Pembelajaran Pengembangan Diri Berpakaian Anak Cerebral Palsy Evaluasi Pembelajaran Pengembangan Diri Anak Cerebral palsy

20 Pembelajaran pengembangan diri berpakaian sebagai proses belajar untuk melatih dan mengajari anak cerebral palsy tentang hal yang berhubungan dengan kemandirian anak dalam kehidupan sehari-hari. Kartini Kartono 2005: 243 menyatakan bahwa “kemandirian adalah kemampuan untuk berdiri sendiri di atas kaki sendiri, dengan keberanian dan tanggung jawab sendiri”. Sedangkan menurut Gendon Barus dalam Purwaka Hadi 2005: 267 kemandirian atau autonomy berarti kemampuan untuk memerintah diri sendiri, atau mengatur kepentingan sendiri. Oleh karena itu, anak cerebral palsy harus diberikan kesempatan untuk belajar secara optimal, kapan saja, dan dimana saja sehingga kemandirian anak dapat terlatih. Penerapannya terwujud dengan memberikan kesempatan pada anak cerebral palsy untuk mendengarkan, melihat, mengamati, dan melakukannya. Tujuan pembelajaran pengembangan diri berpakaian adalah agar anak cerebral palsy dapat melakukan keterampilan mengurus dirinya sendiri dengan mandiri tanpa bantuan orang lain dan agar anak bertanggungjawab pada hal yang berhubungan dengan dirinya sendiri, sebagai contoh ialah melakukan keterampilan berpakaian.

3. Pembelajaran Pengembangan Diri Berpakaian Anak Cerebral Palsy

Berdasarkan kurikulum bina diri dan bina gerak Depdikbud, 1997 tata cara pembelajaran memakai baju sendiri bagi anak cerebral palsy dengan tahapan sebagai berikut: 21 a. Mengenalkan bagian-bagian pakaian kepada anak yaitu bagian depan, bagian belakang, lubang lengan pakaian, kancing dan lubang kancing serta krah pakaian. b. Memasukan tangan kanan ke lubang lengan bagian kanan pakaian. c. Memasukan tangan kiri ke lubang lengan bagian kiri pakaian, kemudian menarik baju ke depan dan membetulkan letak bahu baju serta membetulkan krah. d. Memasukan biji kancing ke lubang kancing pakaian yang sejajar secara berurutan dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas. e. Memastikan setiap kancing masuk ke lubang yang sejajar. Menurut Maria. J Wantah 2007:192 melatih anak untuk mengenakan kemeja yaitu mengikuti langkah-langkah berikut: a. Mengambil kemeja. b. Memperhatikan model kemeja. c. Membuka kancing kemeja. d. Anak memasukan tangan kanan ke lubang lengan bagian kanan, dan memasukan tangan kiri ke lubang lengan bagian kiri. e. Anak merapikan kemeja dengan mempertemukan kelim bawah bagian kanan dan kiri sehingga menjadi sejajar. f. Anak mengancingkan kancing kemeja ke lubang yang sejajar secara berurutan dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas. Mengajarkan pengembangan diri berpakaian pada anak cerebral palsy dengan segala bentuk kelainannya membutuhkan cara-cara atau trik 22 khusus yang berbeda-beda sesuai dengan potensi dan kapasitas yang dimiliki, tetapi pada dasarnya yang pertama harus diperhatikan adalah guru harus membuat anak mengerti bagaimana cara memakai pakaian yang benar.

4. Evaluasi Pembelajaran Pengembangan Diri Anak Cerebral palsy

Secara istilah evaluasi dapat diartikan sebagai suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas nilai dan arti berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu. Menurut Nana Sudjana 2009: 3 “evaluasi merupakan proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Edwind Wandt dan Gerald W. Brown dalam Anas Sudijono, 2008:76 menjelaskan evalution refer to the act or process to determining the value of something. Penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa evaluasi sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Terdapat dua teknik dalam melaksanakan evaluasi yaitu teknik nontes dan tes. Menurut Suharsimi Arikunto 2012: 41 teknik nontes digolongkan menjadi 6 teknik yaitu; 1 skala bertingkat rating scale, 2 Kuesioner questionair, 3 daftar cocok check list; 4 wawancara interview; 5 Pengamatan observation; 6 riwayat hidup. Pelaksanaan evaluasi pembelajaran pada anak cerebral palsy pada dasarnya sama halnya dengan anak-anak di sekolah regular, akan tetapi diperlukan modifikasi dalam pelaksanaannya, yang dimaksudkan supaya proses evaluasi dapat sesuai dengan kemampuan anak. 23 Pelaksanaan evaluasi pada anak berkebutuhan khusus yang juga berarti dapat dilakukan pada anak cerebral palsy menurut Deddy Kustawan: 2010 dapat dilakukan melalui : tes tertulis, observasi, tes kinerja, penugasan, tes lisan, dan penilaian portofolio. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa evaluasi pembelajaran adalah suatu proses dalam memberikan nilai atau penentuan nilai berdasarkan dengan pertimbangan ataupun kriteria tertentu yang dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode evaluasi, diantaranya tes tertulis, observasi, tes kinerja dan lain sebagainya. Menurut Slamet Riadi, dkk 1984: 137 fungsi evaluasi adalah: 1 Petunjuk untuk bimbingan perkembangan murid seorang demi seorang, 2 Untuk mengetahui letak kelemahan dan kekuatan segi belajar murid pada umumnya, 3 Petunjuk untuk keperluan seleksi, pengelompokkan atau untuk penentuan keberhasilan seorang muruid, 4 Sebagai dasar untuk memperbaiki program pengajaran pada kurikulum sekolah. Berdasarkan fungsi evaluasi yang telah diungkapkan, maka pelaksanaan evaluasi tidak semata-mata untuk menilai hasil belajar siswa, yang kemudian diwujudkan dalam bentuk angka. Akan tetapi evaluasi dapat berfungsi sebagai indikator pencapaian siswa terkait dengan pemahaman materi, yang kemudian dapat digunakan sebagai rujukan dalam memberikan pembelajaran kepada siswa. Pelaksanaan evaluasi juga sebagai proses refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Berdasarkan kajian di atas, maka dalam penelitian ini dilakukan evaluasi tes kinerja atau perbuatan. Pelaksanaan tes perbuatan berupa 24 aktifitas yang dilakukan subjek untuk dapat menyelesaikannya dengan baik dan benar. Evaluasi tes kinerja atau perbuatan ini berupa tes kemampuan berpakaian baik sebelum diberikan tindakan maupun setelah diberikan tindakan. Menurut Sumiati dan Asra 2009: 204 terdapat tiga alat pada tes kinerja atau perbuatan untuk mengevaluasi yaitu “1 daftar tugas yang harus diselesaikan; 2 bahan serta alat yang diperlukan; 3 lembaran pengamatan untuk mengamati siswa menyelesaikan tugas.” Sedangkan masih menurut Sumiati dan Asra 2009: 58 dikatakan bahwa “dicapainya keterampilan yang diperoleh seseorang ditandai oleh adanya kemampuan menampilkan bentuk-bentuk gerakan tertentu dalam melakukan suatu kegiatan.” Oleh karenanya, penilaian yang dilakukan dalam tes kemampuan berpakaian dalam penelitian ini didasarkan pada kemampuan anak melakukan kegiatan berpakaian. Kemampuan anak dalam melakukan langkah-langkah berpakaian sesuai urutan latihan yang ada di dalam metode latihan drill dibuat kedalam indikator-indikator dimana dalam setiap indikator tersebut diberikan skoring. Semakin tinggi capaian subjek di dalam indikator ketercapaian melakukan aktivitas maka semakin tinggi skor yang diberikan. Teknik penilaian akhir yang diberlakukan yaitu jumlah skor yang diperoleh subjek dibagi dengan jumlah total skor kemudian dikalikan 100. Indikator keberhasilan penggunaan metode latihan drill dalam pembelajaran pengembangan diri berpakaian yaitu hasil pasca tindakan 25 lebih besar dari hasil pra tindakan serta hasil pasca tindakan lebih dari atau sama dengan kriteria ketuntasan minimal KKM yang telah ditetapkan yaitu 60 dari keseluruhan materi yang diberikan. Apabila kemampuan berpakaian anak meningkat, dengan mampu melakukan kegiatan berpakaian sesuai urutan yang ada dalam metode latihan drill secara mandiri dan memenuhi kriteria ketuntasan minimal sebesar 60, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode latihan drill pada pembelajaran pengembangan diri dapat meningkatkan kemampuan berpakaian anak cerebral palsy kelas V di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta.

C. Kajian Tentang Metode Latihan Drill 1. Pengertian Metode Latihan

Dokumen yang terkait

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BINA DIRI DAN BINA GERAK BAGI ANAK CEREBRAL PALSY DI SLB NEGERI CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG.

7 42 34

PENGARUH PERMAINAN ALAT MUSIK DRUM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK ANAK CEREBRAL PALSY TIPE SPASTIK DI SLB AZ-ZAKIYAH.

0 1 39

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BALOK-BALOK ANGKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN ANAK CEREBRAL PALSY KELAS 1 SLB-D1 YPAC SURAKARTA.

0 0 16

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA SISWA CEREBRAL PALSY KELAS III DI SLB NEGERI 1 BANTUL.

0 0 138

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPAKAIAN MELALUI METODE DRILL PADA ANAK CEREBRAL PALSY DI SEKOLAH LUAR BIASA DAYA ANANDA.

1 6 222

PENGARUH PEMBERIAN REWARD TERHADAP KEMAMPUAN PENGEMBANGAN DIRI BERPAKAIAN PADA ANAK AUTIS KELAS IV DI SLB AUTISMA DIAN AMANAH.

0 0 140

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA GAME EDUKATIF TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK CEREBRAL PALSY KELAS DASAR II DI SLB WIDYA MULIA PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA.

1 5 177

PENINGKATAN KEMAMPUAN BINA DIRI ANAK AUTIS DALAM BERPAKAIAN MELALUI METODE LATIHAN (DRILL) DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS BINA ANGGITA YOGYAKARTA.

0 0 152

KEEFEKTIFAN MEDIA FLASH CARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA CEREBRAL PALSY TIPE SPASTIK KELAS III DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI I BANTUL.

52 396 253

PENGARUH LATIHAN KOLASE BERBAHAN ALAM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN PADA ANAK CEREBRAL PALSY DI SLB RISANTYA BANDUNG - repository UPI S PLB 1200063 Title

0 0 3