat tidak menjadikan mereka senada dalam menanggapi kasus-kasus tertentu. 'Umar bin Khatth â b berbeda penafsiran dengan sahabat-sahabat lain seperti saat turunnya ayat Q.S. al-Mâidah [5]: 3

Artinya: Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku- cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.

Saat turunnya ayat ini, para sahabat mengira bahwa ayat ini turun semata- mata sebagai berita sekaligus kabar gembira dengan disempurnakannya agama Islam. Berlainan dengan 'Umar bin Khatthab, turunnya ayat ini membuatnya menangis sedih. Sahabat ini berkata, "Tiada kesempurnaan sesudahnya kecuali kekurangan". Perasaan dia mengatakan bahwa ayat ini merupakan tanda akan ajal Nabi Saw. Dalam

38 Al-Dzahabî, Tafsîr…, Jilid I, h. 63-68.

sebuah riwayat disebutkan bahwa umur Nabi Saw. setelah turunnya ayat ini tinggal delapan puluh satu hari. 39

Kasus serupa terjadi saat turunnya Q.S. al-Nashr [110]: 1     

Artinya: Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan.

Setelah turunnya ayat di atas, sebagian sahabat ikut mengira bahwa Allah Swt. memerintahkan manusia untuk memuji-Nya dan senantiasa memohon ampunan-Nya saat pertolongan dan kemenangan diberikan kepada umat Islam. Sementara sahabat yang lain lebih memilih diam dan tidak memberi komentar termasuk ‘Umar bin Khatthab yang ikut dalam pertemuan itu. Ia kemudian bertanya kepada Ibnu ‘Abbâs, "Apakah juga demikian pendapatmu wahai Ibnu ‘Abbâs tentang ayat ini? Dia menjawab, "Tidak, ayat ini adalah tanda akan ajal Nabi Saw. sebagai pemberitaan kepada beliau". ‘Umar pun berkata, "Saya tidak berkomentar tentang ayat ini, kecuali

mengikuti apa yang kamu katakan." 40 Perbedaan penggalian makna teks di kalangan penafsir menjadi hal yang

lumrah, bahkan’Amina Wadûd Muhsin berpendapat bahwa setiap penafsiran memberi sejumlah pilihan yang sifatnya subjektif. Berbagai rincian penafsiran terkadang mencerminkan pilihan subjektif para penafsirnya tanpa memprioritaskan

39 Al-Dzahabî, Tafsîr…, Jilid I, h. 65. 40 Al-Dzahabî, Tafsîr…, Jilid I, h. 66.

maksud ayat yang hendak ditafsirkan. Akibatnya, seringkali terjadi seorang pembaca tafsir tidak mampu membedakan antara ayat dan penafsiran. 41

Ada beberapa hal yang menjadi faktor terjadinya perbedaan penafsiran, termasuk pemaknaan ayat yang berkonotasi gender. Perbedaan ini seperti (1) Pembakuan tanda huruf, tanda baca, dan qirâ’ât; (2) Pengertian kosakata (mufradât); (3) Penetapan kata ganti (dhamîr); (4) Penetapan batas pengecualian (istitsnâ’); (5)

Penetapan arti huruf ‘athaf; (6) Bias dalam struktur bahasa Arab; (7) Bias dalam kamus bahasa Arab; (8) Bias dalam metode tafsir; (9) Pengaruh riwayat isrâ’iliyât;

(10) Bias dalam pembukuan kitab-kitab fiqih. 42 Aminah juga menyatakan bahwa hampir seluruh tafsir tradisional ditulis oleh

kaum laki-laki. Ini berarti bahwa laki-laki dan pengalaman laki-laki mendominasi perempuan dan pengalaman perempuan sehingga kaum hawa tidak banyak diakomodasi atau mereka hanya menafsirkan berdasarkan sudut pandang laki-laki.

Akibatnya, perasaan dan keinginan perempuan tidak banyak tersentuh. 43 Selain perbedaan-perbedaan di atas, penambahan bacaan pada teks tertentu

juga berperan dalam perbedaan arti. Hal tersebut dapat dibuktikan pada penulisan Utsman bin 'Affân R.a. yang termuat dalam Mushaf Utsmanî pada Q.S. Â li ‘Imrân [3]: 104

41 Amina Wadud Muhsin, Wacana Islam Liberal, (Jakarta: Paramadina, 2003), Cet. II, h. 186. 42 Selengkapnya, lihat: Nasaruddin Umar, Argumentas Kesetaraan Jender…, h. 268-299.

43 Aminah Wadûd Muhsin, Qur’an and Women, (Kuala Lumpur: Fajar Bakti SDN. BHD, t.th.), h. 2.

Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar. 44

Pada akhir ayat di atas ditambahkan dengan teks berikut:

Pada awal datangnya Islam, orang bebas memberi tanda baca pada al-Qur’an sehingga setiap orang dapat membaca secara beragam, berbeda antara satu dengan

yang lain. Fenomena seperti ini terjadi pada fase awal penafsiran al-Qur’an. 46 Mengomentari perbedaan cara bacaan yang berbeda arti lantaran hasil bacaan

para sahabat, ‘Umar bin Khatthab mengatakan:

Artinya: Semua bacaan (para sahabat) adalah benar. Dalam suatu riwayat disebutkan, (bahwa bacaan mereka) boleh ditulis dan dibaca (kâf syâf), selama orang yang

44 Al-Thabar î , Tafsîr al-Thabâri, Jilid IV, h. 24. 45 Q.S. Yûnus [10]: 22 46 Al-Hâkim al-Baqhâr, Madzâhib al-Tafsîr al-Islâmi, (Mesir: Maktabah al-Khânj î , t.th.), h.

membacanya tidak merubah dari ayat yang berkonotasi rahmah (kasih sayang)

47 menjadi ayat yang berkonotasi ‘adzâb (siksaan).

Keragaman pemahaman para sahabat tentang kandungan teks ayat tertentu menunjukkan bahwa mereka masing-masing berbeda tingkat pemahaman terhadap. Ini juga mengukuhkan kebenaran pendapat yang menyebut setiap orang terbuka peluangnya untuk berbeda penafsiran dalam memahami ayat tertentu. Hal tersebut

dikarenakan oleh perbedaan tingkat kecerdasan dan penguasaan ilmu-ilmu bantu dalam memahami ayat. Demikian halnya dengan perbedaan dalam memaknai ayat yang sering dipahami gender oleh sebagian penafsir.

Dokumen yang terkait

1. Tahap Awal / Pedahuluan Membuka dengan salam dan berdoa Membina hubungan baik dengan peserta didik (menanyakan kabar, pelajaran sebelumnya, ice breaking) Menyampaikan tujuan layanan materi Bimbingan dan Konseling Menanayakan kesiapan kepada peserta did

0 0 5

1. Tahap Awal / Pedahuluan Membuka dengan salam dan berdoa Membina hubungan baik dengan peserta didik (menanyakan kabar, pelajaran sebelumnya, ice breaking) Menyampaikan tujuan layanan materi Bimbingan dan Konseling Menanayakan kesiapan kepada peserta did

0 0 5

1. Tahap Awal / Pedahuluan Membuka dengan salam dan berdoa Membina hubungan baik dengan peserta didik (menanyakan kabar, pelajaran sebelumnya, ice breaking) Menyampaikan tujuan layanan materi Bimbingan dan Konseling Menanayakan kesiapan kepada peserta did

0 3 6

1. Tahap Awal / Pedahuluan Membuka dengan salam dan berdoa Membina hubungan baik dengan peserta didik (menanyakan kabar, pelajaran sebelumnya, ice breaking) Menyampaikan tujuan layanan materi Bimbingan dan Konseling Menanayakan kesiapan kepada peserta did

0 0 7

1. Tahap Awal / Pedahuluan Membuka dengan salam dan berdoa Membina hubungan baik dengan peserta didik (menanyakan kabar, pelajaran sebelumnya, ice breaking) Menyampaikan tujuan layanan materi Bimbingan dan Konseling Menanayakan kesiapan kepada peserta did

0 2 7

1. Tahap Awal / Pedahuluan Membuka dengan salam dan berdoa Membina hubungan baik dengan peserta didik (menanyakan kabar, pelajaran sebelumnya, ice breaking) Menyampaikan tujuan layanan materi Bimbingan dan Konseling Menanayakan kesiapan kepada peserta did

0 1 5

Bab VI Value, Domain dan Type - Bab VI VALUE DOMAIN TYPE

0 0 7

W Matkul Softskill Tidak ada UTS dan UAS

0 0 9

Subjek Penelitian Jenis dan Sumber Data

0 1 14

Materi LED dan Photo Diode.do

0 0 6