Peternakan Sapi Perah Friesian Holstein Perkandangan

1. Sumber pencemaran yang berasal dari proses atau kegiatan alam. Contoh: kebakaran hutan, kegiatan gunung berapi, dan lainnya. 2. Sumber pencemaran buatan manusia berasal dari kegiatan manusia. Contoh: a. Sisa pembakaran bahan bakar minyak oleh kendaraan bermotor berupa gas CO, CO 2 , NO, karbon, hidrokarbon, aldehide dan Pb. b. Limbah industri : kimia, metalurgi, tambang, pupuk dan minyak bumi. c. Sisa pembakaran dari gas alam, batubara, dan minyak, seperti asap, debu, dan sulfurdioksida. d. Lain – lain, seperti pembakaran sisa pertanian, hutan, sampah, dan limbah reaktor nuklir. Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan campuran dari satu atau lebih bahan pencemar, baik berupa padatan, cairan atau gas yang masuk terdispersi ke udara dan kemudian menyebar ke lingkungan. Kecepatan penyebaran ini tentu akan tergantung pada keadaan geografi dan meteorologi setempat Wardhana, 2004.

2.3 Peternakan Sapi Perah Friesian Holstein

Sapi Friesian Holstein juga dikenal dengan nama Fries Holland atau sering disingkat FH. Di Amerika bangsa sapi ini disebut Holstein, dan di negara – negara lain ada pula yang menyebut Friesien. Tapi di Indonesia sapi ini popular dengan sebutan FH. Sapi FH menduduki populasi terbesar, bahkan hampir di seluruh dunia, baik di negara – negara subtropik maupun tropis. Bangsa sapi ini mudah beradaptasi Universitas Sumatera Utara di tempat baru. Di Indonesia populasi bangsa sapi FH ini juga yang terbesar di antara bangsa – bangsa sapi perah yang lain AAK, 1995. Sapi Peranakan Friesian Holstein PFH merupakan hasil persilangan antara sapi FH dengan sapi lokal, dengan ciri – ciri yang hampir menyerupai FH tetapi produksi susu relatif lebih rendah dari FH dan badannya juga lebih kecil Siregar, 1995. Hasil dari persilangan tersebut mempunyai sifat diantara kedua induknya, dimana pertambahan bobot badan cukup tinggi serta mampu beradaptasi dengan lingkungan tropis secara baik Syarief dan Sumoprastowo, 1990.

2.4 Persyaratan Lokasi Ternak

2.4.1 Ketinggian dan Suhu Udara

Lokasi peternakan sapi perah bisa di dataran rendah 100-500 meter di atas permukaan laut hingga dataran tinggi lebih dari 500 meter di atas permukaan laut. Namun akan lebih baik peternakan sapi di dataran tinggi dengan suhu udara yang rendah. Semakin dingin suhu di peternakan sapi perah semakin baik. Salah satu alasannya, karena suhu dingin dapat menekan pertumbuhan bakteri pada susu yang telah diperah. Lokasi peternakan sapi perah yang baik adalah daerah dengan suhu rata – rata di bawah 30 C Syarif, Erif K. Bagus H., 2011.

2.4.2 Sumber Pakan Alami

Daerah sekitar peternakan sebaiknya memiliki sumber pakan alami berupa hijauan. Pasalnya, rerumputan merupakan kebutuhan utama pakan alami sapi perah. Satu hektar lahan rumput dapat memenuhi kebutuhan 10-15 ekor sapi perah. Peternak dapat membudidayakan rerumputan di lahan milik sendiri atau menyewa lahan. Peternak bisa juga menerapkan sistem kontrak atau kerja sama denga pemilik lahan, Universitas Sumatera Utara yaitu pemilik lahan yang menanam rumput kemudian dibeli oleh peternak Syarif, Erif K. Bagus H., 2011.

2.4.3 Sumber Air Bersih

Jumlah kebutuhan air tergantung keadaan suhu lingkungan, bangsa ternak, tipe ternak, dan tipe pakan. Lebih tinggi suhu lingkungan akan lebih banyak kebutuhan airnya. Sapi perah akan memerlukan air lebih banyak daripada sapi pedaging. Demikian pula sapi yang sedang laktasi akan memerlukan air lebih tinggi daripada sapi muda kebiri steer atau sapi dara heifer. Sapi yang diberika pakan kering akan memerlukan air minum yang lebih banyak daripada sapi yang diberikan pakan segar Santosa, 1997. Kebutuhan air per hari untuk sapi induk sekitar 3-12 gallon 13,5 – 55 liter. Untuk pedet yang digemukkan, kebutuhan air 6 – 18 gallon 27 – 82 liter. Kebutuhan air untuk sapi induk lebih sedikit dibandingkan pedet karena sapi induk juga menerima air yang berasal dari pakan terdiri dari satu bagian bahan kering dan 6 bagian air Santosa, 1997.

2.5 Perkandangan

Perkandangan merupakan suatu lokasi atau lahan khusus yang diperuntukkan sebagai sentra kegiatan peternakan yang di dalamnya terdiri atas bangunan utama kandang, bagunan penunjang kantor, gudang pakan, kandang isolasi dan perlengkapan lainnya Sugeng, 1998. Kandang sapi terdiri dari kandang induk, kandang pedet, kandang pejantan, dan kandang isolasi. Sapi perah harus selalu diawasi dan dilindungi dari aspek – aspek lingkungan yang sekiranya merugikan. Termasuk aspek – aspek lingkungan yang merugikan sapi Universitas Sumatera Utara perah antara lain : angin kencang, terik matahari, air hujan, suhu udara malam hari yang dingin, gangguan binatang buas, dan pencuri. Di samping banguna kandang ini memberi jaminan terhadap kesehatan dan kenyamanan hidup sapi, kandang juga sangat menunjang tata laksana. Tanpa kandang peternak sangat sulit melakukan kontrol, pemberian makan, pengawasan, memerah, memandikan, mengumpulkan kotoran, usaha higienisasi, dan lain sebagainya AAK, 1995. Persyaratan kandang menurut SK Dirjenak No. 776kptsDJP Deptan1982, yaitu : 1 Kandang memenuhi daya tampung, antara lain luas lantai yang tidak termasuk jalur jalan dan selokan kandang sekurang-kurangnya 2 x 1,5 m persegi tiap ekor dewasa. 2 Ventilasi dan pertukaran udara didalam kandang harus terjamin. Udara segar dapat masuk leluasa ke dalam kandang dan sebaliknya udara kotor harus dapat keluar dari kandang. 3 Bangunan kandang mengikuti persyaratan teknis, ekonomis dan permanen atau semipermanen. Lantai kandang terbuat dari beton atau kayu yang tidak licin. Lantai miring ke arah saluran pembuangan yang mudah dibersihkan. Persyaratan dari jarak kandang dengan bangunan lain adalah kandang dibangun dengan jarak 6 sampai 8 meter yang dihitung dari masing-masing tepi atap kandang. Kandang isolasi dan karantina dari kandang atau bangunan lainnya diberi jarak 25 m atau sekurang-kurangnya 10 m dengan tinggi tembok pembatas 2 m. Kantor berjarak 25 hingga 30 m dari kandang. Tempat penimbunan kotoran terletak 100 m dari kandang. Universitas Sumatera Utara

2.6 Macam – Macam Kandang

Dokumen yang terkait

Hygiene Sanitasi dan Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni Rumah Kost Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang Tahun 2013

4 81 106

Hubungan Kondisi Fisik Rumah Nelayan dengan Keluhan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota Sibolga Tahun 2013

5 74 107

Analisa Kadar CO dan NO2 di Udara dan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pedagang Kaki Lima di Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

5 74 126

Analisa Kadar H2S (Hidrogen Sulfida) Dan Keluhan Kesehatan Saluran Pernapasan Serta Keluhan Ititasi Mata Pada Masyarakat Di Kawasan PT. Allegrindo Nusantara Desa Urung Panei Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun Tahun 2013

1 52 97

Gambaran Dan Prevalensi Keluhan Gangguan Kulit Pada Pekerja Bengkel Kendaraan Bermotor Di Kecamatan Medan Baru, Medan Selayang, Dan Medan Johor

4 41 68

Hubungan Higiene Pengguna Air Sungai Deli Dengan Keluhan Kesehatan Kulit dan Gambaran Tindakan Pencemaran Sungai di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Kota Medan Tahun 2013

0 39 86

Hubungan Perilaku Pengguna Air Sumur dengan Keluhan Kesehatan dan Pemeriksaan Kualitas Air Sumur Pada Pondok Pesantren di Kota Dumai Tahun 2011

23 85 126

Kejadian Retensio Urine Dan Infeksi Saluran Kemih Pasca Seksio Sesaria Dan Operasi Ginekologi Dengan Kateter Menetap 24 Jam Dan Tanpa Kateter

1 74 63

Lampiran KUESIONER ANALISA KADAR CO DAN NO2 DI UDARA DAN KELUHAN GANGGUAN SALURAN PERNAPASAN PADA PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR SANGKUMPAL BONANG KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2013

0 0 17

Analisa Kadar CO dan NO2 di Udara dan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pedagang Kaki Lima di Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

0 0 17