Teori Perkembangan Sosial Penerimaan Teman Sebaya

28

C. Penerimaan Teman Sebaya

1. Teori Perkembangan Sosial

Dalam perkembangan sosial dikenal dengan adanya teori psikososial yang dikembangkan oleh Erik Erikson. Terdapat delapan tahapan psikososial dari anak usia dini sampai dengan usia lanjut Santrock, 2008: 73. Untuk anak usia dini terdapat empat tahapan sebagai berikut. a. Trust vs mistrust rasa percaya vs rasa tidak percaya Tahap ini terjadi pada tahun pertama kehidupan anak yaitu pada usia 0-1 tahun. Mengembangkan rasa percaya pada anak memerlukan kehangatan dan memelihara pengasuhan. Bayi harus belajar percaya kepada dirinya sendiri dan orang lain yang memenuhi kebutuhan dasarnya. Jika pengasuh menolak dan tidak konsisten, bayi akan melihat dunia adalah tempat yang berbahaya berisi orang- orang yang tidak dapat dipercaya Riana Mashar, 2015: 52. Pengasuh utama merupakan agen sosial penting bagi bayi. Pengasuhan yang baik dapat memberikan hasil positif berupa perasaan nyaman dan sedikit ketakutan atau kekhawatiran pada bayi. Setelah berhasil mengembangkan rasa percaya pada pengasuh, bayi akan menunjukkannya dalam tingkah lakunya Crain, 2007: 430. Tanda pertama kepercayaan pada pengasuh muncul ketika bayi rela membiarkan pengasuh menghilang dari pandangan matanya tanpa rasa cemas atau marah. Jika pengasuh bisa diandalkan, menurut Erikson bayi dapat belajar mentolerir ketidakhadiran pengasuh. Akan tetapi jika pengasuhnya tidak dapat diandalkan, barulah bayi tidak membiarkan pengasuhnya pergi dan akan panik bila memaksa pergi. 29 Erikson percaya bahwa pada bulan-bulan pertama kehidupannya, bayi memiliki sejenis empati fisik yang khusus dengan figur ibu. Contohnya, secara otomatis bayi dapat merasakan ibu sedang berada dalam kondisi tegang. Jika ibu merasa cemas bayi ikut merasa cemas, jika ibu merasa tenang bayi juga ikut merasa tenang. Interaksi-interaksi awal ini sangat mempengaruhi perilaku anak ke depan. Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga hubungan antarpribadi. Bayi perlu merasa bahwa pada dasarnya hubungan ini baik sehingga bayi merasa aman untuk menjadi dekat dengan orang lain Crain, 2007: 432. b. Autonomy vs shame and doubt otonomi vs rasa malu dan ragu-ragu Tahap ini terjadi pada akhir masa bayi dan balita yaitu pada usia 1-3 tahun. Setelah memperoleh rasa percaya dalam pengasuhannya, anak mulai menemukan tingkah lakunya sendiri. Anak akan menegaskan atau menunjukkan kebebasan dan kemauannya sendiri. Jika anak dikendalikan terlalu banyak atau dihukum terlalu kasar, maka anak akan mengembangkan rasa malu dan keraguan. Anak harus belajar mandiri untuk makan dan mengenakan baju sendiri, merawat kesehatan sendiri, dan lain sebagainya. Kegagalan untuk meraih kemandirian dapat menyebabkan anak mengalami keraguan akan kemampuannya dan menimbulkan perasaan malu Riana Mashar, 2015: 52. Orang tua merupakan agen sosial yang penting dalam tahap ini. Anak yang berusia 2 tahun ingin memegang apapun yang diinginkan dan mendorong apapun yang tidak diinginkan. Dalam tahap ini anak melatih otonomi atau kemandiriaannya. Di sisi lain, kematangan biologis juga mendukung kemunculan otonomi selama tahun kedua dan ketiga. Anak sudah dapat berdiri 30 dengan kakinya sendiri dan mulai mengeksplorasi dunia dengan caranya sendiri. Otonomi muncul dari dalam yang berkaitan dengan kematangan biologis yang mempengaruhi kemampuan anak untuk melakukan hal-hal dengan caranya sendiri, misalnya berdiri di atas kaki sendiri, menggunakan tangannya sendiri, dan lain sebagainya. Sebaliknya rasa malu dan ragu-ragu datang dari kesadaran akan ekspektasi dan tekanan sosial Crain, 2007: 436. c. Initiative vs guilt inisiatif vs rasa bersalah Tahap ini terjadi pada anak usia 3-6 tahun. Sebagai anak kecil yang pengalaman dunia sosialnya meluas, anak memiliki tantangan lebih daripada saat masih bayi. Untuk mengatasi tantangan ini, anak harus terlibat secara aktif dan berperilaku sesuai tujuan serta norma sosial yang berlaku agar dapat diterima oleh orang lain terutama teman sebayanya. Anak akan belajar berinteraksi dengan lebih banyak orang di luar anggota keluarganya. Oleh karena itu, anak harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya terutama teman sebaya sehingga anak dapat diterima dan tidak mengalami penolakan oleh teman sebayanya yang menyebabkan sosialisasi anak menjadi terbatas. Akan tetapi pada tahap ini, anak masih membutuhkan perhatian lebih dari orang tua untuk dapat bersosialisasi dengan orang lain diluar lingkungan keluarga karena anak belajar bersosialisasi dari orang tua dan anggota keluarga terlebih dahulu sebelum dapat bersosialisasi dengan orang lain sehingga pada tahap ini keluarga adalah agen sosial penting bagi anak Riana Mashar, 2015: 52. Pada tahap ini, orang dewasa mengharapkan anak menjadi lebih bertanggung jawab dan memerlukan anak untuk bertanggung jawab dalam 31 merawat tubuh dan barang-barang miliknya sendiri. Berkembangnya rasa tanggung jawab akan semakin meningkatkan inisiatif. Melalui inisiatif, anak dapat membuat rencana, menetapkan tujuan, dan mempunyai semangat untuk mencapainya Crain, 2007: 437. Sebaliknya, anak-anak akan mengembangkan perasaan tidak nyaman maupun rasa bersalah jika anak tidak bertanggung jawab atau dibuat merasa cemas. Anak berusaha menerima tanggung jawab dalam kapasitasnya sebagai anak. Terkadang usaha mencapai tujuan atau aktivitas anak menimbulkan konflik dengan orang tua atau anggota keluarga yang lain dan konflik ini dapat menimbulkan rasa bersalah. Pemecahan yang berhasil dari krisis ini adalah keseimbangan. Anak harus mempertahankan kepekaannya berinisiatif dan belajar menghargai hak, keistimewaan, dan tujuan orang lain. d. Industry vs inferiority Kegigihan vs rendah diri Tahap ini terjadi pada anak usia sekolah dasar sampai pubertas atau awal masa remaja yaitu pada usia 6-12 tahun. Inisiatif anak-anak membawanya ke dalam kontak dengan berbagai macam pengalaman baru. Ketika anak pindah ke sekolah dasar, anak mengarahkan energinya terhadap penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Tidak ada waktu anak-anak lebih antusias tentang belajar daripada masa akhir usia dini yaitu ketika imajinasi anak luas. Bahaya dalam tahun-tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa rendah diri, tidak produktif, dan ketidakmampuan. Pada tahap ini anak harus menguasai keterampilan sosial dan akademik. Pada tahap ini anak juga membandingkan dirinya dengan teman sebayanya. Anak belajar bekerjasama dan bermain bersama teman-teman sebayanya Crain, 2007: 32 440. Kemampuan untuk industri kegigihan membuat anak merasa yakin dengan keterampilan sosial dan akademiknya sendiri, namun kegagalan akan memberi atribut penting yang menimbulkan perasaan inferior rendah diri sehingga pada tahap ini guru dan teman sebaya merupakan agen sosial penting Riana Mashar, 2015: 52. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teori psikososial yang dikemukakan oleh Erik Erikson terdapat empat tahapan untuk anak usia dini. Empat tahapan tersebut yaitu trust vs mistrust rasa percaya vs rasa tidak percaya, autonomy vs shame and doubt otonomi vs rasa malu dan ragu-ragu, initiative vs guilt inisiatif vs rasa bersalah, dan industry vs inferiority kegigihan vs rendah diri. Untuk anak kelompok B yang berada pada rentang usia 5-6 tahun dapat dikatakan berada pada tahap keempat yaitu initiative vs guilt inisiatif vs rasa bersalah. Pada usia ini, pengalaman sosial anak meluas sehingga anak harus terlibat secara aktif dan berperilaku sesuai tujuan serta norma sosial yang berlaku agar dapat diterima oleh orang lain terutama teman sebayanya. Anak harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya terutama teman sebaya sehingga anak dapat diterima dan tidak mengalami penolakan oleh teman sebayanya yang menyebabkan sosialisasi anak menjadi terbatas.

2. Pengertian Penerimaan Teman Sebaya