Analisis Musikal Nyanyian Kudus
4.3.3 Analisis Musikal Nyanyian Kudus
Tangga nada nyanyian Kudus ini terdiri dari enam nada. Diurutkan dari nada terendah sampai tertinggi yakni, G-A-B-C-D-E. Nada terendah adalah nada
G dan tertinggi nada E.
Untuk menentukan nada dasar pada nyanyian ini, penulis menggunakan pendekatan yang dilakukan oleh Bruno Nettl Untuk mengaplikasikan pendapat tersebut pada nyanyian Tuhan Kasihanilah kami ini, maka terlebih dahulu nada-
Tabel 4.5 Distribusi Nada Nyanyian Kudus
Nyanyian Kudus
1. Nada yang paling sering digunakan adalah nada B dan nada yang paling jarang dipakai adalah nada E.
2. Nada yang memiliki nilai ritmis yang besar adalah nada B
3. Nada yang dipakai sebagai nada awal adalah nada B dan nada yang paling akhir adalah nada G.
4. Nada yang menduduki posisi paling rendah adalah nada G dan nada yang menduduki posisi pertengahan adalah nada B
5. Nada yang memiliki oktafnya tidak ada
6. Tekanan ritmis B
7. Melalui pengalaman – Berdasarkan kriteria yang diajukan Netll tersebut dapat ditarik kesimpulan dari tabel yang merupakan hasil dari pencacahan, bahwa nada dasar yang terdapat pada nyanyian Kemuliaan adalah B.
Wilayah nada adalah daerah (ambitus) antara nada yang paling rendah dengan nada yang paling tinggi dalam satu komposisi lagu. Wilayah nada (range) Kudus adalah dari nada G sampai E.
Dalam menganalisis sebuah komposisi musik, frekuensi nada yang muncul merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan. Banyaknya jumlah nada yang sering digunakan akan menjadi sebuah gambaran tentang komposisi musik tersebut sehingga menjadi ciri khas tersendiri. Berikut uraian tentang frekuensi pemakaian nada dari nyanyian Kudus
Dari gambaran diatas dapat dilihat bahwa pemakaian nada B sangat mendominasi dalam nyanyian ini, yakni sebanyak 73 kali. Dan yang paling sedikit pemakain nadanya adalah nada E, yakni 3 kali.
Interval adalah jarak nada yang satu dengan nada yang lainnya naik ataupun turun (Manoff, 199: 71). Berikut ini adalah tabel interval dari keseluruhan nada-nada yang dipakai dalam nyanyian Kudus.
Tabel 4.6 Interval nada Nyanyian Kudus No
Jumlah Interval
Interval
Nyanyian Instrumen
1 Prime Murni
2 Sekunder Naik
Mayor (2M)
Turun
3 Sekunder Naik
Minor (2m)
Turun
4 Ters Naik
mayor (3M)
Turun
5 Ters Naik
Minor (3m)
Turun
6 Kwart Naik
Murni (4P)
Turun
7 Kwint Naik
Murni (5P)
Turun
8 Sekta Naik
Mayor Turun
Dengan melihat tabel di atas, maka dapat disimpulkan interval yang sering muncul adalah interval sekunda mayor (2M) sebanyak 43 kali.
Formula melodi yang akan dibahas meliputi bentuk, frasa dan motif. Dalam hal ini penulis mengacu pada teori William P. Malm.
a Bentuk. Bentuk nyanyian Kudus ini cenderung, Ireratif yaitu bentuk nyanyian yang memakai formula melodi yang kecil dengan kecenderungan pengulangan-pengulangan di dalam keseluruhan nyanyian. Bila dirumuskan terdiri dari A, B, A, C, D, C’, E, F, dan C’. Dari formula bentuk nyanyian ini terlihat bentuk A dan C cenderung diulang dan bentuk
C mengalami satu kali pengembangan dan mengalami pengulangan serta menjadi bagian penutup dari lagu. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada hasil transkripsi lagu.
b Frasa
Pada nyanyian ini terdiri dari sepuluh frasa.
c Motif
Terdapat enam motif yang membentuk nyanyian Kudus.
Kadensa adalah nada akhir dari satu bagian musik atau lagu. Pola kadensa yang dijabarkan penulis dalam nyanyian ini adalah nada-nada terakhir dari tiap bentuk.
Kontur adalah garis melodi dalam sebuah lagu. Malm ( Irawan 1997:85) membedakan beberapa jenis kontur. Dari beberapa istilah yang dikemukakan Malm, maka penulis melihat kantur yang terdapat pada nyanyian Kudus ialah conjuct. Pergerakan melodi dari nyanyian ini cenderung bergerak melangkah dari satu nada ke nada yang lain baik naik maupun turun, bentuk melodi ini disebut dengan istilah conjuct.
4.3.3.1 Hubungan Teks dengan Melodi Nyanyian Kudus
Hubungan teks dengan melodi merupakan karakteristik yang sangat penting diperhatikan yakni hubungan antara musik (nada) dengan teks. Mengacu pada teori W. P Malm (1977:9). Berikut ini penulis uraikan hubungan teks dengan melodi pada nyanyian Kudus. Melismatis:
Silabis:
Sampel di atas merupakan melismatis dan silabis yang timbul akibat hubungan melodi dengan teks. Terdapat beberapa melisma-melisma pendek dalam nyanyian ini. Setelah melakukan pencacahan, terdapat penggunaan melismatis sebanyak 11 motif dengan menggunakan 2-5 nada dalam satu suku kata. Sedangkan penggunaan silabis sebanyak 8 motif. Dari hasil pencacahan tersebut disimpulkan bahwa penggunaan melismatis terlihat mendominasi.
Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan dari segi musikal nyanyian Kudus menggunakan tangga nada heksatonik, dengan nada dasar B, nyanyian ini cenderung mayor, garis melodi (kontur) cenderung conjuct, dan bentuk nyanyian ireratif yaitu bentuk nyanyian yang memakai formula melodi yang kecil dengan kecenderungan pengulangan-pengulangan di dalam keseluruhan nyanyian. Dari segi tekstual nyanyian ini banyak menggunakan melisma-melisma pendek yang menggunakan 2-5 suku kata dalam tiap nada.