Ginanjar, 2005. Beberapa dampak negatif bagi manusia yang ditimbulkan oleh gas H
2
S dengan beberapa konsentrasi ppm dapat dilihat di Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Dampak negatif gas H
2
S bagi manusia Konsentrasi
Efek bagi manusia
0.03 ppm Bisa dicium. Aman dihirup dalam 8 jam.
4 ppm Bisa menyebabkan iritasi mata. Harus menggunakan masker
karena bisa merusak metabolisme. 10 ppm
Maksimum terhirup selama 10 menit. Bau membunuh dalam 3 sampai 15 menit. Menyebabkan gas mata dan luka pada
tenggorokan. Bereaksi secara keras dengan campuran isi raksa gigi.
20 ppm Terhirup lebih dari satu menit menyebabkan beberapa
kerusakan urat saraf mata. 30 ppm
Hilang penciuman, kerusakan sampai darah ke otak diteruskan dengan kerusakan organ penciuman
100 ppm Kelumpuhan pernapasan dalam 30 sampai 45 menit. Pingsan
dalam waktu singkat maksimal 15 menit. 200 ppm
Kerusakan mata serius dan kerusakan mata sampai pada saraf. Melukai mata dan tenggorokan.
300 ppm Kehilangan keseimbangan dan pikiran. Kelumpuhan
pernapasan dalam 30 sampai 45 menit. 500 ppm
Menimbulkan kelumpuhan dalam 3 sampai 5 menit. Dibutuhkan segera penyadaran buatan.
700 ppm Akan menimbulkan terhentinya napas dan kematian jika
tidak segera ditolong. Kerusakan otak secara permanen jika tidak ada pertolongan cepat.
2.12. Dampak Pencemaran Udara Terhadap Gangguan Saluran Pernapasan
2.12.1. Anatomi Pernapasan
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru – paru adalah hidung, faring, laring trakes, bronkus, bronkiolus. Saluran pernapasan dari hidung sampai bronkiolus
dilapisi oleh membran mukosa bersilia. Ketika udara masuk ke dalam rongga hidung, udara akan disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan
fungsi utama mukosa inspirasi yang terdiri dari epitel toraks bertingkat, bersilia, dan
Universitas Sumatera Utara
bersel goblet. Paru merupakan organ elastik berbentuk kerucut yang terletak dalam rongga toraks atau dada. Kedua paru saling terpisah oleh mediastum sentral yang di
dalamnya terdapat jantung dan pembuluh darah besar. Setiap paru terdapat apeks dan basis. Jika arteri pulmonalis dan darah arteria bronkialis, bronkus, saraf, dan
pembuluh limfe masuk ke setiap paru menunjukkan telah terjadi gangguan paru, yaitu terbentuknya hilus berupa akar paru. Paru kanan lebih besar dari paru kiri dan dibagi
3 lobus oleh fistrus interlobaris, sedangkan paru - paru kiri terbagi menjadi 2 lobus Price dan Wilson,1994.
2.12.2. Mekanisme Pernapasan
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur sekalipun, karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf
otonom. Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam. Pernapasan luar adalah
pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler. Pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler
dengan sel – sel tubuh. Masuk keluarnya udara dalam paru – paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika
tekanan udara di rongga dada lebih besar, maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan udara dalam rongga dada lebih besar, maka udara akan keluar.
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukan udara inspirasi dan pengeluaran udara ekspirasi maka mekanisme pernapasan dibedakan menjadi
dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. 1. Pernapasan Dada
Universitas Sumatera Utara
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Fase inspirasi Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada
mengembang. Pengembangan rongga dada menyebabkan volume paru – paru juga mengembang akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada
tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk. b. Fase ekspirasi
Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antartulang rusuk ke posisi semula yang diikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi
kecil. Rongga dada yang mengecil menyebabkan volume paru – paru juga mengecil sehingga tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar.
Hal tersebut menyebabkan tekanan dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.
2. Pernapasan Perut Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan
aktifitas otot – otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada. Mekanisme pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua fase, yakni :
a. Fase inspirasi Fase inspirasi merupakan kontraksi otot diafragma sehingga mengembang,
akibatnya paru – paru ikut mengembang. Hal tersebut menyebabkan rongga dada membesar dan tekanan udara di dalam paru – paru lebih kecil daripada tekanan udara
di luar sehingga udara luar dapat masuk ke dalam paru - paru.
Universitas Sumatera Utara
b. Fase ekspirasi Fase ekspirasi merupakan fase relaksasi otot diafragma kembali ke posisi
semula sehingga rongga dada mengecil dan tekanan udara di dalam paru – paru lebih besar daripada tekanan udara luar, akibatnya udara keluar dari paru – paru.
2.12.3. Gangguan Saluran Pernapasan