Tinggi Tumbuhan Purun, Mendong dan Padi Liar Potensi Tumbuhan sebagai Fitoremediator

Adanya akumulasi logam berat kromium pada tumbuhan mengindikasikan adanya mekanisme fitoremediasi. Fitoremediasi adalah pemanfaatan tumbuhan untuk meminimalisasi dan mendetoksifikasi polutan, karena tumbuhan mempunyai kemampuan menyerap logam dan mineral yang tinggi dari media tanamnya. Mekanisme yang terjadi pada tumbuhan purun T. latifolia, mendong S. californicus dan padi liar Z. miliacea adalah mekanisme fitoekstraksi. Mekanisme fitoekstraksi meliputi penyerapan kontaminan oleh akar tumbuhan selanjutnya ditranslokasikan ke dalam organ tumbuhan Ghosh dan Singh, 2005. Pada prosesnya pengubahan kontaminan terjadi di bagian akar dan sebagian di antaranya diakumulasikan ke dalam biomassa tumbuhan yaitu bagian batang maupun daun.

5.3 Tinggi Tumbuhan Purun, Mendong dan Padi Liar

Hasil pengukuran tinggi tanaman, ketinggian tanaman kontrol lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanaman perlakuan. Pada tumbuhan kontrol didapatkan rata-rata 75 cm untuk purun dan pada perlakuan rata-rata 74 cm untuk purun. Sedangkan yang terendah didapatkan untuk tumbuhan mendong yaitu rata-rata 64 cm pada kontrol dan 59 cm pada perlakuan. Pencemaran logam berat menyebabkan kerusakan dan perubahan fisiologi tanaman yang diekspresikan dalam gangguan pertumbuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kromium menghambat pertambahan tinggi tanaman purun, mendong dan padi liar. Hasil analisis statistik menggunakan uji Kruskall-Wallis, didapatkan nilai p = 0,066, yang berarti pada alpha 5 tidak ada perbedaan yang signifikan tinggi Universitas Sumatera Utara tumbuhan purun, mendong dan padi liar. Pada perlakuan didapatkan nilai p = 0,027 yang berarti pada alpha 5 ada perbedaan yang signifikan tinggi tumbuhan purun, mendong dan padi liar. Terjadinya penurunan tinggi tumbuhan mungkin disebabkan karena terjadi penghambatan pertumbuhan akar, yang mengakibatkan nutrisi dan transportasi air ke bagian atas tumbuhan turut mengalami penurunan. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Shanker dkk 2005 bahwa kromium yang ditransportasikan ke bagian tunas dapat berdampak langsung tehadap metabolisme sel tunas tersebut yang berkontribusi terhadap tinggi tanaman. Dampak buruk dari keberadaan kromium terhadap tinggi tanaman juga telah dilaporkan Sharma dan Mehrotra 1993 bahwa dalam penelitiannya setelah 32 dan 96 hari tinggi tanaman gandum berkurang secara signifikan oleh pengaruh kromium.

5.4 Potensi Tumbuhan sebagai Fitoremediator

Kemampuan tumbuhan dalam mengakumulasi logam berat dapat diprediksi dari nilai Bioaccumulation Factor BAF. BAF merupakan kemampuan tanaman untuk mengakumulasi logam berat tertentu sebagai tanggapan terhadap kandungan logam tersebut di dalam suatu substrat. Hasil penelitian didapatkan nilai BAF untuk tumbuhan purun sejumlah 1,044, mendong sejumlah 0,824, dan padi liar sejumlah 0,604. Berdasarkan katagori dari Baker 1981 maka tumbuhan purun merupakan akumulator kromium. Nilai BAF 1 yang terdapat pada purun mengindikasikan bahwa jumlah kromium yang terkonsentrasi pada tumbuhan lebih besar dari kromium Universitas Sumatera Utara yang terkonsentrasi pada tanah. Dengan demikian tumbuhan purun berpotensi sebagai tumbuhan akumulator kromium. Hasil penelitian Susana 2013 menunjukkan nilai BAF Cd untuk tanaman kailan 14,44, sawi putih 12,36 dan sawi hijau 12,32. Demikian pula penelitian Mangkoedihardjo 2010 bahwa nilai BAF Pb untuk tumbuhan Acacia schaffneri 0,90, Mimosa pudica 0,49, dan nilai BAF Zn untuk tumbuhan Abelmoschus 1,23, Zea mays 0,45. Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa ada jenis-jenis tumbuhan yang dapat menjadi akumulator logam berat atau hanya menjadi tumbuhan indikator saja. Penelitian ini dilakukan selama 28 hari. Adapun hal yang mendasari waktu penelitian ini adalah karena masa perkembangbiakan tumbuhan purun dan mendong terjadi setiap bulan melalui sistem perakaran, dimana dalam waktu satu bulan telah tumbuh anakan baru. Pada tanaman yang tua proses penyerapan logam akan menurun hal ini disebabkan oleh jaringan tanaman yang ikut tua dan akumulasi pada tubuh tanaman telah mencapai kesetimbangan sehingga proses penyerapannya lama- kelamaan akan terhenti. Penelitian terkait tumbuhan purun dilakukan Evasari 2012 melakukan penelitian selama 4 minggu untuk mengelola limbah cair domestik menggunakan Typha latifolia. Rismawati 2013 menggunakan tanaman jarak pagar Jatropha curcas selama 28 hari dalam meremediasi tanah tercemar logam berat Zn. Penggunaan waktu detensi yang cukup akan memberikan kesempatan kontak antara akar tumbuhan dengan kontaminan logam berat. Universitas Sumatera Utara Upaya mengurangi kromium dalam air lindi dengan menggunakan tumbuhan akumulator mampu menyerap dan mengakumulasi kromium di dalam jaringan tumbuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh tumbuhan yang dicobakan di rumah tanaman yaitu purun, mendong dan padi liar mampu menurunkan kadar kromium dalam tanah serta mengakumulasi kromium dalam jaringan tanaman. Mendong relatif lebih tinggi menyerap kromium dibanding purun dan padi liar akan tetapi purun yang dapat tumbuh dengan baik di tanah dengan air lindi. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan tanah yang mengandung kromium dapat dilakukan dengan penggunaan tumbuhan walaupun penggunaan tumbuhan relatif berjalan lambat dalam menurunkan kadar kromium dalam tanah, namun upaya ini dapat menjadi satu masukan karena penanaman dalam jangka waktu lama diharapkan dapat menghasilkan penurunan kromium yang lebih besar lagi hingga tidak tersedia lagi di tanah. Pertimbangan utama dalam menentukan fitoremediasi adalah penanganan tumbuhan tersebut sebaik mungkin karena dengan pembuangan yang tidak semestinya hanya akan berpindahnya zat pencemar logam ke tempat lain dan dapat menimbulkan pencemaran baru. Hal yang sama juga disampaikan oleh Siregar dan Siregar 2010 bahwa tehnik fitoekstraksi bertujuan untuk memanen tanaman yang mengandung logam, pada tanaman yang mentranslokasikan logam ke pucuknya, sehingga kemungkinan terkonsumsinya kontaminan dapat diminimalisir. Untuk logam kromium penanganan yang tepat yaitu dengan teknologi pembakaran dengan menggunakan alat pengendalian pencemaran udara. Teknologi pembakaran dapat Universitas Sumatera Utara dimanfaatkan untuk energi. Selain itu teknik solidifikasi membuat zat tetap dalam massa solid. Tumbuhan yang telah digunakan untuk mengolah zat dapat dimanfaatkan untuk campuran semen paving stone Mangkoedihardjo, 2010. Selain itu dapat dijadikan campuran atau pengisi dalam pembuatan batubata, ataupun dengan mengekstrak bagian akar tanaman untuk mendapatkan unsur kromium yang dapat digunakan kembali Darmawan, 2012. Penggunaan tanaman lebih aman dibandingkan dengan penggunaan bahan kimia untuk menangani polutan karena proses yang terjadi dengan melibatkan tumbuhan adalah proses alami. Penggunaan tanaman juga menghindarkan kontak langsung antara pekerja dengan polutan sehingga dapat menghindarkan pekerja dari bahaya keracunan. Disamping itu penggunaan tanaman dapat menambah keindahan lokasi penanganan polutan dan akan memberikan nilai estetika yang lebih pada lahan- lahan yang ditangani. Pihak yang bertanggung jawab untuk melaksanakan fitoremediasi di TPA ini adalah dari Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota Banda Aceh. Untuk menghindari perkembangbiakan nyamuk maka sistem yang digunakan menggunakan Sub Surface Flow System SSF yang berupa rawa buatan dengan aliran di bawah permukaan tanah. Air lindi mengalir melalui tanaman yang ditanam pada media yang berpori. Dalam sistem ini tanaman melalui akar rhizoma yang menstranfer logam-logam berat dalam air lindi ke dalam jaringan tumbuhan. Sistem SSF ditutup dengan pasir atau tanah, sehingga tidak ada resiko langsung terhadap potensi timbulnya nyamuk. Sistem ini dirancang untuk pengolahan atau pembersihan Universitas Sumatera Utara beberapa jenis air limbah dan biasanya dibangun sebagai saluran yang berisi media tanam yang tepat. Tumbuhan T. latifolia mengandung berbagai komponen fitokimia seperti flavanoid, alkanoid dan minyak volatil yang dapat bersifat repellen terhadap nyamuk. Selain itu T. latifolia yang dikeringkan lalu dibakar juga efektif sebagai repellen Imam dan Tajuddeen, 2013. Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Pengukuran Tingkat Kepadatan Lalat Pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Kota Binjai Tahun 2000

2 65 79

Kajian Air Lindi Di Tempat Pembuangan Akhir Terjun Menggunakan Metode Thornthwaite

8 88 75

Pengaruh Air Lindi Tempat Pembuangan Akhir Sampah terhadap Kualitas Air Tambak Ikan di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan

7 90 87

Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupatem Deli Serdang

5 82 169

PENDAPATAN PEMULUNG DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) DI GAMPONG JAWA BANDA ACEH

1 6 1

Efektivitas penyerapan logam kromium (cr.VI) kadmium (CD) oleh Scenedesmus Dimorphus

3 19 95

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah dan TPA - Penyerapan Logam Kromium (Cr VI) Oleh Tumbuhan Purun (Typha latifolia), Mendong (Scirpus californicus) dan Padi Liar (Zizaniopsis miliaceae) sebagai Upaya Pengolahan Lindi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah

0 0 22

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Penyerapan Logam Kromium (Cr VI) Oleh Tumbuhan Purun (Typha latifolia), Mendong (Scirpus californicus) dan Padi Liar (Zizaniopsis miliaceae) sebagai Upaya Pengolahan Lindi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Gamp

0 0 8

Penyerapan Logam Kromium (Cr VI) Oleh Tumbuhan Purun (Typha latifolia), Mendong (Scirpus californicus) dan Padi Liar (Zizaniopsis miliaceae) sebagai Upaya Pengolahan Lindi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Gampong Jawa Kota Banda Aceh

0 0 17

PENGOLAHAN AIR LIMBAH SAMPAH (LINDI) DARI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (TPA) MENGGUNAKAN METODA CONSTRUCTED WETLAND

0 2 11