b. Pendekatan Klinis
Supervisi klinis dikembangkan oleh Robert Hammer dan Moris Kogan tahun 1973 serta rekan-rekannya di Universitas Harvard. Tujuannya adalah
mencari pende-katan yang lebih efektif dalam supervisi pengajaran. Hingga kini, gagasan tentang su-pervisi klinis telah berkembang dan mengalami penyesuaian.
Cogan dalam Wiles dan Lovell, 1993: 168 mengemukakan bahwa definisi supervisi klinis adalah seba-gai berikut:
“Clinical supervision may therefore be define as the rationale and practice de-signed to improve the teacher’s classroom performance. It takes its
principal data from the events of the classroom. The analysis of these data and the relationship between teacher and supervisor form the basis of the
program, procedures and strategies designed to improve the student’s learning by improv-ing the teacher’s classroom behavior”.
Berdasarkan definisi di atas, supervisi klinis dirancang untuk
meningkatkan performansi guru kelas. Untuk kepentingan dimaksud diperlukan data dari kepala se-kolah mengenai kejadian di kelas. Analisis dari peristiwa di
kelas dan hubungan an-tara guru dan supervisor merupakan dasar bagi program, prosedur, dan strategi yang dirancang untuk meningkatkan pembelajaran siswa
dengan cara meningkatkan peri-laku guru kelas. Tidak berbeda dengan pendapat di atas, Acheson dan Gall 1987 mengartikan supervisi klinis adalah bentuk
supervisi yang difokuskan pada pening-katan pembelajaran dengan tahapan atau melalui siklus yang sistematis dalam peren-canaan, pengamatan serta analisis
yang logis dan intensif mengenai penampilan me-ngajar yang nyata, dalam mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Sedang-kan tahapan atau
siklus dalam pendekatan klinis menurut beberapa ahli yang dikutip oleh Oliva 1984 sebagai berikut: Goldhammer, Anderson dan Krajewski 1980 me-liputi
lima langkah yaitu, 1 pre observation conference, 2 observation, 3 analy-sis and strategy, 4 supervision conference, dan 5 postconference analysis. Selan-
jutnya Mosher dan Purpel 1975 membagi tahapan supervisi klinis adalah 1 plan-ing, 2 observation, dan 3 evaluation or analysis. Hal yang sama
dikemukakan oleh Acheson dan Gall 1980 bahwa siklus pendekatan klinis meliputi 1 planning confe-rence, 2 classroom observation, dan 3 feedback
conference. Pendapat para ahli tentang supervisi klinis terdapat pengembangan dalam
ta-hap-tahap perencanaan maupun pada pelaksanaannya. Namun pada dasarnya para ahli mempunyai prinsip yang sama, bahwa supervisi klinis berlangsung
dalam suatu proses yang berbentuk siklus dengan tiga tahap yaitu 1 pertemuan awal, 2 tahap ob-servasi kelas, dan 3 tahap pertemuan balikanevaluasi.
Terjadinya variasi dalam pe-ngembangan tahap supervisi klinis disebabkan oleh pemberian tekanan secara ekspli-sit dalam beberapa kegiatan yang terdapat dalam
tahap tertentu. Pada tahap pertemu-an awal terdapat kegiatan-kegiatan; pembahasan pemantapan hubungan antara guru dengan supervisor, membuat
perencanaan bersama. Pada tahapan terakhir dari super-visi klinis terdapat kegiatan-kegiatan; analisis data hasil observasi, pertemuan untuk mendiskusikan
hasil observasi. Prosedur supervisi klinis disebut “siklus” karena ke-tiga tahapan itu merupakan suatu proses yang berkelanjutan, pada akhir tahap ketiga
pertemuan balikan sudah mulai dibicarakan bahan masukan in-put untuk tahap per-tama pertemuan awal pada siklus berikutnya.
c. Pendekatan Individual