Pada prinsipnya tidak ada suatu pendekatan tunggal yang dapat digunakan
untuk segala situasi dan tempat. Pemilihan yang tepat bergantung pada masalah yang dihadapi dan tujuan yang hendak dicapai. Untuk kepentingan dimaksud,
berikut di uraikan pendekatan kolegial, pendekatan individual dan pendekatan klinis.
a. Pendekatan Kolegial
Supervisi kolegial atau supervisi rekanan diistilahkan dalam beberapa nama antara lain, peer supervision, cooperative professional development, dan
bahkan se-ring disebut collaborative supervision. Supervisi kolegial sebagai proses formal mo-derat dimana dua orang guru atau lebih bekerjasama untuk
kepentingan perkembang-an profesional guru, sebagaimana dikemukakan oleh Glatthorn Sergiovanni, 1991: 303 sebagai berikut: “Collegial supervision as a
moderately formalized process by which two or more teachers agreed to work together for their own professional growth, usually by observing each other’s
classroom, giving each other feedback about the observation, and discussing shared professional concerns”. Kegiatan supervisi kole-gial dilakukan dengan
saling mengadakan observasi kelas masing-masing, dan selan-jutnya saling memberikan balikan tentang observasi yang dilakukan, dan membahas masalah-
masalah profesional mereka. Bentuk supervisi kolegial menurut Kimbrough 1990:183-186 antara lain
per-temuan guru-guru faculty meetings, lokakarya workshops, dan observasi sesama guru di kelas teachers observing teachers. Pertemuan guru-guru faculty
meetings harus mempunyai agenda yang jelas dan membicarakan topik-topik
yang berkaitan dengan kemajuan pendidikan di sekolah. Kegiatan dalam pertemuan guru-guru meli-puti, 1 guru tergabung dalam kelompok-kelompok
kecil menentukan topik yang menarik untuk didiskusikan, 2 guru melakukan curah pendapat brain storming berkaitan dengan isue yang dikemukakan, 3
guru bertukar pengalaman dalam peng-gunaan sumber belajar atau media, 4 berdiskusi untuk menyelesaikan masalah sis-wa, 5 merencanakan program
bersama, 6 mengevaluasi kegiatan yang telah dila-kukan oleh guru, 7 menindaklanjuti hasil evaluasi dan program pembelajaran, 8 berbagi
pengalaman antar guru mengenai keberhasilan dan kegagalan dalam melak- sanakan pembelajaran, 9 mendiskusikan berbagai upaya untuk meningkatkan
sua-sana kerja yang lebih baik, 10 ikut memikirkan masalah administratif di sekolah dan memberikan masukan kepada kepala sekolah.
Supervisi kolegial dapat juga dilakukan melalui lokakarya workshops yaitu suatu kegiatan kelompok yang terdidi dari kepala sekolah, supervisor
pengawas dan guru untuk memecahkan masalah yang dihadapi melalui percakapan dan bekerja se-cara kelompok Sahertian dan Mataheru, 1985. Setiap
pesertaanggota dalam loka-karya berusaha untuk mengembangkan kesanggupan berfikir dan bekerja bersama-sama, baik mengenai masalah-masalah yang bersifat
teoretis maupun yang bersifat praktis dengan maksud untuk meningkatkan kualitas pendidikan umumnya dan ke-mampuan profesional masing-masing
anggota. Prosedur pelaksanaan lokakarya work-shops sebagai berikut, 1 merumuskan tujuan, output yang akan dicapai, 2 meru-muskan pokok-pokok
masalah yang akan dibahas secara rinci, 3 menentukan stra-tegi pemecahan masalah yang meliputi, merumuskan masalah yang akan dibahas, tu-juan
pembahasan, metode pembahasan, menentukan alat atau bahan perlengkapan yang digunakan selama lokakarya, merumuskan kesulitan-kesulitan yang
dihadapi, dan merumuskan simpulan dan saran-saran. Observasi sesama guru di kelas teachers observing teachers dapat
dikatego-rikan supervisi kolegial karena melibatkan sesama rekan guru secara bergantian un-tuk melihat dan menilai kegiatan pembelajaran di kelas dengan
mencatat keberhasil-an dan kekurangannya. Sedangkan tujuan observasi sesama guru adalah untuk mem-peroleh data yang lengkap dan objektif tentang proses
pembelajaran termasuk aktivi-tas siswa selama proses belajar berlangsung, selanjutnya informasi yang diperoleh da-pat dijadikan balikan feedback bagi
rekan guru yang diobservasi maupun bagi diri guru yang bersangkutan. Instrumen alat untuk melakukan observasi dapat berupa check list yaitu daftar item-item
yang sudah dipersiapkan lebih dahulu sehingga guru tinggal mencocokkan pilihan yang tersedia dengan kenyataan di kelas. Alat observasi lainnya dapat berupa
lembar observasi kelas, tujuannya adalah untuk mengetahui ting-kat keberhasilan seorang guru dalam mengembangkan sistem instruksional yang men-jadi tanggung
jawabnya. Aspek-aspek penting yang tertulis dalam lembar observasi antara lain, 1 kemampuan guru dalam merumuskan tujuan pembelajaran, kompe-tensi dasar
serta indikator yang harus dicapai setiap mata pelajaran, 2 pencapaian target setiap pertemuan 3 aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung, 4
kreativitas anak dalam memecahkan kesulitan yang dihadapi secara individu ma- upun kelompok, 5 kemampuan guru dalam mengelola kelas, 6 keterampilan
guru dalam menggunakan media atau alat peraga, 7 kemampuan guru dalam membantu kesulitan belajar anak.
b. Pendekatan Klinis