dari lingkungan Buyong dkk, 2007. Cr masuk ke lingkungan melalui udara, air, dan tanah yang pada akhirnya masuk ke dalam ikatan melalui air yang terkontaminasi.
Dampak dari hasil kegiatan manusia yang menyebabkan pencemaran logam di lingkungan alam sangat bervariasi Palar, 2008, seperti berikut ini :
a. Limbah rumah tangga dan aliran kota Penggunaan detergen yang sudah sangat meluas di kalangan masyarakat kota
maupun desa dapat mengakibatkan limbah yang mengandung Cr, Fe, Mn, Ni, Cu, Zn. Sedangkan air limbah dari jalan, transportasi dan penimbunan sampah
di perkotaan banyak mengandung Cu, Cr, Pb, Fe, Hg. Komposisi logam dalam aliran kota tergantung dari rencana perkotaan, keadaan lalu lintas, konstruksi
jalan dan penggunaan tanah. b. Limbah industri
Sumber pencemaran kromium ke lingkungan berasal dari industri cat, industri tekstil, dan industri pelapisan logam. Pemanfaatan kromium untuk memberi
warna cemerlang pada perkakas dari logam. Selain itu kromium juga terkandung dalam air limbah industri penyamakan kulit dan kerajinan kulit
Widowati dkk, 2008. Penyamakan kulit secara konvensional menghasilkan limbah cair dengan kadar krom : 1500 – 3000 ppm, sedangkan penyamakan
kulit dengan teknik yang lebih maju menghasilkan limbah cair dengan kadar krom : 500 – 1000 ppm.
2.3.3 Dampak Kromium terhadap Manusia
Universitas Sumatera Utara
Kromium valensi III dalam jumlah kecil tergolong mineral penting yang dibutuhkan manusia yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh sehingga harus dipenuhi
dari makanan sehari-hari. Zat ini diperlukan hampir semua jaringan tubuh manusia, termasuk kulit, otak, otot, limpa dan ginjal. Kromium berperan mengendalikan
metabolisme insulin yang mengontrol kadar gula darah, membantu proses pencernaan protein dan lemak, menurunkan kadar trigliserid dan kolesterol darah Mukono,
2002. Keracunan tubuh manusia oleh kromium, dapat berakibat buruk terhadap
saluran pernafasan, kulit, pembuluh darah dan ginjal. Efek kromium terhadap saluran pernafasan Respiratory system effects, berupa kanker paru dan ulkus
kronisperforasi pada spektrum nasal. Pada kulit skin effects, berupa ulkus kronis pada permukaan kulit. Pada pembuluh darah Vascular effects, berupa penebalan
oleh plag pada pembuluh aorta Atherosclerotic aortic plaque. Sedangkan pada ginjal Kidney effects, kelainan berupa nekrosis tubulus ginjal Widowati dkk, 2008.
Senyawa kromium VI yang masuk ke dalam tubuh akan ikut dalam proses fisiologis atau metabolisme tubuh. Senyawa yang mempunyai berat molekul rendah
terdapat dalam sel darah dapat melarutkan kromium dan ikut terbawa ke seluruh tubuh bersama peredaran darah. Ion-ion Cr
6+
dalam proses metabolisme tubuh akan menghambat kerja dari enzim benzopiren hidroksilase sehingga dapat mengakibatkan
perubahan dalam kemampuan pertumbuhan sel, sehingga sel-sel menjadi tumbuh secara liar dan tidak terkontrol, atau yang disebut dengan istilah kanker Palar, 2008.
Dampak kesehatan terhadap pemajanan kromium antara lain :
Universitas Sumatera Utara
a. Efek Fisiologi : krom III merupakan unsur penting dalam makanan yang mempunyai fungsi menjaga agar metabolisme glukosa, lemak, dan kolesterol
berjalan normal. Data kebutuhan krom perhari diperkirakan sekitar 50-200 µgrhr. jarang terjadi defisiensi krom, bila kebanyakan terjadi pada penderita diabetes,
malnutrisi dan mereka yang mendapat makanan melalui parenteral. Faktor utama terjadinya toksisitas dari krom adalah “oxidation state” dan daya larutnya. Krom
VI mudah menembus membran sel dan akan terjadi reduksi di dalamnya. Organ utama yang terserang karena krom adalah terhisap oleh paru-paru, organ lain yang
bisa terserang adalah ginjal, liver, kulit dan sistem imunitas. b. Efek Pada Kulit : Asam kromik, dikromat dan kromium VI selain iritan kuat juga
korosif. Letak luka biasa di akar kuku, persendian dan selaput antara jari, bagian belakang tangan dan lengan. Karakteristik luka karena krom mula-mula melepuh
papulae kemudian terbentuk luka dengan tepi yang meninggi dan keras. Penyembuhan luka lambat, bisa beberapa bulan dan luka tidak sakit diduga ada
gangguan syaraf perifer. Dermatitis alergi dengan eksim pernah dilaporkan terjadi pada pekerja percetakan, semen, metal, pelukis dan penyamak kulit. Diperkirakan
bahwa krom III protein kompleks yang bertanggungjawab atas terjadinya reaksi alergi.
c. Efek pada pernafasan : Efek iritasi paru-paru terjadi pada pemajanan menghirup debu kromium dalam jangka panjang dan mempunyai efek terhadap iritasi kronis,
penyumbatan dan hiperemia, renitis kronis, polip, trakheabronkhitis dan paringitis kronis.
Universitas Sumatera Utara
d. Efek pada ginjal : Gangguan pada ginjal terjadi setelah menghirup dan menelan kromium. Kenaikan kadar Beta-2 mikroglobulin dalam urin merupakan indikator
adanya kerusakan tubulus. Urinary treshold untuk efek nefrotik diperkirakan 15 µggram kreatinin.
e. Efek pada hati : Pemajanan akut kromium dapat menyebabkan nekrosis hepar. Bila terjadi 20 tubuh tersiram asam kromat akan mengakibatkan kerusakan berat
hepar dan terjadi kegagalan ginjal akut. f. Efek karsinogenik : kromium VI sebagai penyebab kanker paru, sedangkan
kromium III tidak. Kanker paru timbul 20 tahun setelah terpajan kromium dengan jangka waktu pemajanan sekitar 2 tahun.
Logam kromium yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami proses metabolisme. Tubuh merubah komposisi zat kimia yang masuk ke tubuh sehingga
menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang ke luar tubuh. Zat kimia tersebut menjalani biotransformasi yang merupakan salah satu fungsi penting hati yang dapat
mendetoksifikasi dan menyederhanakan suatu zat sehingga lebih mudah diekskresikan melalui paru-paru, eksokrin, kulit dan traktus intestinal Widyastuti dan
Ester, 2002. Untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk, tubuh memerlukan
antioksidan. Zat antioksidan dapat disediakan oleh tubuh kita dan adakalanya diperoleh dari luar tubuh melalui makanan yang kita konsumsi sehari-hari. Vitamin E
adalah salah satu antioksidan yang terbaik dibandingkan antioksidan lainnya Khomsan dan Anwar, 2008. Sifat antioksidan vitamin E memberikan proteksi
Universitas Sumatera Utara
terhadap gangguan respon imun tubuh melalui pemusnahan radikal bebas. Antioksidan itu bekerja menangkap radikal hidroksil, mengikat ion logam katalisator,
dan melakukan dekomposisi produk utama menjadi senyawa non radikal Anwar dan Khomsan, 2009.
2.3.4 Dampak Kromium terhadap Lingkungan