Karakteristik Anak Cerebral Palsy

13 motorik, menyebabkan anak cerebral palsy mengalami gangguan dalam mengontrol gerak, hal ini mengakibatkan beberapa kesulitan seperti duduk, berjalan, dan melakukan aktivitas pengembangan diri.

2. Karakteristik Anak Cerebral Palsy

Karakteristik anak cerebral palsy berhubungan dengan kelainan atau gangguan yang ditimbulkannya. Musjafak Assjari 1995:66 mengemukakan “Karakteristik anak tunadaksa secara khusus dapat dibedakan dari sudut kelainan 1 system cerebral dan 2 system musculus skeletal”. Subjek yang mengalami kelainan sistem cerebral adalah anak cerebral palsy . Secara spesifik anak cerebral palsy mempunyai karakteristik sebagai berikut: a. Gangguan Motorik Anak cerebral palsy mengalami kerusakan pada pyramidal tract dan extrapyramidal. Kedua sistem ini berfungsi mengatur sistem motorik manusia sehingga anak-anak cerebral palsy mengalami gangguan fungsi motoriknya. Gangguan motorik berupa kekakuan, kelumpuhan, gerakan-gerakan yang tidak dapat dikendalikan, gerakan ritmis, dan gangguan keseimbangan. Gangguan motorik yang terjadi pada anak cerebral palsy juga menyebabkan kesulitan untuk berpindah tempat, bergerak, dan berjalan. Kesulitan tersebut terjadi karena salah satu atau kedua kakinya lumpuh 14 b. Gangguan Sensoris Anak cerebral palsy sering ditemui menderita gangguan sensoris. Gangguan sensoris yang dimaksudkan yaitu kelainan penglihatan, pendengaran, dan kemampuan kesan gerak raba. c. Tingkat Kecerdasan Anak cerebral palsy memiliki tingkat kecerdasan yang berentang, hal ini dipengaruhi oleh letak kerusakan pada otak dan berat ringannya kerusakan otak. Menurut Hardman Musjafak Assjari, 1995:68, sebagian cerebral palsy , sekitar 45 mengalami kelatarbelakangan mental, 35 mempunyai tingkat kecerdasan normal dan di atas rata-rata sedangkan sisanya sedikit di bawah rata-rata. Kecerdasan merupakan modal utama untuk seorang anak menerima pembelajaran. d. Kemampuan Persepsi Sebagian anak cerebral palsy mengalami kelainan persepsi dikarenakan kesalahan menafsirkan dan menganalisis rangsang yang diterima otak melalui syaraf sensoris. Syaraf penghubung dan jaringan syaraf otak pada anak cerebral palsy mengalami gangguan atau kerusakan sehingga proses persepsi terganggu. e. Kemampuan Kognisi Anak cerebral palsy mengalami hambatan dalam kognisi sebagai akibat dari kelainan otak sehingga menganggu fungsi kecerdasan, penglihatan, pendengaran, bicara, rabaan dan bahasanya. Hal ini 15 menghambat kemampuan anak dalam menyimpan, menganalisis, dan mengaplikasikan pengetahuan yang susah di dapat. f. Kemampuan Berbicara Anak cerebral palsy mengalami gangguan bicara disebabkan oleh kelainan motorik otot-otot bicara dan kurangnya proses interaksi dengan lingkungan. Otot-otot bicara yang lumpuh atau kaku seperti lidah, bibir, dan rahang bawah akan menganggu pembentukan artikulasi yang benar. g. Simbolisasi Simbolisasi merupakan bentuk tertinggi dari kemampuan mental dan memerlukan konsentrasi secara abstrak. Pada anak cerebral palsy simbol yang diterima melalui pendengaran, penglihatan tidak dapat dimengerti dengan baik dikarenakan rusaknya jaringan syaraf penghubungnya. h. Emosi dan Penyesuaian Sosial Anak cerebral palsy kurang memiliki konsep diri yang baik. Konsep diri ini bukan bawaan tetapi diperoleh anak melalui interaksi lingkungan keluarga dan masyarakat. Sikap penolakan dari keluarga dan masyarakat akan membuat emosi dan penyesuaian diri anak terhadap lingkungan terganggu. 16 B. Kajian Tentang Pembelajaran Pengembangan Diri Berpakaian 1. Pengertian Pembelajaran Pengembangan Diri Berpakaian Pembelajaran pengembangan diri diajarkan atau dilatihkan pada anak berkebutuhan khusus mengingat dua aspek yang melatar belakanginya. Latar belakang yang utama yaitu aspek kemandirian yang berkaitan dengan aspek kesehatan, dan latar belakang lainnya yaitu berkaitan dengan kematangan sosial budaya. Beberapa kegiatan rutin yang perlu diajarkan meliputi kegiatan keterampilan mandi, makan, menggosok gigi, dan ke kamar kecil toilet merupakan kegiatan yang erat kaitannya dengan aspek kesehatan seseorang. Kegiatan atau keterampilan bermobilisasi mobilitas, berpakaian, dan merias diri grooming selain berkaitan dengan aspek kesehatan juga berkaitan dengan aspek sosial budaya Rini Hildayani, 2007:69. Pembelajaran bina diri adalah serangkaian kegiatan pembinaan dan latihan yang dilakukan oleh guru professional dalam pendidikan khusus, secara terencana dan terprogram terhadap individu yang membutuhkan layanan khusus, sehingga dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, dengan tujuan meminimalisasi ketergantungan terhadap bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas Rini Hildayani, 2007:72. Pendapat lain dikemukakan oleh Gunarhadi 2005: 120 “Pembelajaran bina diri adalah proses komunikatif, interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa untuk suatu keterampilan yang berkaitan dengan mengurus badannya sendiri atau diri sendiri mandi, makan, kebersihan, dan lain-lain yang nantinya menuju pada tujuan akhir yang ingin dicapai yaitu agar anak dapat melakukan kegiatan sehari-hari tanpa bantuan orang lain”. 17 Berdasarkan pengertian di atas dapat ditegaskan bahwa pembelajaran pengembangan diri ialah suatu kegiatan pembinaan dan latihan yang dilakukan secara terencana dan terprogram terhadap individu yang memerlukan layanan khusus. Dalam pembelajaran pengembangan diri siswa diberikan suatu keterampilan yang berkaitan dengan mengurus dirinya sendiri dengan tujuan agar anak dapat melakukan kegiatan sehari- hari tanpa bantuan orang lain. Dari beberapa pembelajaran pengembangan diri terdapat pembelajaran pengembangan diri berpakaian, yaitu pembelajaran yang mengajarkan anak cerebral palsy mengenai kemandirian melakukan keterampilan memakai pakaian. Rostamailis 2005:198, mengemukakan bahwa “berpakaian berbusana bukan hanya menutupi tubuh saja, tetapi memerlukan keserasian atau kecocokan antara busana atau pakaian yang dipakai dengan si pemakai”. Berpakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi manusia untuk menutupi, dan menghiasi tubuh sehingga berpenampilan menarik Maria J. Wantah, 2007:186. Walaupun telah bersolek lengkap dengan menggunakan tata rias muka, rambut yang rapih, dan cantik tetapi pakaian yang dipakai tidak sesuai, maka akan mengurangi penampilan. Untuk itu, maka perlu menggunakan pakaian yang serasi dan sesuai dengan tempatnya. Berpakaian merupakan perwujudan dari sifat dasar manusia yang mempunyai rasa malu sehingga berusaha selalu menutupi tubuhnya. 18 Pakaian busana menurut bahasa adalah segala sesuatu yang menempel pada tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki. Menurut istilah, busana adalah pakaian yang kita kenakan setiap hari dari ujung rambut sampai ujung kaki beserta segala perlengkapannya, seperti tas, sepatu, dan segala macam perhiasanaksesoris yang melekat padanya. Berpakaian merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena kalau tidak berpakaian, maka orang akan menganggap gila atau tidak sopan. Untuk membantu anak dalam meningkatkan kemampuan berpakaian, maka memerlukan waktu dan kesabaran dari orang tua. Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pengembangan diri berpakaian adalah suatu rangkaian kegiatan mengajarkan anak bagaimana cara mengenakan pakaian untuk menutupi tubuh atau sesuatu yang menempel pada tubuh. Pembelajaran pengembangan diri berpakaian harus diterapkan pada anak cerebral palsy yang mengalami kesulitan dalam mengurus diri yaitu memakai pakaian. Sehingga dengan ini mereka dapat beraktivitas sehari-hari tanpa bantuan, dengan tujuan meminimalisir dan atau menghilangkan ketergantungan terhadap bantuan orang lain dalam melakukan aktivitasnya khususnya dalam mengenakan pakaian.

2. Tujuan Pembelajaran Pengembangan Diri Berpakaian Anak Cerebral palsy

Dokumen yang terkait

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BINA DIRI DAN BINA GERAK BAGI ANAK CEREBRAL PALSY DI SLB NEGERI CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG.

7 42 34

PENGARUH PERMAINAN ALAT MUSIK DRUM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK ANAK CEREBRAL PALSY TIPE SPASTIK DI SLB AZ-ZAKIYAH.

0 1 39

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BALOK-BALOK ANGKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN ANAK CEREBRAL PALSY KELAS 1 SLB-D1 YPAC SURAKARTA.

0 0 16

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA SISWA CEREBRAL PALSY KELAS III DI SLB NEGERI 1 BANTUL.

0 0 138

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPAKAIAN MELALUI METODE DRILL PADA ANAK CEREBRAL PALSY DI SEKOLAH LUAR BIASA DAYA ANANDA.

1 6 222

PENGARUH PEMBERIAN REWARD TERHADAP KEMAMPUAN PENGEMBANGAN DIRI BERPAKAIAN PADA ANAK AUTIS KELAS IV DI SLB AUTISMA DIAN AMANAH.

0 0 140

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA GAME EDUKATIF TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK CEREBRAL PALSY KELAS DASAR II DI SLB WIDYA MULIA PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA.

1 5 177

PENINGKATAN KEMAMPUAN BINA DIRI ANAK AUTIS DALAM BERPAKAIAN MELALUI METODE LATIHAN (DRILL) DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS BINA ANGGITA YOGYAKARTA.

0 0 152

KEEFEKTIFAN MEDIA FLASH CARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA CEREBRAL PALSY TIPE SPASTIK KELAS III DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI I BANTUL.

52 396 253

PENGARUH LATIHAN KOLASE BERBAHAN ALAM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN PADA ANAK CEREBRAL PALSY DI SLB RISANTYA BANDUNG - repository UPI S PLB 1200063 Title

0 0 3