KEEFEKTIFAN MEDIA FLASH CARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA CEREBRAL PALSY TIPE SPASTIK KELAS III DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI I BANTUL.

(1)

KEEFEKTIFAN MEDIA FLASH CARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK

TUNAGRAHITA CEREBRAL PALSY TIPE SPASTIK KELAS III DI SEKOLAH LUAR BIASA

NEGERI I BANTUL SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Priana Anis Safitri NIM 11103244050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

i

KEEFEKTIFAN MEDIA FLASH CARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK

TUNAGRAHITA CEREBRAL PALSY TIPE SPASTIK KELAS III DI SEKOLAH LUAR BIASA

NEGERI I BANTUL SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Priana Anis Safitri NIM 11103244050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(3)

(4)

iii

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, Juli 2015 Yang Menyatakan

Priana Anis Safitri NIM. 11103244050


(5)

(6)

v MOTTO

“Belajar membaca bagaikan menyalakan api, setiap suku kata yang di eja akan menjadi percik yang menerangi.” (C. S. Lewis)

“Manusia itu ada dua macam: Orang alim (berilmu) dan orang yang belajar ilmu, dan tidaklah ada kebaikan selain dari dua golongan itu.”(Hadist Nabi Muhammad SAW)


(7)

vi

PERSEMBAHAN

Dengan bahagia dan penuh rasa syukur kehadirat Allah Subhaanahu Wa Ta’ala, karya ini penulis persembahkan sebagai tanda pengabdian yang tulus dan cinta kasih untuk :

1. Kedua Orangtua saya yang selalu berharap kepada penulis untuk menempuh dan menyelesaikan hingga pendidikan tinggi: Bapak Supriyadi dan Ibu Nok Aniyah.

2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Nusa dan Bangsa,


(8)

vii

KEEFEKTIFAN MEDIA FLASH CARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK

TUNAGRAHITA CEREBRAL PALSY TIPE SPASTIK KELAS III DI SEKOLAH LUAR BIASA

NEGERI I BANTUL Oleh

Priana Anis Safitri NIM 11103244050

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan media flash card untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita cerebral palsy tipe spastik kelas III Sekolah Dasar di SLB Negeri 1 Bantul.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan pendekatan Single Subject Research (SSR) dengan desain A-B-A’. Subjek penelitian merupakan anak tunagrahita cerebral palsy tipe spastik kelas III, yakni FNP. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, tes dan observasi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan ditampilkan dengan bentuk tabel dan grafik. Komponen yang dianalisis yaitu analisis dalam kondisi meliputi panjang kondisi, estimasi kecenderungan arah, kecenderungan stabilitas, jejak data, level stabilitas dan rentang, serta perubahan level.

Hasil penelitian ini menunjukkan penggunaan media flash card efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita cerebral palsy tipe spastik kelas III di SLB Negeri 1 Bantul. Keefektifan tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya persentase keberhasilan dan terjadi penurunan pada durasi waktu pengerjaan tes kemampuan membaca permulaan pada fase baseline-1 (A), intervensi (B), dan baseline-2 (A’). Peningkatan persentase keberhasilan dari baseline-1 hingga baseline-2 yaitu 36%. Pada baseline-1 stabil yaitu 46%, kemudian persentase keberhasilan meningkat pada intervensi dari pertemuan pertama sampai keenam yaitu 52%-79%, sedangkan pada baseline-2 persentase keberhasilan menjadi 82%.

Kata kunci: media flash card, membaca permulaan, anak tunagrahita cerebral palsy tipe spastik


(9)

viii

KATA PENGANTAR Assalamualaikum wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia yang telah diberikan selama ini, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Keefektifan Media Flash Card Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Tunagrahita Cerebral Palsy Tipe Spastik Kelas III Di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Bantul” dapat terselesaikan dengan baik.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan uluran tangan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak dalam membantu terselesaikannya laporan ini, antara lain:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas bagi penulis untuk menimba ilmu dari masa awal studi sampai dengan terselesaikannya tugas akhir skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Biasa yang telah memberikan ijin penelitian. 4. Ibu Dra. Purwandari, M. Si., selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan arahan, bimbingan, dan masukan yang sangat membantu dalam pembuatan tugas akhir skripsi ini.

5. Drs. Heri Purwanto selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan dukungan, pembinaan dan bimbingan selama masa studi penulis.

6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah bersedia memberikan bimbingan dan menularkan ilmunya kepada penulis.

7. Bapak dan Ibu karyawan-karyawati serta seluruh staf Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah membantu memberikan fasilitas untuk memperlancar studi.


(10)

ix

8. Kepala SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian, pengarahan, dan kemudahan agar penelitian dan penulisan skripsi ini berjalan dengan lancar.

9. Ibu Sriwiji, S. Pd. selaku guru kelas III SD di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta yang membantu penulis dalam melakukan penelitian.

10.Seluruh Guru dan karyawan SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta atas dukungan dan semangatnya kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

11.Siswa kelas III SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta yang telah membantu penulis selama penelitian.

12.Kedua Orangtuaku, adikku tercinta Rezi Ahmad Zaeni dan Prahma Adi Harja, S. T. terimakasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan.

13.Sahabat-sahabat saya selama berada di Yogyakarta, Eny, Inike, Melina, Okta, Ratna, Nina dan Yunita yang selalu memberikan motivasi untuk tetap semangat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini, terima kasih segala waktunya selama bersama.

14.Teman-teman PLB 2011 yang selalu mendukung dan memberikan semangat serta doa yang telah diberikan.

15.Semua pihak yang telah menyumbangkan pemikiran dan motivasinya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Segala saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan bagi penulis demi kemajuan dimasa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua.

Yogyakarta, Juli 2015 Penulis,

Priana Anis Safitri NIM. 11103244050


(11)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL. ... xiii

DAFTAR GAMBAR. ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah. ... 7

C. Batasan Masalah. ... 7

D. Rumusan Masalah. ... 8

E. Tujuan Penelitian. ... 8

F. Manfaat Penelitian. ... 8

G. Definisi Operasional. ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Tentang Anak Tunagrahita ... 12

B. Kajian Tentang Anak Cerebral Palsy ... 14

1.Pengertian Anak Cerebral Palsy. ... 14

2.Pengertian Anak Cerebral Palsy tipe Spastik ... 16

3.Karakteristik Anak Cerebral Palsy. ... 17


(12)

xi

5.Dampak Cerebral Palsy. ... 25

C. Kajian Tentang Kemampuan Membaca Permulaan. ... 27

1.Pengertian Membaca Permulaan . ... 28

2.Tujuan Membaca Permulaan ... 29

3.Proses Membaca. ... 31

4.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca... 32

D. Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Cerebral Palsy. ... 35

E. Kajian Tentang Media Pembelajaran. ... 36

1.Pengertian Media Pembelajaran. ... 36

2.Fungsi Media Pembelajaran. ... 37

3.Jenis Media Pembelajaran. ... 38

F. Kajian Tentang Media Flash Card. ... 39

1.Pengertian Media Flash Card. ... 39

2.Kelebihan dan Kekurangan Media Flash Card. ... 41

3.Manfaat Media Flash Card. ... 43

4.Cara Penggunaan Media Flash Card... ... 44

G. Hasil Penelitian yang Relevan. ... 46

H. Kerangka Pikir. ... 48

I. Hipotesis Tindakan. ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 51

B. Jenis Penelitian ... 51

C. Desain Penelitian. ... 52

D. Prosedur Penelitian. ... 55

E. Tempat dan Waktu Penelitian. ... 61

F. Subyek Penelitian. ... 62

G. Variabel Penelitian. ... 64

H. Setting Penelitian. ... 64

I. Teknik Pengumpulan Data. ... 65

J. Instrumen Penelitian. ... 67


(13)

xii

L. Analisis Data. ... 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 81

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 83

C. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 85

1. Deskripsi Baseline-1 (Kemampuan Awal Sebelum Dilakukan Intervensi) .... 85

2. Deskripsi Pelaksanaan Intervensi (Saat Pemberian Treatment) ... 92

3. Deskripsi baseline-2 (Kemampuan Akhir Tanpa Diberikan Intervensi) ... 104

4. Deskripsi Hasil Observasi Pelaksanaan Intervensi ... 110

D. Analisis Data ... 112

1. Persentase Keberhasilan ... 112

2. Durasi Waktu ... 129

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 155

F. Keterbatasan Penelitian ... 139

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 141

B. Saran ... 142

DAFTAR PUSTAKA . ... 143


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Waktu Dan Kegiatan Penelitian ... 62

Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Wawancara ... 68

Tabel 3. Kisi-Kisi Pedoman Tes Kemampuan Membaca Permulaan ... 69

Tabel 4. Kisi-kisi Pedoman Observasi (checklist)... 73

Tabel 5. Data Hasil Tes Kemampuan Membaca Permulaan Subjek FNP Pada Baseline-1. ... 80

Tabel 6. Data Hasil Subjek FNP Dalam Pengerjaan Tes Kemampuan Membaca Permulaan Pada Intervensi Ke-1 ... 94

Tabel 7. Data Hasil Subjek FNP Dalam Pengerjaan Tes Kemampuan Membaca Permulaan Pada Intervensi Ke-2 ... 96

Tabel 8. Data Hasil Subjek FNP Dalam Pengerjaan Tes Kemampuan Membaca Permulaan Pada Intervensi Ke-3 ... 97

Tabel 9. Data Hasil Subjek FNP Dalam Pengerjaan Tes Kemampuan Membaca Permulaan Pada Intervensi Ke- ... 98

Tabel 10. Data Hasil Subjek FNP Dalam Pengerjaan Tes Kemampuan Membaca Permulaan Pada Intervensi Ke-5 ... 99

Tabel 11. Data Hasil Subjek FNP dalam Pengerjaan Tes Kemampuan Membaca Permulaan pada Intervensi ke-6... 100

Tabel 12. Data Hasil Persentase Keberhasilan Subjek FNP Dalam Tes Kemampuan Membaca Permulaan Pada Fase Intervensi ... 101

Tabel 13. Data Hasil Durasi Waktu Subjek FNP Mengenai Kemampuan Membaca Permulaan Pada Fase Intervensi ... 103

Tabel 14. Data Hasil Persentase Keberhasilan Subjek FNP Dalam Tes Kemampuan Membaca Permulaan Pada Fase Baseline II ... 106

Tabel 15. Data Akumulasi Persentase Keberhasilan Subjek Fnp Pengerjaan Tes Kemampuan Membaca Permulaan ... 106

Tabel 16. Data Akumulasi Durasi Waktu Subjek PADA Pengerjaan Tes Kemampuan Membaca Permulaan ... 109

Tabel 17. Data Hasil Persentase Keberhasilan Subjek FNP Dalam Tes Kemampuan Membaca Permulaan Pada Fase Baseline I- Intervensi - Baseline II. ... 113

Tabel 18. Analisis Dalam Kondisi Pada Komponen Panjang Kondisi... 115 Tabel 19. Analisis dalam kondisi pada komponen kecenderungan arah grafik 116


(15)

xiv

Tabel 20. Analisis Dalam Kondisi Pada Komponen Kecenderungan

Stabilitas Grafik. ... 120 Tabel 21. Analisis Dalam Kondisi Pada Komponen Jejak Data Pada Grafik. .. 121 Tabel 22. Analisis Dalam Kondisi Pada Komponen Level Stabilitas Dan

Rentang Data Pada Grafik. ... 122 Tabel 23. Analisis Dalam Kondisi Pada Komponen Perubahan Level Data

Pada Grafik. ... 123 Tabel 24. Rangkuman Hasil Analisis Antarkondisi ... 125 Tabel 25. Perkembangan Durasi Waktu Dalam Mengerjakan Tes

Kemampuan Membaca Permulaan Subjek ... 129 Tabel 26. Data Akumulasi Hasil Analisis Dalam Kondisi Durasi Waktu

Mengerjakan Tes Kemampuan Membaca Permulaan ... 130 Tabel 27. Data Akumulasi Hasil Analisis Antarkondisi Durasi Waktu


(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Grafik Desain A-B-A’ ... 53 Gambar 2. Grafik Persentase Keberhasilan Tes Kemampuan Membaca

Permulaan Pada Baseline-1 ... 90 Gambar 3. Display Durasi Waktu Pengerjaan Tes Kemampuan Membaca

Permulaan Subjek FNP Pada Baseline-1 ... 91 Gambar 4. Display Data Persentase Keberhasilan Tes Kemampuan Membaca

Permulaan Subjek FNP Pada Fase Intervensi 1-6 ... 102 Gambar 5. Display Durasi Waktu Keberhasilan Tes Kemampuan Membaca

Permulaan Subjek Penelitian Pada Fase Intervensi 1-6 ... 103 Gambar 6. Grafik Perbandingan Persentase Keberhasilan Tes Kemampuan

Membaca Permulaan Pada Fase Baseline I (A) – Intervensi (B)

Baseline Ii (A’) ... 108 Gambar 7. Display Durasi Waktu Keberhasilan Tes Kemampuan Membaca

Permulaan Subjek Penelitian Pada Fase Baseline1-, Intervensi

Dan Baseline-2 ... 109 Gambar 8. Grafik Persentase Keberhasilan Tes Kemampuan Membaca

Permulaan Pada Fase Baseline I (A) – Intervensi (B) –

Baseline II (A’) ... 114 Gambar 9. Display Perkembangan Durasi Dalam Mengerjakan Tes

Kemampuan Membaca Permulaan Subjek ... 130


(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Panduan Observasi Akademik Aspek Membaca Dan Menulis .... 147

Lampiran 2. Hasil Observasi Akademik Aspek Membaca Dan Menulis ... 152

Lampiran 3. Instrumen Wawancara ... 158

Lampiran 4. Hasil Wawancara ... 159

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 161

Lampiran 6. Surat Keterangan Uji Validitas ... 165

Lampiran 7. Panduan Observasi Pada Sesi Intervensi ... 167

Lampiran 8. Hasil Observasi Pada Sesi Intervensi ... 169

Lampiran 9. Instrumen Tes Kemampuan Membaca Permulaan ... 181

Lampiran 10. Kunci Jawaban dan Cara Pemberian Skor ... 184

Lampiran 11. Hasil Tes Lisan dan Tertulis Kemampuan Membaca Permulaan . 188 Lampiran 12. Pedoman Observasi Pencatatan Durasi Waktu Pengerjaan Tes Kemampuan Membaca Permulaan ... 224

Lampiran 13. Rekapitulasi Hasil Observasi Pencatatan Durasi Waktu Pengerjaan Tes Kemampuan Membaca Permulaan ... 225

Lampiran 14. Analisis Data Hasil Tes Kemampuan Membaca Permulaan ... 228

Lampiran 15. Foto Kegiatan ... 233


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tunagrahita merupakan kata lain dari retardasi mental (mental retardation). Arti tuna itu sendiri adalah merugi, sedangkan arti grahita adalah pikiran. Anak tunagrahita adalah kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata yang ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Seorang anak dikatakan menyandang tunagrahita apabila perkembangan dan pertumbuhan mentalnya dibandingkan anak normal yang sebaya memerlukan pendidikan khusus, latihan khusus, bimbingan khusus supaya mentalnya dapat berkembang seoptimal mungkin (Sutratinah Tirtonegoro,1995: 4). Salah satu bagian dari anak tunagrahita yang masih dapat menerima suatu pembelajaran akademik sederhana yaitu anak tunagrahita tingan.

Anak tunagrahita ringan memiliki tingkat kecerdasan (IQ) berkisar 50-70 ( Mumpuniarti, 2007: 13). Identifikasi yang dapat dilakukan kepada anak tunagrahita ringan bukan melalui ciri fisik yang ia miliki melainkan melalui hambatan yang dimiliki ketika belajar akademik. Menurut Mumpuniarti (2003: 23) karakteristik fisik yang dimiliki oleh anak tunagrahita ringan umumnya tidak akan menampilkan perbedaan yang signifikan dengan anak normal yang sebaya dengannya.Kemampuan berfikir sangat diperlukan dalam menerima dan mengolah informasi pembelajaran. Rendahnya kapasitas


(19)

2

intelektual yang dimiliki oleh anak tunagrahita ringan menyebabkan mereka mengalami hambatan dalam kemampuan berfikirnya, sehingga anak tunagrahita ringan memiliki prestasi belajar yang rendah di banding anak normal sebayanya.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru kelas III jenjang sekolah dasar di SLB Negeri 1 Bantul, bahwa salah satu siswa merupakan anak tunagrahita yang disertai dengan cerebral palsy tipe spastik mengalami permasalahan pembelajaran dalam aspek membaca. selain itu, siswa memiliki tingkat kecerdasan (IQ) yaitu 70. Tingkat kecerdasan (IQ) 70 merupakan anak hambatan mental atau tunagrahita kategori ringan. siswa tersebut selain mengalami tunagrahita juga mengalami cerebral palsy tipe spastik. Anak cerebral palsy pada umumnya merupakan anak yang mengalami kelainan pada anggota gerak. Cerebral palsy termasuk salah satu klasifikasi dari tunadaksa. Cerebral palsy adalah gangguan-gangguan dari fungsi motorik yang disebabkan kerusakan otak, sebelum, selama, dan sesudah lahir. Gangguan tersebut memberi akibat pada bagian-bagian tubuh baik keduanya, tunggal, atau kombinasi(Mumpuniarti, 2001:92). Dengan kata lain Cerebral Palsy atau orang sering menyebut dengan singkatan CP, dapat diartikan secara sederhana yaitu anak yang memiliki kelumpuhan otak. Kelumpuhan atau kelayuhan otak memberi dampak yang beragam, dampak tersebut berupa beberapa gejala yang menghambat mobilitas, koordinasi, kecerdasan, persepsi, dan komunikasi. Penyebab pasti dari sebagian besar kasus cerebral palsy tidak diketahui, tetapi banyak ditemukan penyebab


(20)

3

cerebral palsydari masalah selama kehamilan di mana otak rusak atau tidak berkembang secara normal.

Anak cerebral palsykelainannya terletak pada sistem syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Menurut Musjafak Assjari (1995: 66-68) Anak cerebral palsy mempunyai karakteristik diantaranya : 1) mengalami gangguan fungsi motorik, 2) anak cerebral palsy sering juga ditemui yang menderita gngguan sensoris, seperti kelainan penglihatan, pendengaran, dan kemampuan kesan gerak dan raba, 3) tingkat kecerdasan yang berentang, mulai dari tingkat yang dasar, yaitu idiocy sampai gifted, 4) anak cerebral palsy mengalami gangguan persepsi, 5) mengalami gangguan atau keterbatasan dalam kemampuan kognisi, 6) otot bicara yang lumpuh atau kaku mengakibatkan anak mengalami gangguan bicara, dan 7) penyesuaian sosial anak cerebral palsy tidak menyenangkan.

Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang mendukung anak dalam kegiatan belajar terutama pada kemampuan membaca. Anak tunagrahita cerebral palsy tipe spastik akan memperoleh informasi, ilmu pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru dengan cara membaca. Semua yang diperoleh melalui bacaan itu akan memungkinkan orang tersebut mampu mempertinggi dayapikirannya, mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya. Dengan demikian maka kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapapun yang ingin maju dan meningkatkan diri. Oleh sebab itu, peran guru mengajarkan membaca di sekolah sangat penting.


(21)

4

Kemampuan membaca dibutuhkan pula oleh penderita cerebral palsy, karena menurut Glenn Doman (seorang peneliti dan ahli bedah otak), “sel otak anak normal dengan anak yang memiliki cedera otak tidak ada bedanya”. Dengan demikian semua anak yang mengalami cedera otak dapat diajari membaca seperti halnya anak normal karena otak anak yang mengalami cedera apabila diasah terus menerus akan menghasilkan seperti anak normal pada umumnya

.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada anak tunagrahita cerebral palsy tipe spastik kelas III di SLB N 1 Bantul saat melakukan PPLdiperoleh hasil bahwa subjek mengalamihambatan intelektual, spastik pada kedua kaki dan tangan kiri. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya aspek membaca, anak belum mampu membaca kata sederhana atau kata yang berpola KVKV ( Konsonan-Vokal-Konsonan-Vokal).Anak membutuhkan waktu yang lama untuk membaca kata. Anak mampu menghafal huruf abjad a-z, namun saat anak diminta untuk menunjukkan huruf pada papan huruf a-z anak masih mengalami kesulitan. Dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia anak hanya menulis yaitu menyalin dan mendengarkan cerita untuk memahami karakteristik tokoh dalam cerita, anak belum mampu untuk membaca. Dalam proses pembelajaran anak kurang fokus atau konsentrasi saat pembelajaran. Anak lebih suka mengobrol atau berbicara kepada teman sebelahnya. Selain itu, anak juga kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, anak hanya mengikuti perintah guru. Apabila guru tidak memberikan pertanyaan maka anak akan


(22)

5

diam dan tidak ada pertanyaan untuk guru. Dari hasil wawancara kepada guru, anak mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi huruf, huruf a-z anak belum mampu mengurutkan dengan baik. Media flash card yang belum dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar terutama dalam aspek membaca permulaan.Dalam proses pembelajaran guru menggunakan media yang konkrit, misalnya benda yang ada dalam kelas. Selain itu, buku paket merupakan buku panduan guru saat memberikan materi kepada anak. Metode yang digunakan dalam kegiatanbelajar mengajar yaitu metode ceramah. Anak senang mendengarkan cerita dan anak melihat gambar-gambar yang ada dalam cerita tersebut.

Berdasarkan masalah tersebut peneliti ingin membantu anak tunagrahitacerbral palsy tipe spastik kelas III dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan dengan menggunakan media flash card. Dalam kegiatan belajar media sangatlah penting untuk membantu guru menyampaikan materi dan mempermudah anak dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru.Menurut Abdorrakhman Ginting (2010:140) Penggunaan media yang bervariasi merupakan salah satu upaya yang tepat untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan belajar dan pembelajaran. Azhar Arsyad (2011: 119-120) mengemukakan bahwa flash card adalah kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang mengingatkan dan menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu. Flash cardbiasanya berukuran 8 x 12 cm, atau dapat disesuaikan dengan besar kecilnya kelas yang dihadapi. Flash card berisi gambar-gambar benda-benda,


(23)

6

binatang, dan sebagainya yang dapat digunakan untuk melatih siswa mengeja dan memperkaya kosakata.Flash card dapat diperoleh dengan cara membeli ataupun membuat sendiri. Flash card disesuaikan dengan tahap pengajaran membaca yang akan dilakukan. Proses penggunaan media flash card disesuaikan dengan kemampuan anak.

Dari masalah yang dialami anak, kemampuan membaca anak sangatlah rendah. Anak belum mampu mengidentifikasi huruf secara baik. Oleh karena itu, peneliti hanya berfokus memberikan pengajaran membaca permulaan pada anak sampai dengan tahap kemampuan kosakata yaitu pada pengajaran kata yang terdiri dari dua suku kata. Pengajaran membaca pada anak harus didasarkan pada kebutuhan dan mempertimbangkan kemampuan anak agar pembelajaran dapat terlaksana dengan apa yang diharapkan.

Berdasarkan penjelasan di atas maka keefektifan media flash carduntuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita cerebral palsy tipe spastik perlu dibuktikan melalui sebuah penelitian. Oleh karena itu, penulis berkeinginan mengadakan penelitian mengenai keefektifan media flash card untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita cerebral palsy tipe spastik kelas III di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Bantul.


(24)

7

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai beriku :

1. Rendahnya kemampuan siswa dalam mengidentifikasi huruf dan siswa belum mampu membaca kata sederhana atau kata yang berpola KVKV ( Konsonan-Vokal-Konsonan-Vokal).

2. Media yang digunakan dalam proses pembelajaran kurang bervariasi, sehingga anak kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia.

3. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membaca kata sederhana. Waktu yang dibutuhkan untuk membaca satu kata ± 3 menit dengan cara di eja.

4. Penggunaan media flash card yang belum dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar terutama dalam aspek membaca permulaan.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis memberikan batasan agar penelitian ini lebih spesifik. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah “Rendahnya kemampuan siswa dalam mengidentifikasi huruf dan siswa belum mampu membaca katasederhana atau kata yang berpola KVKV ( Konsonan-Vokal-Konsonan-Vokal), serta penggunaan media flash card yang belum dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar terutama dalam aspek membaca permulaan’’.


(25)

8

D. Rumusan Masalah

Beradasarkan batasan masalah tersebut, maka rumusan masalah yang dapat ditentukan adalah “Bagaimana keefektifan media flash card dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahitacerebral palsy tipe spastik kelas III di SLB Negeri 1 Bantul?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan media flash card untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita cerebral palsy tipe spastik kelas III di SLB Negeri 1 Bantul.

F. Manfaat Penelitian

Terdapat dua manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini, yaitu manfaat praktis dan manfaat teoritis :

1. Manfaat praktis

a. Bagi sekolah, memberikan masukan kepada sekolah dalam usaha perbaikan proses pembelajaran, sehingga berdampak pada meningkatkan mutu sekolah.

b. Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan masukan bahwa media flash card dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia.


(26)

9

c. Bagi siswa, meningkatkan kemampuan siswa sehingga dapat mengembangkan potensi diri secara optimal, terutama hal membaca pada mata pelajaran Bahasa Indonesia selanjutnya.

d. Bagi peneliti, peneliti ini memberikan berbagai pengetahuan mulai dari mengidentifikasi kemampuan dan kebutuhan anak, menentukan langkah yang tepat untuk dapat mengakomodasi kebutuhan tersebut dan memberikan perlakuan yang sesuai.

2. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam penggunaan media flash card untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita cerebral palsy tipe spastik.

G. Definisi Operasional

1. Media Flash Card

Media Flash card dalam penelitian ini adalah kartu yang berisikan kata atau gambar. Gambar yang digunakan yaitu gambar yang mudah dipahami anak dan sesuai dengan aslinya. Media Flash cardterbuat dari kertas ivory 230 gram dan berukuran 8 x 12 cm. Media ini terdiri dari huruf baik vokal maupun konsonan, kata dengan pola KV ( konsonan-vokal), kata dengan pola VKV (vokal-konsonan-vokal) dan kata dengan pola KVKV (konsonan-vokal-konsonan-vokal). Gambar hanya ada pada kartu pengenalan kata dengan pola KVKV, sedangkan untuk huruf baik


(27)

10

vokal maupun konsonan dan kata dengan pola KV maupun VKV tidak menggunakan gambar hanya tulisan berwarna.

Keefektifan media flash card di ukur dengan membandingkan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita cerebral palsy tipe spastikkelas III baik sebelum maupun setelah diberikan intervensi, serta kemampuan membaca saat diberikan intervensi.

2. Kemampuan membaca permulaan

Membaca permulaan adalah suatu aktivitas untuk mengenalkan rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa. Membaca ada dua yaitu membaca permulaan dan membaca pemahaman. Membaca permulaan ini dipelajari mempunyai tujuan agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang tepat. Selain itu, membaca permulaan sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut.Peneliti ini hanya berfokus pada pengajaran kata yang terdiri dua suku kata dengan pola KVKV (Konsonan-Vokal-Konsonan-Vokal).

3. Siswa Tunagrahita Cerebral palsytipe Spastik

Anak tunagrahita atau yang sering disebut sebagai anak hambatan intelektual ialah anak yang mengalami hambatan dibidang mental, hambatan itu ditunjukkan dengan gejala keterbelakangan atau keterlambatan perkembangan di banding dengan usia kronologisnya, serta dibanding dengan anak usia sebaya yang menunjukkan keterlambatan dalam aspek kemampuan mereka.


(28)

11

Anakcerebral palsytipe spastik akan mengalami kesulitan dalam menggunakan otot- otot untuk bergerak. Hal ini disebabkan adanya kekejangan pada otot, akibatnya gerakan tubuh terbatas dan lambat. Otot- otot persendian akan menjadi kaku (stiff, contractur) kalau kurang digerakkan, sehingga dapat mengganggu fungsi mobilisasi. Kekakuan pada otot-otot organ bicara, seperti lidah, pita suara, dan rahang bawah dapat menyebabkan kelainan dalam berbicara. Maka dari itu, pada anak spastik akan mengalami hambatan ketika mereka mengungkapkan kalimat dan hal ini akan mengganggu proses pembelajaran.


(29)

12 BAB II KAJIAN TEORI

A.Kajian Tentang Anak Tunagrahita

Tunagrahita merupakan kata lain dari retardasi mental (mental retardation). Arti tuna itu sendiri adalah merugi, sedangkan arti grahita adalah pikiran. Anak tunagrahita adalah kondisi anak yang kecerdasannya jauh dibawah rata-rata yang ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Seorang anak dikatakan menyandang tunagrahita apabila perkembangan dan pertumbuhan mentalnya dibandingkan anak normal yang sebaya memerlukan pendidikan khusus, latihan khusus, bimbingan khusus supaya mentalnya dapat berkembang seoptimal mungkin (Sutratinah Tirtonegoro,1995: 4).Anak tunagrahita adalah individu yang secara signifikan memiliki intelegensi dibawah intelegensi normal. Biasanya anak tunagrahita memiliki kemampuan intelegensi (IQ) dibawah rata-rata dan akan mengalami kesulitan dalam penyesuaian perilaku. Hal ini berarti anak tunagrahita tidak dapat mencapai kemandirian yang sesuai dengan ukuran (standard) kemandirian dan tanggung jawab sosial anak normal yang lainnya. Anak tunagrahita juga akan mengalami masalah dalam keterampilan akademik dan berkomunikasi dengan kelompok usia sebaya. Kemampuan adaptif seseorang tidak selamanya tercermin pada hasil tes IQ. Latihan, pengalaman, motivasi, dan lingkungan sosial sangat besar pengaruhnya pada kemampuan


(30)

13

adaptif seseorang. Anak tunagrahita kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang bersifat abstrak.

Menurut Mumpuniarti (2007: 13) klasifikasi anak hambatan mental atau tunagrahita sebagai berikut:

1. Hambatan mental ringan; tingkat kecerdasan (IQ) berkisar 50-70, dalam penyesuaian sosial maupun bergaul, mampu menyesuaikan diri pada lingkungan sosial yang lebih luas.

2. Hambatan mental sedang; tingkat kecerdasan (IQ) berkisar 30-50, mampu melakukan keterampilan menugurus diri sendiri (self-helf); mampu mengadakan adaptasi sosial di lingkungan terdekat; dan mampu mengerjakan pekerjaan rutin yang perlu pengawasan atau bekerja di tempat kerja terlindung (sheltered work-shop).

3. Hambatan mental berat dan sangat berat, mereka sepanjang kehidupannya selalu tergantung bantuan dan perawatan orang lain. Tingkat kecerdasan (IQ) kurang dari 30.

Sebagian cerebral palsy, sekitar 45% mengalami keterbelakangan mental dan 35% lagi mempunyai tingkat kecerdasan sedikit di bawah rata-rata (Musjafak Assjari, 1995: 68). Kelumpuhan pada otak mengganggu fungsi kecerdasan, di samping kemungkinan mengganggu pusat koordinasi gerak, sehingga kelainan cerebral palsy terdiri tunagrahita dan gangguan koordinasi gerak. Anak kelas III di SLB N 1 Bantul yang digunakan sebagai subjek peneliti merupakan anak cerebral palsy tipe spastik yang disertai dengan hambatan intelektual. Dari hasil wawancara terhadap guru, anak memiliki tingkat kecerdasan (IQ) yaitu


(31)

14

70. Tingkat kecerdasan (IQ) 70 merupakan anak hambatan mental atau tunagrahita kategori ringan. Anak hambatan mental ringan usia kecerdasan/mental (mental age/MA) berkembang tidak sejalan dengan bertambahnya usia kronologis (chronologicalage/CA). Mereka mengalami ketertinggalan 2 atau 5 tingkatan di bidang kognitif dibanding anak normal yang usianya sebaya. Sehingga materi pembelajaran yang diberikan oleh guru untuk anak cerebral palsy kelas III Di SLB N 1 Bantul menggunakan materi kelas 1.

B.Kajian Tentang Anak Cerebral Palsy

1. Pengertian Anak Cerebral Palsy

Cerebral palsy adalah gangguan-gangguan dari fungsi motorik yang disebabkan kerusakan otak, sebelum, selama, dan sesudah lahir. Gangguan tersebut memberi akibat pada bagian-bagian tubuh baik keduanya, tunggal, atau kombinasi” ( Mumpuniarti, 2001:92). Dengan kata lain cerebral palsy atau orang sering menyebut dengan singkatan CP, dapat diartikan secara sederhana yaitu anak yang memiliki kelumpuhan otak. Kelumpuhan atau kelayuhan otak memberi dampak yang beragam, dimana dampak tersebut berupa beberapa gejala yang menghambat mobilitas, koordinasi, kecerdasan, persepsi, dan komunikasi. Penyebab pasti dari sebagian besar kasus CP tidak diketahui, tetapi banyak adalah hasil dari masalah selama kehamilan di mana otak rusak atau tidak berkembang secara normal.


(32)

15

Cerebral palsy disebabkan oleh kerusakan bagian otak yang relatif kecil yang mengakibatkan masalah pada tonus otot dan gerakan otot (Taylor; Ronald; at all, 2009: 327).Cerebral palsy dapat juga diartikan sebagai gangguan fungsi gerak yang diakibatkan olehkecelakaan, luka, atau penyakit susunan syaraf yang terdapat pada ronggatengkorak. Istilah cerebral palsy dimaksudkan untuk menerangkan adanya kelainan gerak, sikap ataupun bentuk tubuh, gangguan koordinasi yang disertai dengan gangguan psikologis dan sensoris yang disebabkan oleh adanya kerusakan atau kecacatan pada masa perkembangan otak.

Cerebral palsy bukanlah sebuah penyakit yang menular, tidak progersif dan tidak adanya remisi, namun hanya berpengaruh pada gerakan tubuh dan koordinasi otot yang terhalangi karena cedera pada otak, seperti yang dikatakan oleh Smith, Deborah, Tyler (2010: 305)

Cerebral palsy is not disease but, rather, a nonprogressive and noninfectious condition that affects body movement and muscle coordination.

Pernyatan tersebut menjelaskan bahwa cerebral palsy bukanlah penyakit, melainkan suatu kondisi nonprogressive dan tidak menular yang mempengaruhi gerakan tubuh dan koordinasi otot. Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan cerebral palsy adalah suatu kondisi kerusakan otak sehingga tonus otot bermasalah dan mengakibatkan kelumpuhan, kelemahan, kekakuan, kurang koordinasi bahkan disfungsi motorik.


(33)

16

2. Pengertian Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik

Menurut Sugiarmin (1996: 75-76) “Spastik menunjukkan gerakan otot-otot yang mengalami kekejangan dapat terjadi baik pada sebagian gerakan ataupun seluruhnya. Akibatnya gerakan terbatas dan lambat”. Penderita cerebral palsy jenis ini terdapat kekakuan pada sebagian atau seluruh otot- ototnya. Otot- otot persendian akan menjadi kaku (stiff, contractur) kalau kurang digerakkan, sehingga dapat mengganggu fungsi mobilisasi. Kekakuan pada otot- otot organ bicara, seperti lidah, pita suara, dan rahang bawah dapat menyebabkan kelainan dalam berbicara. Maka dari itu, pada anak spastik akan mengalami hambatan ketika mereka mengungkapkan kalimat dan hal ini akan mengganggu proses pembelajaran. “Pada anak cerebral palsytipe spastik kekejangan otot akan hilang atau berkurang pada saat anak dalam keadaan tenang. Sebaliknya keadaan akan menguat apabila keadaan anak terkejut, marah, takut dan sebagainya ( A. Salim Choiri, 1996: 23).

Anak cerebral palsy tipe spastik dapat dibedakan menjadi empat tipe, yaitu : a) Spastik Hemiplegia yaitu kelumpuhan terjadi pada anggota gerak di bagian yang sama (tangan dan kaki kanan atau tangan dan kaki kiri), b) Spastik Paraplegia yaitu kelumpuhan terjai pada kedua kaki, c) Spastik Diplegia yaitu kelumpuhan pada kedua tangan atau kedua kakinya, dan d) SpastikQuadriplegia (tetraplegia) yaitu kelumpuhan pada keempat anggota gerak.


(34)

17

3. Karakteritik Anak Cerebral Palsy

Manusia adalah makhluk yang unik dengan ciri-ciri atau karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lain. Begitu juga dengan karakteristik anak cerebral palsy. Karakteristik anak cerebral palsy dapat dilihat dari ciri-ciri yang tampak pada anak cerebral palsy.

a. Karakteristik Anak Cerebral Palsy Secara Umum

Karakteristik utama yang dapat dilihat pada anak cerebral palsyadalah adanya gangguan pada anggota gerak tubuh. Otak merupakan pusat dari semua fungsi tubuh, jika mengalami kerusakan maka selain mengalami gangguan gerak, anak cerebral palsy juga sering mengalami gangguan-gangguan lain seperti gangguan pendengaran, penglihatan, kecerdasan, dan gangguan pada aspek taktil dan kinestetik. Menurut Yulianto (dalam A. Salim Choiri, 2006: 178-182) karakteristik anak cerebral palsy sesuai dengan derajat kemampuan fungsional. Adapun karakteristik cerebral palsy sesuai dengan derajat kemampuan fungsional yaitu:

1)Golongan Ringan

Cerebral palsy golongan ringan umumnya dapat hidup bersama anak sehat lainnya, kelainan yang dialami tidak mengganggu kegiatan sehari-hari, maupun dalam mengikuti pendidikan.

2)Golongan Sedang

Cerebral palsy yang termasuk sedang sudah kelihatan pendidikan khusus agar dapat mengurus dirinya sendiri, dapat bergerak atau bicara. Anak dapat memerlukan alat bantu khusus memperbaiki pola geraknya.

3)Golongan Berat

Cerebral palsy yang termasuk berat sudah menunjukkan kelainan yang sedemikian rupa, sama sekali sulit melakukan kegiatan dan tidak mungkin dapat hidup tanpa bantuan orang lain.


(35)

18

Dari pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum maupun khusus anak cerebral palsy memiliki karakteristik sebagai berikut: mengalami kekakuan otot atau ketegangan otot, gerakan-gerakan tidak terkendali, gerakan tidak terkoordinasi, keseimbangan yang buruk, dan terdapat gerakan-gerakan kecil yang muncul tanpa terkendali.

Menurut Bakwin-bakwin (dalam Sutjihati Somantri, 2006: 122) cerebral palsy mempunyai karakteristik yaitu mengalami kelainan pada satu atau kedua tungkai dan juga tangan yang disebabkan kerusakan kortex cerebellum yang menyebabkan hiperaktive dan stretch relex; adanya gerakan-gerakan yang tidak terkendali dan terarah yang diakibatkan kerusakan pada bangsal banglia; adanya gangguan keseimbangan yang diakibatkan kerusakan otot pada cerebellum; terjadi getaran-getaran berirama, baik yang bertujuan maupun yang tidak bertujuan yang diakibatkan kerusakan pada bangsal banglia.

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum anak cerebral palsy memiliki karakteristik sebagai berikut: mengalami kekakuan otot atau ketegangan otot, gerakan-gerakan tidak terkendali, gerakan-gerakan tidak terkoordinasi, keseimbangan buruk, dan terdapat getaran-getaran kecil yang muncul tanpa terkendali. Kondisi anak cerebral palsy yang


(36)

19

demikian mengakibatkan anak membutuhkan bantuan dan layanan khusus pada tingkatan tertentu.

b. Karakteristik Anak Cerebral Palsy Tipe Spastik

Menurut Sugiarmin (1996: 75) “cerebral palsytipe spastikmerupakan jenis cerebral palsy yang besar jumlahnya diantara jenis cerebral lainnya.” Cerebral palsy tipe spastik terdapat kekejangan pada otot-otot, atau sebagian otot-ototnya. Karakteristik anak cerebral palsy tipe spastikantara lain:

1)Gangguan Motorik

Menurut A. Salim Choiri(1995: 66) Anak cerebral palsy yang mengalami kerusakan pada pyramidal tract atau extrapyramidal akan mengalami hambatan dalam sistem motorik karena kedua sistem tersebut berfungsi untuk mengatur sistem motorik. Gangguan motorik dapat berupa kekakuan, kelumpuhan.

2)Gangguan Sensoris

Menurut A. Salim Choiri (1995: 68) hilangnya kemampuan gerak dan raba pada anak cerebral palsy khusus terjadi pada spastikhemiplegia dan quadriplegia. Mereka tidak mampu membedakan dua titik pada kulit dan juga tidak mampu mengidentifikasi objek dengan menggunakan tangannya. Ketidakmampuan mereka dalam mengidentifikasi objek erat kaitannya dengan kelainan fungsi syaraf sensoris yaitu menerima rangsang dan mengirimkannya. Anak- anak spastik hemiplegia dan quadriplegia perlu memperolah layanan


(37)

20

rehabilitasi sensori untuk melatih dan mengembangkan kemampuan sensoris yang masih dimiliki.

3)Tingkat Kecerdasan

Menurut A. Salim Choiri(1995: 68) tingkat kecerdasan anak berentang mulai dari tingkat yang paling dasar, yaitu idiocy sampai gifted. Tidak ditemukannya secara langsung tingkat kelainan fisik dengan kecerdasan anak. Artinya anak cerebral palsy yang kelainan berat, tidak berarti kecerdasan rendah. Menurut Musjafak Assjari (1995: 68) “sebagian cerebral palsy, sekitar 45% mengalami keterbelakangan mental dan 35% lagi mempunyai tingkat kecerdasan sedikit di bawah rata-rata”. Kelumpuhan pada otak mengganggu fungsi kecerdasan, di samping kemungkinan mengganggu pusat koordinasi gerak, sehingga kelainan cerebral palsy terdiri tunagrahita dan gangguan koordinasi gerak.

4)Kemampuan Persepsi

Menurut A. Salim Choiri(1995: 69) syaraf penghubung dan jaringan syaraf otak pada anak cerebral palsy mengalami gangguan maka terjadi kesalahan proses persepsi. Akibatnya kemampuan persepsi anak cerebral palsy mengalami gangguan.

Menurut M. Sugiarmin dan Ahmad T. Muslim ( 1996: 75-76) “anakcerebral palsy jenis spastik akan mengalami kesulitan dalam menggunakan otot- otot untuk bergerak”. Hal ini disebabkan adanya kekejangan pada otot, akibatnya gerakan tubuh terbatas dan lambat. Jika


(38)

21

dibengkokkan sendinya maka otot-ototnya yang berlawanan berkontraksi. Sedangkan untuk jenis rigid otot akan tegang diseluruh tubuh, cenderung menyerupai robot waktu berjalan, tertahan- tahan dan kaku. Kondisi anak cerebral palsy yang demikian mengakibatkan anak membutuhkan bantuan dan layanan khusus pada tingkatan tertentu.

Berdasarkan penjelasan karakteristik anak cerebral palsy baik secara umum maupun khusus di atas, subyek penelitian ini memiliki karakteristik yaitu kekauan (spastik) pada kedua kaki baik kiri maupun kanan dan tangan sebelah kiri. Anak menggunakan kursi roda untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Mata anak normal tidak mengalami juling ataupun kelainan lainnya, sehingga dalam penglihatan anak dapat melihat dengan baik. Usia kecerdasan/mental (mental age/MA) berkembang tidak sejalan dengan bertambahnya usia kronologis (chronologicalage/CA). Subyek mengalami ketertinggalan 2 atau 5 tingkatan di bidang kognitif dibanding anak normal yang usianya sebaya. Usia anak saat ini 12 tahun dan duduk di kelas III tingak dasar, namun materi pembelajaran yang diberikan yaitu materi kelas I.

4. Faktor Penyebab Anak Cerebral Palsy

Menurut A. Salim Choiri (1996: 40-59) mengetahui faktor cerebral palsy yang dominan pengaruhnya memang sulit, sebab harus diteliti mulai dari kondisi fisik kedua orangtuanya, kondisi kesehatan ibu waktu mengandung, perilaku ibu saat mengandung, saat kelahiran dan bantuan


(39)

22

yang pernah diberikan kepada ibu waktu melahirkan, lingkungan sosial dan budaya dimana anak tinggal, keadaan pelayanan dan fasilitas kesehatan yang memungkinkandapat dimanfaatkan, dsb”.

Adapun kelainan/kerusakan/kelukaan otak dapat disebabkan oleh faktor prenatal, perinatal dan postnatal.

a. Faktor Pranatal

Faktor pranatal adalah faktor yang menyebabkan cerebral palsy sebelum lahir atau masih dalam kandungan. Di dalam 9 bulan bayi yang ada dalam kandungan dapat diserang penyakit-penyakit, sehingga di dalam otaknya terdapat kerusakan-kerusakan. Dengan demikian jika anak lahir, maka bayi tidak akan lahir dengan 100% sehat. Kerusakan dapat disebabkan oleh:

1)Infeksi Intrauterin: TORCH dan Sifilis.

Adanya infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibu mengandung sehingga otak pada bayi terganggu atau terserang. 2)Radiasi.

Bayi dalam kandungan terkena radiasi. Radiasi langsung mempengaruhi sistem syaraf pusat sehingga struktur maupun fungsinya terganggu.

3)Asfiksia Intrauterin (abrupsio plasenta, plasenta previa, anoksia maternal, kelainan umbilikus, perdarahan plasenta, ibu hipertensi, dan lain-lain). Asfiksia intrauterin adalah keadaan kekurangan oksigen dan adanya penimbunan karbondioksida pada janin yang


(40)

23

menyebabkan asidosis intrauterin akibat gangguan pertukaran gas melalui plasenta.

4)Toksemia Gravidarum.

Saat ibu hamil mengalami peningkatan tekanan darah, sehingga dapat membuat plasenta tidak mendapatkan darah dalam jumlah yang cukup. Bila plasenta tidak mendapatkan cukup darah, maka bayi tidak akan mendapatkan cukup oksigen dan makanan. Ini dapat mengakibatkan kelahiran dengan berat badan rendah.

5)Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) oleh karena kematian pranatal pada salah satu bayi kembar.

6)Bayi kembar merupakan faktor penyebab tidak langsung cerebral palsy. Plasenta secara alamiah dimaksudkan untuk mendukung hanya satu janin saja, adanya janin lebih dari satu dapat menyebabkan gangguan-gangguan pertumbuhan, adanya perbedaan ukuran janin, dll. Akibatnya dapat terjadi gangguan pertumbuhan sistem syaraf pusat dan cerebral palsy.

b. Faktor Perinatal

Faktor perinatal adalah faktor yang menyebabkan cerebral palsy saat anak dilahirkan atau dalam proses kelahiran. Dalam hal ini akan lebih banyak bahaya yang dapat menimbulkan kerusakan di dalam otak bayi. Hal itu terjadi karena mudah atau sulitnya bayi saat dilahirkan. Sebab-sebab yang terjadi pada faktor perinatal adalah:


(41)

24

Otak premature berada pada risiko perdarahan yang tinggi, dan ketika cukup parah, ia dapat berakibat pada cerebral palsy. Anak-anak yang dilahirkan prematur dapat juga mengembangkan keadaan pernapasan menyusahkan yang serius yang disebabkan oleh paru-paru yang belum dewasa dan berkembang dengan buruk. Ini dapat menjurus pada periode-periode dari oksigen yang berkurang yang diantarkan ke otak yang mungkin berakibat pada cerebral palsy. Proses otak yang dimengeti dengan buruk yang diamati pada beberapa bayi-bayi prematur.

2)Kelahiran yang sulit

Rusaknya jaringan syaraf otak bayi akibat kelahiran yang dipaksa menggunakan tang (forcep). Tekanan yang cukup kuat pada kepala bayi dapat mengakibatkan rusaknya jaringan syaraf menyebabkan otak tidak dapat berfungsi sebagai mestinya. Selain itu, alat bantu juga dapat menyebabkan perdarahan otak.

3)Hiperbilirubinemia.

Hiperblirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah bayi melebihi batas normal yang disertai ikterus (kuning) yang tampak pada kulit, mukosa, sclera mata, dan urine. 4)Anoksia/hipoksia.

Proses kelahiran yang terlalu lama karena tulang pinggul ibu kecil sehingga bayi mengalami kekurangan zat asam (oksigen). Kekurangan oksigen menyebabkan terganggunya sistem metabolisme


(42)

25

dalam otak bayi, akibatnya jaringan syaraf pusat mengalami kerusakan.

c. Faktor Postnatal

Faktor postnatal adalah faktor yang menyebabkan cerebral palsy setelah anak dilahirkan atau dalam proses perkembangan. Sebab-sebab yang terjadi pada faktor postnatal:

a. Trauma kepala.

Trauma pada kepala dapat mengakibatkan berkurangnya hematoma (genangan darah setempat). Sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada otak.

b. Meningitis/ensefalitis yang terjadi 6 bulan pertama kehidupan.

Infeksi pada sistem syaraf pusat, seperti miningitis, kerusakan jaringan pada rongga otak. Sehingga otak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan dapat mengakibatkan terjadinya cerebral palsy.

c. Racun: logam berat, CO.

Keracunan unsur-unsur kimia merupakan faktor penyebab utama pada anak cerebral palsy. Keracunan dapat mengakibatkan kelainan fungsi otak.

5. Dampak Dari Cerebral Palsy

Cerebral palsy dapat berdampak pada keadaan kejiwaan yang banyak dialami adalah kurangnya ketenangan. Anak cerebral palsy tidak dapat


(43)

26

stabil, sehingga menyulitkan pendidik untuk mengikat (mengarahkan) kepada suatu pelajaran atau latihan. Menurut Mumpuniarti (2001: 101) “Anak cerebral palsy dapat juga bersikap depresif, seakan-akan melihat sesuatu dengan putus asa atau sebaliknya agresif dengan bentuk pemarah, ketidak sabaran atau jengkel, yang akhirnya sampai kejang”.

Kondisi fisik anak yang mengalami hambatan akan berpengaruh terhadap pembelajaran. Misalnya saja bagi anak cerebral palsy yang mengalami spastik pada tangan dan organ bicara. Anak akan mengalami hambatan ketika menyampaikan pesan (informasi) atau menerima pesan dari guru. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. Meskipun tingkat kecerdasan anak cerebral palsy terdiri dari dibawah rata- rata, normal dan di atas rata- rata. Namun, bagi anak CP yang disertai dengan hambatan intelektual tentu prestasi belajar mereka akan rendah. Rendahnya prestasi belajar ini dikarenakan kemampuan persepsi dan mengingat anak yang terlalu singkat. Selain itu, kemampuan simbolisasi anak juga rendah. Hal ini mengakibatkan anak CP kurang memiliki kemampuan abstrak, sehingga anak CP mengalami kesulitan dalam mempelajari materi pelajaran yang abstrak.

Kerusakan otak pada anak cerebral palsy berdampak pada kelainan fisik, kelainan psikologis, kelainan mobilitas, kelainan komunikasi, kelainan mental dan intelegensi.Dalam mengikuti pembelajaran, dampak dari cerebral palsy dapat berakibat pada kurangnya perhatian dan


(44)

27

konsentrasi anak pada saat mengikuti kegiatan belajar. Sehingga kemampuan anak dalam membaca permulaan rendah.

C.Kajian Tentang Kemampuan Membaca Permulaan

1. Pengertian Membaca Permulaan

Keterampilan membaca berperan penting bagi perkembangan pengetahuan dan sebagai alat komunikasi bagi kehidupan manusia. Seseorang akan memperoleh informasi, ilmu pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru dengan cara membaca. selain itu, kegiatan membaca dapat memperluas wawasan dan mempertinggi daya pikirannya. Ada beberapa pendapat yang dikemukakan para ahli mengenai pengertian membaca.

Membaca didefinisikan oleh Blake, Williams, Aaron & Allen (dalam Mumpuniarti, 2007: 83-84) membaca adalah proses mengerti pesan yang disampaikan lewat symbol tulisan (comprehension following decoding), menentukan makna pesan (interpretation following literal comprehension), dan menentukan makna pesan bagi situasi secara faktual (aplication following interpretation). Definisi yang spesifik bahwa tugas membaca ialah mengerti informasi yang dihadirkan secara visual, serta menginterpretasikan dan mengaplikasikan informasi tersebut. Tugas untuk parallel dengan tugas mendengar (listening) dalam bahasa oral. Pada listening berkaitan dengan materi oral, membaca dengan materi tertulis. Siswa perlu menggunakan berbagai keterampilan agar mampu membaca,


(45)

28

keterampilan itu berupa menangkap, menginterpretasikan, dan mengaplikasikan informasi. Oleh karena itu, pesan/informasi yang dipelajari selalu terkait dengan objek dan situasi sehari-hari yang dekat dengan mereka. Pesan/informasi tertulis menunjang kegunaannya (fungsional) bagi kehidupan mereka sehari-hari.

Menurut Klein, dkk (Farida Rahim, 2005: 3), membaca mencakup: (1) membaca merupakan suatu proses, (2) membaca adalah strategis, dan (3) membaca merupakan interaktif. Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna.Membaca adalah strategis diartikan bahwa pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengkonstruk makna ketika membaca. Strategi ini bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca. Membaca merupakan interaktif adalah keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca teks yang bermanfaat akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya. Teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks.

Menurut Hodgson (dalam Henry Guntur Tarigan, 2008: 7)membaca adalah proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata


(46)

29

yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan agar makna katakata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.

Glenn Doman (dalam Anna Yulia, 2005: 19) mengemukakan bahwa membaca merupakan salah satu fungi yang paling penting dalam hidup dan dapat dikatakan bahwa semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa membaca permulaan adalah suatu aktivitas untuk mengenalkan rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa.

2. Tujuan Membaca Permulaan

Kegiatan membaca erat kaitannya dengan tujuan membaca, karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Membaca bukan hanya sekedar membaca, tetapi aktivitas ini mempunyai tujuan yaitu untuk mendapatkan sejumlah informasi baru. Di balik aktivitas, terdapat tujuan yang lebih spesifik, yakni sebagai kesenangan, meningkatkan pengetahuan, dan untuk dapat melakukan suatu pekerjaan.Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2008: 289) menyampaikan bahwa tujuan pembelajaran membaca permulaan bagi peserta didik adalah sebagai berikut:


(47)

30

1.Mengenali lambang-lambang (simbol-simbol bahasa) 2.Mengenali kata dan kalimat,

3.Menemukan ide pokok dan katakata kunci, dan 4.Menceritakan kembali isi bacaan pendek.

MenurutSaleh Abbas (2006: 103), tujuan pembelajaran membaca permulaan agar peserta didik mampu memahami dan menyuarakan kalimat sederhana yang ditulis dengan intonasi yang wajar, peserta didik dapat membaca katakata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat dalam waktu yang relatif singkat.

Menurut Blankton dan Irwin (dalam Farida Rahim, 2008: 11) tujuan membaca antara lain: Kesenangan, menyempurnakan membaca nyaring, menggunakan strategi tertentu, memperbarui pengetahuannya tentang suatu topik, mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya, memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis, mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, dan menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks.

Berdasarkan uraian tentang tujuan membca di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca dapat dibagi menjadi dua yaitu membaca umum dan membaca khusus. Dikatakan tujuan membaca umum, yaitu aktivitas membaca tersebut untuk memperoleh kesenangan semata, sedangkan tujuan membaca khusus yaitu aktivitas membaca untuk memperoleh informasi sebagai tugas yang berkaitan dengan akademik.


(48)

31

3. Proses Membaca

Proses membaca dimulai dengan sensor visual yang diperoleh melalui pengungkapan simbol-simbol grafis melalui indera penglihatan (sukirno, 2009: 5). Dalam hal tersebut, pembaca memahami simbol-simbol grafis yang berupa huruf, kata, suku kata, frasa, dan kalimat untuk mempresentasikan bahasa lisan. Kegiatan berikutnya persepsi terhadap makna simbol tadi berdasarkan pengalaman yang dimiliki. Aspek urutan proses membaca merupakan kegiatan mengikuti rangkaian tulisan yang tersusun pada halaman dari kiri ke kanan, kecuali tulisan Arab yang dimulai dari kanan ke kiri.

Menurut Combs (dalam Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuchdi, 1998: 48-49) kegiatan membaca terdiri dari tiga tahap, seperti berikut: a. Tahap persiapan, siswa mulai menyadari tentang fungsi barang cetak,

konseptentang cara kerja barang cetak, konsep huruf, konsep tentang kata.

b. Tahap perkembangan, siswa mulai memahami pola bahasa yang terdapat dalam barang cetak. Siswa mulai belajar memasangkan satu kata dengan kata yang lain.

c. Tahap transisi, siswa mulai mengubah kebiasaan membaca bersuara menjadi membaca dalam hati. Siswa mulai dapat melakukan kegiatan membaca dengansantai.


(49)

32

Pengenalan huruf merupakan salah satu langkah belajar membaca permulaan dan pembelajaran membaca permulaan harus mengutamakan huruf nonkapital (menurut Prana D. Iswara: 2001; 1-4). Urutan pengenalan huruf dalam membelajaran membaca permulaan yaitu sebagai berikut: a) Vokal (a, i, u, e, o), b) Konsonan I ( d, n, t, p, m), c) Konsonan II (c, g, j, y, w), d) Konsonan III ( b, k, l), e) Konsonan IV (s, r), dan f) Konsonan V (f, q, v, x, z). Setelah anak mampu mengenal huruf, anak dilanjutkan ke materi selanjutnya yaitu membaca suku kata dan kata. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (2008: 48) berpendapat bahwa pada saat anak berusia 5 tahun telah mampu menghimpun kurang lebih 3000 kata. Kata-kata yang dimiliki anak usia prasekolah meliputi kata benda, kata kerja, kata sifat dan kata keterangan. Menurut Tati Hernawati dan Permananian Somad (dalam Mumpuniarti, 2007: 86) bahwa anak hambatan mental atau tunagrahita ringan perlu mengetahui 250-500 kata dalam pembelajaran membaca.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca

Kemampuan membaca dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang datang dari diri si pembaca itu sendiri (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik). Menurut Farida Rahim (2007: 16), mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca adalah sebagai berikut. a. Faktor Fisiologis

Faktor fisiologi meliputi kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Menurut beberapa ahli, keterbatasan neurologis seperti


(50)

33

cacat otak dan kekurangmatangan secara fisik merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan peserta didik tidak berhasil dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mereka.

b. Faktor Intelektual

Terdapat hubungan positif antara kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ dengan ratarata peningkatan remedial membaca tetapi tidak semua siswa yang mempunyai kemampuan intelegensi tinggi menjadipembaca yang baik.

c. Faktor Lingkungan

Lingkungan yang meliputi latar belakang dan pengalaman peserta didik mempengaruhi kemampuan membacanya. Peserta didik tidak akan menemukan kendala yang berarti dalam membaca jika mereka tumbuh dan berkembang di dalam rumah tangga yang harmonis, rumah yang penuh dengan cinta kasih, memahami anak-anaknya, dan mempersiapkan mereka dengan rasa harga diri yang tinggi.

d. Faktor sosial ekonomi siswa

Status sosial ekonomi siswa mempengaruhi kemampuan verbal siswa. Hal ini dikarenakan jika peserta didik tinggal dengan keluarga yang berada dalam taraf sosial ekonomi yang tinggi kemampuan verbal mereka juga akan tinggi. Hal ini didukung dengan fasilitan yang diberikan oleh orang tuanya yang berada pada taraf sosial ekonomi tinggi. Lain halnya peserta didik yang tinggal di keluarga yang sosial


(51)

34

ekonomi rendah. Orangtua mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya dan anaknya cenderung kurang percaya diri.

e. Faktor Psikologis

Faktor psikologis meliputi motivasi, minat, dan kematangan sosial,emosi, serta penyesuaian diri.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya kemampuan membaca anak, diantaranya anak kesulitan untuk mengartikan symbol-simbol dalam tulisan, kurangnya motivasi pribadi dan yang paling utama adalah kurangnya motivasi dari keluarga. Jika sesorang anak tidak mau belajar atau diajari membaca, hendaknya tidak langsung mengklaim bahwa anak tersebut malas atau bodoh, tetapi terlebih dahulu mencari penyebab utamanya. Bisa jadi, keengganan anak untuk membaca dikarenakan faktor neurologis atau terlalu banyaknya tekanan dari luar.

Menurut Yulinda Erma Suryani (2015: 38-39) bahwa faktor neurologis mencakup sensorik (penginderaan) yaitu kemampuan menangkap rangsang dari luar melalui alat-alat indera (penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecap) dan perseptual (pengamatan atau apa yang diinderai) kemamampuan mengolah dan memahami rangsang dari proses penginderaan sehingga menjadi informasi yang bermakna. Perseptual terdiri dari persepsi auditoris (memahami objek yang didengarkan), persepsi visual (memahami objek yang dilihat), persepsi visual motorik (memahami objek yang bergerak atau digerakkan), memori (ingatan jangka


(52)

35

panjang dan pendek), pemahaman konsep, dan spasial (pemahaman konsep ruang).

D.Kemampuan Membaca Pada Anak Cerebral Palsy

Anak cerebral palsy merupakan kelainan yang berupa kekakuan pada anggota gerak yang disebabkan karena adanya gangguan yang terletak di dalam

otak. Kondisi cerebral palsy memiliki derajat tertentu dari yang ringan hingga

yang berat tergantung pada hebat tidaknya kerusakan yang terjadi pada otak. Jika

kerusakan pada otak itu cukup meluas sehinga menimbulkan kerusakan pada

bagaian lain yaitu pusat dan fungsi pancaindra, maka gangguan itu akan menyertai pula pada gangguan yang menyebar luas pada fungsi sensoris seperti;

penglihatan, pendengaran, bicara bahkan masuk kepada wilayah kecerdasan, akan

tetapi dapat juga terjadi hanya menyangkut gangguan gerak dan tidak menyerang fungsi yang lain.

Menurut Zainal Alimin (2014: 194)Cerebral palcy dengan gangguan spastic

menunjuk kepada suatu kondisi yang disebabkan oleh kegagalan otot dalam

melakukan releksasi sehingga gerakan-gerakan mereka menjadi kaku. Cara

berjalan yang menyilang (scissor gait) sehingga aktivitas berjalan dilakukan pada

ujung jari; kaki mengarah ketengah, kedua lutut tertekuk dan hampir beradu,

punggung , sikut dan pergelangan tangang tertekuk; lengan bawah terputar ke kekanan. Anak yang mengalami CP pada umumnya juga mengalami masalah

dalam persepsi penglihatan (visuo-perceptual) yang berhubungan dengan

kerusakan neurologis. Masalah-masalah yang muncul misalnya seperti mirror


(53)

36

bentuk, kesulitan menghubungkan dua garis yang bertemu pada satu titik menjadi

sebuah sudut. Telah diuraiakan dalam kerakteristik anak cerebral palsy bahwa

kebanyakan anak dengan cerebral palsy memiliki kecerdasan di bawah rata-rata.

Hampir setengah dari semua anak CP yang disurvey antara tahun 1957

sampai 1966 ditemukan bahwa mereka tertinggal 2 tahun atau lebih dari

perkembangan usia mentalnya (MA) dalam keterampilan membaca. Kemampuan membaca berhubungan dengan kemampuan dalam persepsi visual atau memori

visual dan tidak berkorelasi dengan memori auditori. Kesulitan belajar membaca

lebih bersifat visual yaitu terjadi apa yang disebut letter reversal dan mirror

image (zainal Alimin, 2014:209). Anak cerebral palsy memilki kemampuan

membaca dan aritmatika lebih rendah dibandingkan dengan anak yang tidak

memiliki hambatan dalam gerak/motorik.

E.Kajian Tentang Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran memiliki beberapa pengertian dilihat dari sudut pandang para ahli. Banyak para media pendidikan yang telah mendefinisikan pengertian media pembelajaran. Dari berbagai pendapat tersebut dapat dijelakn seperti berikut.

Menurut Oemar Hamalik (1994:12) “media pembelajaran adalah metode dan teknik yang digunakan untuk mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran.” Menurut Association for Educational Communications Technology (AECT)


(54)

37

di Amerika yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2002:3) “media pendidikan ialah segala bentuk saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi.” Sementara itu Gagne yang dikutip Arief S. Sadiman, dkk. (2009:6): “media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.”

Dari ketiga pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari guru ke siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran terjadi dan berlangsung lebih efisien. Dalam penelitian ini diharapkan media pembelajaran yang digunakan dalam mengajar siswa dapat efektif artinya media tersebut akan lebih tepat guna dan bermanfaat sesuai yang diharapkan dibandingkan dengan mengajar tanpa menggunakan media.

2. Fungsi Media Pembelajaran

Media pembelajaran memiliki beberapa fungsi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Arief S. Sadiman dkk (2009:17-18) mengemukakan bahwa secara umum media pendidikan dapat membantu untuk mengatasi berbagai macam hambatan diantaranya mengurangi sifat verbalisme, mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra, membantu mengatasi kesulitan guru dalam memberikan pelayanan belajar kepada murid memperingan beban guru, dan mempermudah belajar murid atau siswa.


(55)

38

Menurut Azhar Arsyad (2011:15) fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Sedangkan menurut Hamalik (dalam Azhar Arsyad, 2011: 15) bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

3. Jenis Media Pembelajaran

Media sangat penting bagi proses pembelajaran. Media pembelajaran banyak macamnyaseperti yang telah dijabarkan di atas, fungsi media tidak hanya membantu dalam memberikan penjelasan mengenai informasi yang dibicarakan, tetapi juga dapat menarik perhatian siswa, memberikan motivasi belajar, dan dapat memudahkan siswa dalam mengorganisasikan informasi yang diperoleh. Pemilihan media harus disesuaikan dengan teknik yang digunakan guru dan karakteristik siswa. Pemilihan media yang kurang tepat tidak akan bermakna pada siswa.

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2000:7) mengklasifikasikan media sebagai berikut: “Beberapa jenis media yang biasa digunakan dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran, dapat digolongkan menjadi media gambar atau grafis, media fotografis, media tiga dimensi, media proyeksi, media audio dan lingkungan sebagai media pengajaran.”


(56)

39

Berikut ini adalah jenis-jenis media menurut para ahli. Jenis media menurut Gagne dalam Arief S. Sadiman (2006: 23) mengelompokkan media menjadi 7 golongan yaitu: benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, media gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar.

Kemp & Dayton yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2011:37) mengelompokkan media kedalam delapan jenis, yaitu : media cetakan, media pajang, overhead transparancies, rekapan audiotape, seri slide dan filmstrips, penyajian multi-image, rekaman video dan film hidup, komputer.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas media flash card termasuk dalam golongan media tradisional visual yang tidak diproyeksikan dan termasuk media gambar diam. Media flash card ini digunakan sesuai karakteristik siswa cerebral palsy yang lebih mengoptimalkan fungsi penglihatan dan motorik. Penggunaan media flash card bersifat fleksibel dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan.

F. Kajian Tentang Media Flash Card

1. Pengertian MediaFlash Card

Azhar Arsyad (2011: 119-120), mengemukakan bahwa flash card adalah kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang mengingatkan dan menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu. Flash card biasanya berukuran 8 x 12 cm, atau dapat


(57)

40

disesuaikan dengan besar kecilnya kelas yang dihadapi. Flash card berisi gambar-gambar benda-benda, binatang, dan sebagainya yang dapat digunakan untuk melatih siswa mengeja dan memperkaya kosakata.

Ahmad Susanto (2011: 108), mengemukakan bahwa flash card adalah kartu-kartu bergambar yang dilengkapi kata-kata. Gambar-gambar pada flash card dikelompokkan antara lain: seri binatang, buah-buahan, pakaian, warna, bentuk-bentuk angka, dan sebagainya. Kartu ini dimainkan dengan cara diperlihatkan kepada anak dan dibacakan secara cepat. Tujuan dari media ini adalah untuk melatih otak kanan untuk mengingat gambar dan kata-kata, sehingga perbendaharaan kata dapat bertambah dan meningkat.

Menurut Kasihani K.E. Suyanto (2007:106) flash card adalah kartu ukuran besar, biasanya menggunakan kertas yang agak tebal, kaku dan biasanya ukurannya A4. Flash card memperlihatkan gambar atau tulisan kata-kata, biasanya flash card terdiri atas perangkat yang dikelompokkan menurut jenis atau kelasnya, misalnya kelompok gambar makanan, buah buahan, gambar seorang yang melaksanakan wudhu, alat transportasi, dan lain-lain.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa flash card merupakan kartu yang berisikan kata atau gambar. Media flash card dapat digunakan untuk pengembangan perbendaharaan kata pada aspek perkembangan bahasa. Selain itu, media flash card digunakan sesuai dengan fungsinya. Misalnya untuk memperkaya kosakata, untuk mengenal nama benda, berlatih membaca, dll.


(58)

41

Media Flash card dalam penelitian ini adalah kartu yang berisikan kata atau gambar. Gambar yang digunakan yaitu gambar yang mudah dipahami anak dan sesuai dengan aslinya. Media Flash cardterbuat dari kertas ivory 230 gram dengan ukuran 8 x 12 cm. Media ini terdiri dari huruf baik vokal maupun konsonan, kata dengan pola KV ( konsonan-vokal), kata dengan pola VKV (vokal-konsonan-vokal) dan kata dengan pola KVKV (konsonan-vokal-konsonan-vokal). Gambar hanya ada pada kartu pengenalan kata dengan pola KVKV, sedangkan untuk huruf baik vokal maupun konsonan dan kata dengan pola KV maupun VKV tidak menggunakan gambar hanya tulisan berwarna.

2. Kelebihan Dan Kekurangan Media Flash Card

1) Kelebihan Media Flash card

Media pembelajaran flash cardmemiliki beberapa kelebihan dibandingkan media pembelajaran lainnya, baik dilihat dari segi sifat, manfaat, maupun kepraktisan penggunaannya. Media flash card tergolong dalam media berbasis visual. Media berbasis visual memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Janu Astro (dalam Mei Lalu, 2011: 15), mengemukakan beberapa kelebihan flash card, antara lain:

1)Mudah dibawa-bawa, dengan ukuran yang kecil flash card dapat disimpan di tas bahkan di saku sehingga tidak membutuhkan ruang yang luas, dapat digunakan di dalam atau di luar ruangan.


(59)

42

2)Praktis, dilihat dari cara pembuatan dan penggunaannya, media flash card sangat praktis. Dalam penggunanaan media ini guru tidak perlu memiliki keahlian khusus dan juga media ini tidak perlu menggunakan listrik. Jika akan menggunakan kita tinggal menyusun urutan gambar sesuai dengan keinginan kita, pastikan posisi gambar tepat dan tidak terbalik.

3)Gampang diingat, karakteristik media flash card adalah menyajikan pesan-pesan pendek pada setiap kartu yang disajikan. Sajian pendek ini akan memudahkan siswa untuk mengingat pesan-pesan tersebut. Kombinasi antara gambar dan teks cukup memudahkan siswa untuk mengenali suatu konsep. 4)Menyenangkan, media flash card dalam penggunaannya bisa

melalui permainan, misalnya siswa secara berlomba-lomba mencari satu benda atau nama-nama tertentu dari flash card yang disimpan secara acak.

Beberapa kelebihan media pembelajaran kartu bergambar (flash card) menurut Arief S. Sadiman, Raharjo, Raharjito dan Anung Hariyono (2006: 29) mengemukakan bahwa:

“media flash card sifatnya konkrit, gambar lebih realitas menunjukkan pokok masalah di banding dengan media verbal, dapat mengatasi batasan ruang dan waktu (tidak semua benda, obyek atau peristiwa dapat di bawa ke kelas, tetapi gambar dapat selalu dibawa kemana-mana), dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita, dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja sehingga dapat mencegah/menimbulkan kesalahan pemahaman, dan murah harganya serta gampang didapat dan digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus”.

Uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kelebihan media pembelajaran flash card jika dibandingkan dengan media pembelajaran lainnya adalah harganya murah, mudah digunakan dalam kegiatan pembelajaran, mudah untuk mendapatkannya serta dapat digunakan untuk mengatasi keterbatasan indera pengamatan.


(60)

43 2)Kelemahan Media Flash Card

Setiap media pembelajaran tidak ada yang benar-benar sempurna. Disamping banyak memiliki kelebihan, media flash card juga mempunyai kelemahan. Kelemahan media pembelajaran kartu gambar (flash card) menurut Srief S. Sadiman, dkk (2006: 31) yaitu : 1) Hanya menekankan persepsi indera penglihatan, 2) Kurang efektif jika menerangkan gambar yang kompleks, dan 3) Ukurannya terbatas untuk kelompok besar.

Dengan melihat adanya berbagai kekurangan media pembelajaran kartu gambar (flash card), maka dalam penggunaannya dalam pembelajaran di kelas harus memperhatikan berbagai hal, antara lain :

1) Sesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan siswa baik isi, ukuran dan warna

2) Gambar harus bagus, menarik, jelas dan mudah dimengerti

3) Gambar harus benar, artinya dapat menggambarkan situsai yang serupa jika dilihat pada keadaan yang sebenarnya.

Pada kesimpulannya, kelemahan ini sebenarnya dapat diminimalisir dengan pengembangan dari guru. media flash card yang digunakan dalam penelitian ini tidak hanya difokuskan pada indera penglihatan saja, tetapi juga melibatkan indera pendengaran, sehingga pembelajaran diharapkan dapat lebih diterima anak, khususnya anak yang mengalami tunagrahita cerebral palsy tipe spastik.


(61)

44

3. Manfaat Media Flash Card

Adapun manfaat dari media pembelajaran flash card menurut Janu Astro (dalam Mei Lalu, 2011: 17) antara lain:

1.Meningkatkan kemampuan anak dalam menghafal dan menguasai kosa kata (vocabulary) dalam waktu cepat

2.Memudahkan orang tua atau guru dalam mengajar dan mengenalkan kosakata kepada anak sejak dini.

3.Anak akan mendapat dua manfaat sekaligus yaitu mengerti bahasa dan mengenal jenis-jenis binatang, buah,dan lain-lain.

Flash card merupakan kartu bergambar yang dilengkapi dengan kata-kata. Gambar-gambar pada flash card antara lain: binatang, buah-buahan, pakaian, warna, dll. Media ini dapat melatih kemampuan otak kanan untuk mengingat gambar dan kata-kata, sehingga perbendaharaan kata, kemampuan membaca anak, serta kemampuan konsentrasi pada anak dapat dilatih dan ditingkatkan.

4. Cara Penggunaan Media Flash Card

Yuliati (2012: 27-29), mengemukakan langkah-langkah penggunaan media flash card dalam pembelajaran di kelas untuk meningkatkan penguasaan kosakata dijabarkan dalam dua bagian yaitu sesaat sebelum penyajian dan pada saat penyajian. Dua bagian tersebut yaitu:


(62)

45 a. Mempersiapkan diri

Guru perlu menguasai bahan pembelajaran dengan baik, memiliki ketrampilan untuk menggunakan media tersebut. Jika perlu untuk memperlancar lakukan latihan secara berulang-ulang meski tidak dihadapan siswa.

b. Mempersiapkan media flash card

Flash card Sebelum dimulai pembelajaran pastikan jumlahnya cukup, urutannya betul dan perlu tidaknya media untuk membantu.

c. Mempersiapkan tempat

Posisi penyaji baik atau tidak, bagaimana penerangannya apakah semua siswa dapat melihat dengan jelas dan pastikan di dalam ruangan tidak ada suara yang menggangu.

d. Mempersipkan siswa

Posisi siswa sebaiknya ditata dengan baik agar semua siswa dapat melihat media flash card tersebut.

2. Saat penyajian

a. Berdirilah dengan jarak kira-kira 1-1,5 meter di depan kelas dimanasiswa dapat melihat guru.

b. Siapkan kartu-kartu dari kelompok yang sama, ditumpuk dan dipegang dengan tangan kiri setinggi dada. Halaman kartu yang bergambar berada di bagian depan menghadap ke siswa.

c. Untuk menarik perhatian siswa, tunjukkan halaman kartu yang bergambar dengan cara mengambil kartu yang paling belakang dan


(63)

46

meletakkannya keurutan paling depan sambil mengucapkan nama jelas gambar tersebut, misal “bintang”.

d. Kemudian baliklah gambar tersebut sehingga tulisan berada di depan sambil mengucapkan “bintang”, lakukan tindakan ini dengan cepat. e. Mintalah siswa mengikuti atau mengulang apa yang guru ucapkan. f. Setelah itu ambil kartu kedua dari kartu yang diurut paling belakang

kemudian lakukan seperti langkah c dan d.

g. Lakukan secara berurutan sampai dengan kartu terakhir, dengan kecepatan tidak lebih dengan satu detik untuk tiap-tiap gambar dan tulisan yang ditunjukkan.

h. Setelah seluruh kartu selesai, disebutkan satu persatu secara cepat. Berikan kartu-kartu yang telah diterangkan kepada siswa yang duduk di dekat guru.

i. Tahap-tahap tersebut dilakukan secara berulang-ulang.

Dalam pengguanaan media flash card untuk anak cerebral palsy berbeda dengan penggunaan pada umumnya. Anak cerebral palsy yang digunakan sebagai subjek peneliti memiliki masalah-masalah terntentu. Oleh karena itu, penggunaan media flash card untuk subjek dalam tahap sebelum penyajian sama dengan hal diatas, namun untuk tahap penyajian pemberian gambar tidak cepat seperti yang tertera diatas. Kecepatan disesuaikan dengan kemampuan anak. Selain itu, pemberian pembelajaran menggunakan media flash card ini diberikan sesuai dengan tahap-tahap,


(64)

47

yaitu : pengenalan huruf vokal dan konsonan, membaca suku kata, dan membaca kata yang terdiri dari dua suku kata dengan pola KVKV.

G.Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dikelas II B SDLB N 20 Pondok II Pariaman dalam meningkatakan kemampuan membaca menggunakan media flash card prestasi belajar anak meningkat. Dengan menggunakan media flash card anak ini lebih mudah untuk membaca kata benda karena kata yang dibaca disertai dengan gambarnya, media flash card ini juga menarik bagi anak. Hal ini dapat dilihat dengan perbandingan pada saat kondisi baseline (A) kempuan anak dalam membaca kata benda masih sangat kurang dari persentase yang diperoleh anak berkisar antara 0% sampai 40%. Sedangkan pada kondisi intervensi (B), Nampak perubahan sesuai dengan yang diharapkan. Kempuan anak dalam membaca kata benda yang diaplikasikan dengan anak membaca kata benda dengan tepat dan benar terus meningkat, itu terlihat dari persentase yang diperoleh anak antara 40% sampai 100%.

Flash card adalah kartu kata bergambar yang berukuran kecil yang digunakan sebagai media peraga yang berfungsi untuk memodelkan kata benda yang akan dibaca seperti [bola] disertai dengan gambarnya, [buku] disertai dengan gambar buku, pensil disertai dengangambar pensil, pena disertai dengan gambar pena, mobil juga disertai dengan gambar [mobil]. Dengan menggunakan media flash card anak ini lebih mudah untuk membaca


(1)

231

2) Estimasi kecenderungan arah = turun (+) 3) Kecenderungan stabilitas data= 15%

a) Durasi terlama X kriteria stabilitas = rentang stabilitas 30X 0.15 = 4,5

b) Mean level = (30+28+28) : 3 = 28,67

c) Batas atas = 28,67+ (4,5 :2 )= 28,67 + 2,25 = 30,92 d) Batas bawah = 28,67 – (4,5 : 2) = 28,67 – 2,25 = 26,42

e) Banyaknya poin data dalam rentang 26,42 sampai 30,92 adalah 3 f) Presentase stabilitas= banyak data poin dalam rentang : banyak data

= (3:3) X 100 % =100 % (Stabil) 4) Jejak data = turun (+)

5) Level stabilitas dan rentang = stabil (28-30)

6) Perubahan level = data terakhir – data pertama = 28 – 30 = +2 (meningkat)

B. Analisis Antarkondisi

a. Perbandingan kondisi B/A1 1) Variabel yang diubah = 1

2) Perubahan kecenderungan arah dan efeknya = (=) (+) 3) Perubahan stabilitas = stabil ke variabel

4) Perubahan level = skor sesi pertama intervensi - skor sesi terakhir baseline 1 = 52– 46= 6 (meningkat)

5) Data yang tumpang tindih (overlap)

Batas atas dan batas bawah kondisi baseline

BA = 49,45 BB = 42,55

Poin pada kondisi intervensi (B) yang ada pada rentang kondisi baseline 1 = 0


(2)

232 1) Variabel yang diubah = 1

2) Perubahan kecenderungan arah dan efeknya = (+) (+) 3) Perubahan stabilitas = variabel ke stabil

4) Perubahan level data = skor sesi terakhir baseline 2 – skor sesi pertama intervensi = 82 - 52 = 30 (membaik)

5) Data yang tumpang tindih (overlap)

Batas atas dan batas bawah kondisi baseline 2 BA = 87,15

BB = 74,85

Poin pada kondisi intervensi (B) yang ada pada rentang kondisi baseline 2 = 2


(3)

233 Lampiran 15.

FOTO KEGIATAN

Gambar 1. Media flash card (Kata) Gambar 2. Media flash card (Huruf Vokal)

Gambar 3. Media flash card Gambar 4. Media flash card

(Huruf Konsonan) (Dua Suku Kata)


(4)

234

Gambar 6. Saat Tes Kemampuan Gambar 7. Saat Kegiatan Intervensi

Membaca Permulaan

Gambar 8. Saat Kegiatan Intervensi Gambar 9. Saat Tes Kemampuan

Membaca Kata Membaca


(5)

235 Lampiran 16.


(6)

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK MELALUI MEDIA FLASH CARD DI KELOMPOK Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Melalui Media Flash Card Di Kelompok B TK Aisyiyah, Gajahan, Pasar Kliwon, Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014.

0 2 10

PENGARUH PERMAINAN ALAT MUSIK DRUM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK ANAK CEREBRAL PALSY TIPE SPASTIK DI SLB AZ-ZAKIYAH.

0 1 39

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA SISWA CEREBRAL PALSY KELAS III DI SLB NEGERI 1 BANTUL.

0 0 138

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPAKAIAN MELALUI METODE DRILL PADA ANAK CEREBRAL PALSY DI SEKOLAH LUAR BIASA DAYA ANANDA.

1 6 222

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MELALUI TEKNIK LATIHAN GRAPHOMOTOR PADA ANAK CEREBRAL PALSY DI SEKOLAH LUAR BIASA DAYA ANANDA.

12 56 187

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA GAME EDUKATIF TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK CEREBRAL PALSY KELAS DASAR II DI SLB WIDYA MULIA PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA.

1 5 177

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UPIN IPIN TERHADAP KEMAMPUAN PENJUMLAHAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA ANAK CEREBRAL PALSY TIPE SPASTIK KELAS III DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI 1 BANTUL.

1 10 192

KEEFEKTIFAN MULTIMEDIA BERBASIS FLASH UNTUK MENGENALKAN KONSEP ANGGOTA TUBUH BAGI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG KELAS I DI SEKOLAH LUAR BIASA YAPENAS YOGYAKARTA.

0 0 191

KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS DASAR 1 SEKOLAH LUAR BIASA SEKAR TERATAI 1 SRANDAKAN BANTUL.

0 5 103

PEMBELAJARAN DENGAN MEDIA FLASH CARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA SISWA KELAS 1 SD - Unika Repository

1 5 16