Inkonsistensi Jaminan Persalinan dengan Program Keluarga

kehamilan minimal memeriksakannya sebanyak empat kali. Berikut hasil wawancara dengan Bidan Puskesmas Tanah Tinggi : “Ibu-ibu penerima jampersal harus melakukan pemeriksaan kehamilan minimal sebanyak empat kali, jika ingin melakukan persalinan dengan menggunakan jampersal. Jika tidak sampai empat kali, mereka tidak bisa menggunakan jampersal untuk persalinan. Tujuannya selain supaya data bisa diklaim, juga untuk melihat kondisi kesehatan bayi dan ibu sewaktu hamil. Agar tidak terjadi komplikasi atau hal yang tidak diinginkan sewaktu persalinan. Makanya kami selalu mengingatkan mereka untuk rutin datang buat periksa.” Wawancara dengan Ibu Suci, 01 Maret 2013 Dari pernyataan-pernyataan diatas maka dapat diketahui bahwa struktur birokrasi yaitu prosedur dalam mendapatkan pelayanan dalam jampersal ini tidak sulit dan kompleks. Masyarakat merasa mudah dengan syarat-syarat yang dibuat oleh pembuat kebijakan. Oleh karena itu peneliti berpendapat bahwa struktur birokrasi dalam jaminan persalinan tidak menghambat pengimplementasian yang dilakukan pihak puskesmas kepada masyarakat.

V.5 Inkonsistensi Jaminan Persalinan dengan Program Keluarga

Berencana Suatu program dapat dikatakan berhasil atau berjalan dengan baik dalam implementasinya, jika semua atau setiap proses dari program tersebut dapat terlaksana dengan baik di masyarakat. Pelayanan yang diberikan dalam program jaminan persalinan ini terdiri dari pelayanan pemeriksaan kehamilan, pelayanan persalinan, pelayanan nifas dan bayi baru lahir, dan pelayanan Keluarga Berencana KB pasca persalinan. Dalam program jaminan persalinan ini terdapat pelayanan keluarga berencana untuk penjarangan kehamilan dan pembatasan kehamilan yang bertujuan sebagai upaya pengendalian jumlah penduduk. Karena UNIVERSITAS SUMATERA UTARA mengingat bahwa pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2562 yang mengatakan bahwa program jaminan persalinan ini mendukung program Keluarga Berencana KB sebagai upaya untuk pengendalian jumlah penduduk. Namun dalam penelitian yang telah peneliti lakukan, pelaksanaan program keluarga berencana tidak berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan tidak semua penerima jaminan persalinan mau mengikuti program Keluarga Berencana. Padahal dalam petunjuk teknis jaminan persalinan pada point kebijakan operasional terdapat point yang mengatakan bahwa Penerima manfaat Jaminan Persalinan didorong untuk mengikuti program KB pasca persalinan Dengan membuat surat pernyataan. Namun dalam kenyataannya program ini tidak berjalan dengan baik. Beberapa dari mereka memang mengikuti program KB, namun tidak diikuti dengan pembatasan kehamilan. Karena dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti kepada masyarakat diketahui bahwa masyarakat tidak membatasi jumlah anak mereka. Kebanyakan dari mereka sudah memiliki tiga orang anak, tetapi mereka tetap menambah jumlah anak mereka. Padahal tujuan dari program KB ini untuk menekan laju pertumbuhan penduduk, mengingat bahwa pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI yang mengatakan bahwa program jaminan persalinan ini juga mendukung program KB, namun dalam kenyataannya program ini malah melemahkan program KB. Bahkan dari informasi yang peneliti peroleh dari bidan KB Puskesmas Tanah Tinggi, ada peserta jampersal yang menggunakan jampersal untuk persalinan anak mereka UNIVERSITAS SUMATERA UTARA yang kelima dan juga ada untuk anak ketujuh. Berikut ini hasil wawancara dengan Bidan KB Puskesmas Tanah Tinggi: “Pelayanan KB di puskesmas ini tidak banyak ibu-ibu yang bersedia mengikutinya. Padahal ibu-ibu penerima jampersal ini dianjurkan untuk mengikuti KB. Tapi pelaksanaannya tidak semua mau ikut KB. Menurut saya juga program jampersal ini malah melemahkan program KB. Padahal program ini dibuatkan tujuannya juga untuk mendukung program KB yang bertujuan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Namun pada kenyataannya program ini tidak mendukung program KB karena ada pasien yang menggunakan jampersal ini untuk persalinan anaknya yang kelima, bahkan yang ketujuh juga ada. Jadi saya pikir seharusnya di peraturan dibuat sampai anak keberapa program jampersal itu bisa dipakai seperti peraturan pada askes. Jadi masyarakat pun akan tidak akan sesuka hati menambah jumlah anak karena sudah ada program yang menggratiskan biaya persalinan. jadi mereka berpikir gak masalah menambah jumlah anak.” Wawancara dengan Ibu Nita, 02 maret 2013 Hal ini dipertegas dengan pernyataan dari bidan KIA “Pelaksanaan program jampersal ini cukup baik. Setiap tahapannya diikuti ibu-ibu penerima jampersal. Seperti pemeriksaan kehamilan, ibu- ibu rutin mengikutinya. Untuk pelayanan ibu nifas dan bayi baru lahir, ibu-ibu peserta jampersal juga mengikutinya. Tapi kalau untuk pelayanan KB, mereka jarang sekali mengikutinya.padahal kami selalu menganjurkan untuk ikut program KB, namun mereka tidak mau. Jika ditanya mengapa tidak mau ber-KB, mereka menjawab belum mau, belum izin suami.” Wawancara dengan Ibu Suci, 01 maret 2013 Dari pernyataan-pernyataan diatas diketahui bahwa pelaksanaan pelayanan keluarga berencana dalam program jaminan persalinan di Puskesmas Tanah Tinggi tidak berjalan maksimal. Hal ini dikarenakan masyarakatnya yang kurang mau mengikuti program KB. Padahal pegawai Pegawai Puskesmas Tanah Tinggi selalu menganjurkan untuk mengikuti program KB. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan kepada masyarakat diketahui bahwa beberapa masyarakat yang menggunakan jaminan persalinan tidak mengikuti program keluarga berencana. Ketika ditanya mengapa tidak mengikuti UNIVERSITAS SUMATERA UTARA program KB, mereka hanya mengatakan belum ingin ber-KB dan belum izin suami. Beberapa dari mereka mengikuti program KB, namun tidak membatasi jumlah anak mereka. Rata-rata dari mereka sudah memiliki tiga orang anak, tetapi mereka tetap menambah jumlah anak mereka. Hal ini tidak sesuai dengan tujuan program jaminan persalinan yang ingin mendukung program keluarga berencana sebagai upaya menekan laju pertumbuhan penduduk dengan pembatasan kehamilan. Berikut pernyataan dari salah seorang penerima jaminan persalinan: “Untuk program KB saya mengikutinya. Saya menggunakan KB suntik sebulan sekali. Saya menggunakan jampersal ini untuk anak saya yang keempat.” Wawancara dengan Ibu Sukinem, 05 Maret 2013 Berikut ini juga pernyataan dari seorang penerima jaminan persalinan “Saya belum ikut program KB karena belum izin suami. Saya menggunakan jampersal ini untuk anak saya yang kedua.” Wawancara dengan Ibu Sri, 05 Maret 2013 Dari pernyataan diatas terlihat bahwa program KB pada masyarakat yang menggunakan jaminan persalinan tidak berjalan dengan baik. Ada yang mengikuti program KB namun tidak membatasi jumlah anaknya. Ada juga yang menggunakan jampersal tetapi tidak mengikuti program KB. Maka dari uraian-uraian diatas dapat terlihat bahwa terjadi ketidak- konsistenan antara program jaminan persalinan dengan program keluarga berencana. Karena tujuan dari program jaminan persalinan ini selain untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi, juga mendukung program keluarga berencana. Dan dalam petunjuk teknis jampersal juga terdapat kebijakan yang mengatakan bahwa penerima jaminan persalinan didorong untuk mengikuti program KB dengan surat pernyataan. Namun dalam kenyataannya hal ini tidak terlaksana dengan baik. Program jaminan persalinan yang tujuannya mendukung UNIVERSITAS SUMATERA UTARA program KB namun dalam kenyataannya malah melemahkan program KB. Menurut peneliti sendiri hal ini terjadi karena pemahaman masyarakat mengenai tujuan dikeluarkannya jampersal ini tidak dipahami jelas dan bahkan tidak tahu sehingga mengakibatkan program KB tidak terlaksana dengan baik. Masyarakat hanya mengetahui bahwa program jampersal ini untuk membantu biaya persalinan gratis dan tidak mengetahui bahwa program ini juga untuk mendukung program KB sebagai upaya menekan jumlah pertumbuhan penduduk. Dan hal ini terjadi karena sosialisasi yang tidak maksimal dijalankan oleh Puskesmas Tanah Tinggi. Hal inilah yang mengakibatkan program KB tidak berjalan dengan baik.

V.6 Kurangnya Data atau Informasi Mengenai Petunjuk Teknis Juknis