Penilaian Keterampilan Berbicara Keterampilan Berbicara

26 yaitu tidak terlalu nyaring dan tidak terlalu lemah. Kelancaran dalam berbicara akan dapat mempermudah untuk menangkap isi pembicaraan yang disampaikan sedangkan relevansi, penalaran dan penguasaan terhadap topik tertentu yaitu hal yang disampaikan memiliki urutan yang runtut dan memiliki arti yang logis serta adanya saling keterkaitan atau hubungan dari hal yang disampaikan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara merupakan alat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan, atau mengkomunikasikan pikiran, ide maupun perasaan kepada orang lain. Terdapat beberapa faktor yang dijadikan ukuran kemampuan berbicara seseorang yang dibagi menjadi dua aspek yaitu aspek kebahasaan dan nonkebahasaan. Aspek kebahasaan terdiri dari empat faktor yaitu ketepatan ucapan, penempatan tekanan nada yang sesuai, pilihan kata diksi, dan ketepatan sasaran pembicaraan sedangkan aspek nonkebahasaan juga terdiri dari empat faktor yaitu sikap tubuh, menghargai pembicaraan orang lain, kenyaringan suara dan kelancaran dalam berbicara, serta relevansi.

4. Penilaian Keterampilan Berbicara

Penilaian dibutuhkan untuk dapat mengetahui seberapa tinggi kemampuan berbicara anak. Penilaian merupakan proses pengumpulan informasi atau data yang digunakan untuk membuat keputusan tentang pembelajaran Harun Rasyid, dkk, 2012: 5. Penilaian dapat dilakukan melalui tes dan non tes. Menurut Sabarti Akhadiah 19921993: 145 terdapat tes berupa tes berbicara yang dapat dilakukan untuk mengetahui kemampuan berbicara anak. Aspek- 27 aspek yang dinilai melalui tes berbicara mencakup ketepatan lafal, kejelasan ucapan, kelancaran, dan intonasi. Tes berbicara dapat dilakukan dengan cara pengulangan, hafalan, percakapan terpimpin, dan percakapan bebas atau wawancara Sabarti Akhadiah, dkk, 19921993: 145-146. Pengulangan dapat dilakukan saat pembelajaran guru membacakan cerita pendek kemudian anak diminta untuk mengulanginya kembali. Hafalan dapat dilakukan dengan meminta anak menghafal do’a atau sila-sila dalam pancasila. Percakapan terpimpin dapat dilakukan dengan meminta anak berdiskusi secara berkelompok dan membahas tema yang sudah ditentukan oleh guru sedangkan wawancara dapat dilakukan guru dengan melakukan percakapan atau tanya jawab dengan siswa. Selain menggunakan tes untuk dapat mengetahui keterampilan berbicara anak juga dapat menggunakan non tes yaitu dengan melakukan pengamatan atau observasi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui seberapa tinggi kemampuan berbicara anak dibutuhkan suatu penilaian. Penilaian merupakan proses pengumpulan informasi atau data yang digunakan untuk membuat keputusan tentang pembelajaran. Penilaian keterampilan berbicara dapat dilakukan dengan tes dan non tes. Tes berbicara dapat dilakukan dengan cara pengulangan, hafalan, percakapan terpimpin, dan percakapan bebas atau wawancara. Aspek-aspek yang dinilai melalui tes berbicara mencakup ketepatan lafal, kejelasan ucapan, kelancaran, dan intonasi sedangkan non tes dapat dilakukan dengan pengamatan atau observasi. 28

C. Penerimaan Teman Sebaya