BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat deskriptif, yaitu untuk mengetahui kualitas udara dan keluhan iritasi mata serta gangguan pernapasan pada
pekerja di peternakan sapi PT. Prima Indo Mandiri Berastagi Sumatera Utara Tahun 2013.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di peternakan sapi PT. Prima Indo Mandiri Berastagi, Sumatera Utara. Adapun alasan penulis memilih lokasi tersebut sebagai tempat
penelitian adalah karena : 1. Peternakan Sapi PT. Prima Indo Mandiri merupakan salah satu peternakan sapi
terbesar di Berastagi. 2. Peternakan Sapi PT. Prima Indo Mandiri Belum memiliki pengolahan limbah cair
yang dapat mengurangi gas berbahaya yang disebabkan oleh limbah ternak. 3. Adanya pekerja yang bekerja di Peternakan Sapi PT. Prima Indo Mandiri yang
setiap hari berada dilokasi peternakan tersebut.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama 5 bulan, yakni dari bulan Desember 2012 sampai bulan Juni 2013.
Universitas Sumatera Utara
3.3. Metode Pengumpulan Data
3.3.1. Data Primer
Melalui observasi lapangan, pengukuran kualitas udara dan melakukan wawancara kepada pekerja dengan bantuan kuesioner.
3.3.2. Data Sekunder
Diperoleh dari Badan Lingkungan Hidup, dan data dari PT. Prima Indo Mandiri.
3.4. Parameter dan Subjek Penelitian
3.4.1. Parameter Penelitian
Adapun parameter yang diukur dalam penelitian adalah hidrogen sulfida H
2
S dan amoniak NH
3
dengan pertimbangan tingginya tingkat kebauan udara di peternakan sapi PT. Prima Indo Mandiri Berastagi.
3.4.2. Subjek Penelitian
Adapun subjek penelitian ini adalah : 1. Pekerja atau karyawan yang bekerja di peternakan sapi PT. Prima Indo Mandiri
Berastagi 2. Kualitas udara yang akan diambil di 5 titik yaitu berada di tempat para karyawan
bekerja dengan pertimbangan banyaknya aktifitas yang berlangsung di tempat tersebut sehingga karyawan banyak terpapar bahan polutan udara.
Universitas Sumatera Utara
3.5. Populasi dan Sampel
3.5.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh karyawan yang bekerja di peternakan sapi PT. Prima Indo Mandiri Berastagi, yang berjumlah 41 orang.
3.5.2. Sampel
Arikunto 2006 , apabila sampelnya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jadi, jumlah sampel
pada penelitian ini yaitu seluruh karyawan yang bekerja di peternakan sapi PT. Prima Indo Mandiri Berastagi, yang berjumlah 41 orang.
3.6. Titik Pengambilan Sampel
Titik pengambilan sampel dilakukan di kandang sapi induk, kandang sapi pedet anak sapi, mess karyawan dan di depan ruang kantor karyawan peternakan
sapi PT. Prima Indo Mandiri Berastagi.
3.7. Definisi Operasional
1. Kualitas udara adalah ada atau tidaknya bahan polutan udara di sekitar peternakan sapi yang terdiri dari hidrogen sulfida dan amoniak
2. Amoniak NH
3
adalah salah satu gas pencemar udara yang terdapat di peternakan sapi yang tidak berwarna dengan titik didih 33,5
C. Nilai baku mutu yang diperbolehkan berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 50 Tahun
1996 tentang baku mutu tingkat kebauan adalah 2,0 ppm. 3. Hidrogen sulfida H
2
S adalah salah satu gas pencemar udara yang terdapat di peternakan sapi yang berbau telur busuk. Nilai baku mutu yang diperbolehkan
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 tentang baku tingkat kebauan adalah 0,02 ppm.
4. Melebihi baku mutu adalah apabila kualitas udara yang diukur melebihi dari nilai ambang batas yang diatur oleh Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 50
Tahun 1996 tentang baku tingkat kabauan. 5. Keluhan iritasi pada mata yang didasarkan pada subjektifitas yang dirasakan
responden berupa mata merah, mata berair, mata gatal dan mata kotor atau belek. 6. Keluhan gangguan saluran pernapasan yang didasarkan pada subjektifitas yang
dirasakan responden berupa batuk, batuk darah, nyeri dada, sakit tenggorokan dan sesak napas.
3.8. Aspek Pengukuran
3.8.1. Kadar Hidrogen Sulfida dan Amoniak
Mengukur kadar partikel debu di udara dengan menggunakan alat Impinger Gas Sampler. Hasil pengukuran yang diperoleh dibandingkan dengan Keputusan
Mentri Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1990 mengenai baku tingkat kebauan H
2
S sebesar 0,02 ppm dan NH
3
sebesar 2,0 ppm.
3.8.2. Keluhan Iritasi Mata
Untuk mengetahui keluhan iritasi mata, dilakukan dengan kuesioner dengan pengkategoriannya sebagai berikut :
1. Terjadi keluhan iritasi mata jika responden mengatakan adanya salah satu keluhan mata merah, mata berair, mata gatal dan mata kotor atau belek saat pengambilan
data.
Universitas Sumatera Utara
2. Tidak terjadi gangguan pernapasan jika responden tidak mengatakan adanya salah satu keluhan mata merah, mata berair, mata gatal dan mata kotor atau belek saat
pengambilan data.
3.8.3. Keluhan Saluran Pernapasan
Untuk mengetahui keluhan saluran pernapasan, dilakukan dengan kuesioner dengan pengkategoriannya sebagai berikut:
1. Terjadi keluhan saluran pernapasan jika responden mengatakan adanya salah satu keluhan batuk, batuk berdahak, batuk berdarah, flu, sesak nafas, nyeri dada atau
sakit tenggorokan saat pengambilan data. 2. Tidak terjadi keluhan saluran pernapasan jika responden tidak mengatakan
adanya salah satu keluhan batuk, batuk berdahak, batuk berdarah, flu, sesak napas, nyeri dada, atau sakit tenggorokan saat pengambilan data.
3.8.4. Sanitasi lingkungan peternakan
Untuk mengetahui sanitasi lingkungan di peternakan sapi PT. Prima Indo Mandiri Sejahtera.
3.9. Pengukuran Kadar H
2
S 3.9.1.
Metode
Pengukuran kadar H
2
S dengan menggunakan metode Methylen Blue.
3.9.2. Peralatan
1. Midget impinger 2. Flow meter
3. Pompa hisap 4. Labu ukur 25 ml
Universitas Sumatera Utara
5. Spektrofotometer 6. Pipet volume 10 ml
3.9.3. Bahan Regensia
1. Pereaksi penyerap : 4,3 gr CdSO
4
, 8 H
2O
ditambah 0,3 gr NaOH dilarutkan dalam air suling, sampai 1 liter.
2. Larutan induk H
2
SO
4
– Amin : 12 gr NN dimethyl penylen diamin hidroksida yang dilarutkan dalam campuran dingin dari 50 ml H
2
SO
4
dalam 30 ml air suling. 3. Larutan uji amin : encerkan 2,5 ml larutan induk menjadi 100 ml dengan H
2
SO
4
dengan perbandingan 1 : 1 50 ml H
2
SO
4
: 50 ml air suling. 4. Laruta feri klorida FeCl
3
100 : 10 gr FeCl
3
6 H
2
O dilarutkan dengan air suling sampai menjadi 10 ml.
5. Larutan amino fosfat Larutkan 400 gr Amonium fosfat NH
4 2
HPO
4
dengan aquades sampai 1 liter. 6. Larutan induk sulfide : 0,3 gr larutan Na
2
S anhidrat dilarutkan dengan NaOH 0,1 M yang baru dibuat 0,4 gr NaOH dalam 100 ml air suling ditambah 100 ml
dalam labu ukur. 7. Larutan sediaan : 1 ml larutan induk sulfida dilarutkan dengan air suling dalam
labu ukur sampai menjadi 100 ml.
3.9.4. Waktu Pengukuran
Waktu pengambilan contoh 30 menit dengan waktu pengukuran dalam satu hari.
3.9.5. Prosedur Pengambilan Contoh
1. Ambil 50 ml pereaksi penyerap, masukkan ke dalam impinger 100 ml.
Universitas Sumatera Utara
2. Rangkai midget impinger dengan pompa hisap. Hisap udara selam 30 menit dengan laju alir 1,5 lmenit.
3. Setelah pengambilan contoh selesai, simpan dalam termos pendingin.
3.9.6. Pembuatan Kurva Kalibrasi
1. Masukkan 10 ml pereaksi penyerap ke dalam labu ukur 25 ml. Masing – masing berisi larutan sediaan 0 ml, 1 ml, 2 ml, 3 ml.
2. Tambahkan 1,5 ml larutan uji Amin, kemudian kocok. 3. Tambahkan 1 tetes larutan FeCl
3
jika timbul warna kuning + Amonium phosphat tetes demi tetes sampai warna hilang 40 gr NH
4 2
HPO
4
dalam 100 ml AS encerkan dengan air suling sampai tanda batas dan diamkan selama 10 menit.
4. B aca absorbansi dengan λ = 670 nm.
5. Buat kurva kalibrasi yang menyatakan absorbansi dengan konstanta sulfide.
3.9.7. Cara Uji
1. Ambil 10 ml contoh dari midget impinger suhu kamar masukkan ke dalam labu ukur 25 ml.
2. Tambahkan 1,5 ml larutan uju Amin , kocok. 3. Tambahkan 1 tetes FeCl
3
jika timbul warna kuning + amonium phosphat tetes demi tetes sampai warna kuning hilang. Encerkan sampai tanda batas dan
diamkan selama 30 menit. 4. Baca absorbansi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 670 nm
3.9.8. Rumus Perhitungan
H
2
S ppm =
����� ����� µ��³ ����� ����� � �����
�
�1 �2
� 0,71 ppm
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : Faktor konversi H
2
S 1µgl = 0,71 ppm V1 = Volume dalam midget
V2 = Volume yang diambil
3.10. Pengukuran Kadar Amoniak
3.10.1. Metode
Pengukuran kadar amoniak menggunaka metode Nessler.
3.10.2. Peralatan
1. Midget impinger 2. Pompa hisap
3. Flow meter
3.10.3. Bahan Regensia
1. Reaksi penyerap Buatlah larutan penyerap H
2
SO
4
1 U dengan cara mengambil 2,78 ml H
2
SO
4
encerkan dengan aquadest sehingga menjadi 100 ml. Larutan dibuat lagi menjadi H
2
SO
4
0,01 N dengan cara mengambil 5 ml larutan H
2
SO
4
1 N encerkan dengan aquadest sampai 500 ml.
2. Larutan Nessler a. 10 gr HgI
2
ditambah 7 gr KI dilarutkan dalam 50 ml aquadest. b. 16 gr NaOH dilarutkan dalam 20 ml aquadest.
Larutan b dimasukkan perlahan ke dalam larutan a, aduk sampai merata dan tambahkan 100 ml dengan aquadest bebas NH
3
. Larutan ini disimpan dalam botol coklat.
Universitas Sumatera Utara
3.10.4. Larutan Baku NH
3
Timbang 0,31471 gr NH
4
Cl dan larutkan dengan 50 ml aquadest pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur sampai 100 ml.
3.10.5. Larutan Sediaan NH
3
- Ambil 1 ml larutan baku ke dalam labu takar 100 ml encerkan dengan pereaksi penyerap sampai tanda batas 1 ml : 10 µg NH
3
. 3.10.6.
Pembuatan Kurva Kalibrasi
1. Ambil larutan sediaan 0 ml , 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml masukkan ke dalam labu ukur 25 ml, tambah pereaksi penyerap sampai tanda batas.
2. Tambahkan 1 ml reagen nessler, tutup, kocok, simpan di tempat gelap selama 20 menit.
3. Baca absorbansi pada λ = 440 nm.
4. Buat kurva kalibrasi yang menyatakan hubungan absorbansi dengan konsentrasi NH
3
. 3.10.7.
Waktu Pengukuran
24 jam dengan interval waktu 6 jam, masing – masing 1 interval diambil 30 menit dianjurkan mulai dari jam 08.00.
3.10.8. Cara Pengambilan Contoh
1. Ambil 50 ml pereaksi penyerap masukkan ke dalam midget impinger. 2. Rangkai midget impinger dengan pompa hisap selama 30 menit dengan laju aliran
30 ml menit. 3. Setelah pengambilan contoh, simpan contoh dalam termos es.
Universitas Sumatera Utara
3.10.9. Cara Uji
1. Atur pH larutan 7,4 2. Ambil 10 ml contoh, masukkan dalam labu ukur 25 ml + aquadest NH
3
sampai tanda batas
3. Tambah 1 ml reagen Nessler, tutup, kocok, simpan di tempat gelap selama 20 menit
4. Baca absorbansi pada λ = 440 nm
3.10.10. Rumus Perhitungan
Kadar NH
3
ppm = =
����� ����� µ��³ ����� ����� � �����
�
�1 �2
� faktor konversi Keterangan :
V1 = Volume di midget V2 = Volume yang diambil
Faktor konversi = µgrm
3
NH
3
= 1,47 . 10
-3
ppm
3.11. Teknik Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan cara: 1. Editing
Memeriksa data terlebih dahulu apakah telah sesuai seperti yang diharapkan, misalnya memeriksa kelengkapan, kesinambungan dan keseragaman data.
2. Koding Menyederhanakan semua jawaban jika cara pengumpulan data menggunakan
pertanyaan. Menyederhanakan jawaban tersebut dilakuka dalam bentuk memberikan simbol – simbol tertentu.
Universitas Sumatera Utara
3. Tabulasi Mengelompokkan data dalam suatu tabel tertentu menurut sifat – sifat yang
dimilikinya sesuai dengan tujuan penelitian. 4. Cleaning
Yaitu kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientri apakah ada kesalahan atau tidak saat memasukkan data ke komputer.
3.12. Teknik Analisis Data