puskesmas. Masyarakat melayu memiliki kepercayaan yang kuat terhadap tradisi budaya mereka yang sudah ada sejak zaman dahulu dan sulit bagi mereka untuk dapat
lepas dari tradisi tersebut Adenansyah 1989:12. Mereka lebih percaya jika melahirkan dirumah dengan meletakkan daun
pandan berduri dan jala ikan akan melindungi proses persalinan. Mereka menggunakan sumpit yang berisikan paku, gunting, kunyit, benglu bengle, untuk
melindungi tubuh mereka dari penyakit dan gangguan-gangguan arwah jahat setelah melahirkan.
Berdasarkan teori dan beberapa penelitian terdahulu yang telah disebutkan di atas, dan permasalahan yang terjadi, maka perlu di kaji “Analisis Peran Petugas
Kesehatan Terhadap Pemberdayaan Masyarakat Melayu Dalam Peningkatan Kesehatan Ibu Hamil Di Puskesmas Tanjung Beringin Serdang Bedagai“.
1.2. Permasalahan
Masih rendahnya cakupan ibu yang berkunjung ke Puskesmas untuk melakukan ANC, K1 85,4 dan K4 87,9, sehingga belum mencapai standar
nasional yaitu 90, sehingga ingin diketahui bagaimana Analisis Peran Petugas Terhadap Pemberdayaan Masyarakat Melayu Dalam Peningkatan Kesehatan Ibu
Hamil di Puskesmas Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa bagaimana Analisis Peran Petugas Terhadap Pemberdayaan Masyarakat Melayu Dalam Peningkatan Kesehatan
Ibu Hamil di Puskesmas Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian
1. Memberikan masukan bagi petugas Puskesmas Tanjung Beringin agar lebih
meningkatkan promosi terhadap kesehatan di wilayah kerjanya. 2.
Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terhadap budaya masyarakat Melayu khususnya terhadap kepercayaan memanfaatkan puskesmas sebagai pelayanan
kesehatan
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pemberdayaan Masyarakat
2.1.1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang
tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan
masyarakat. Dalam konsep pemberdayaan, menurut Prijono dan Pranarka 1996, manusia adalah subyek dari dirinya sendiri. Proses pemberdayaan yang menekankan
pada proses memberikan kemampuan kepada masyarakat agar menjadi berdaya, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan
untuk menentukan pilihan hidupnya. Paradigma sakit merupakan upaya untuk membuat orang sakit menjadi sehat,
menekankan pada kuratif dan rehabilitatif, sedangkan paradigma sehat merupakan upaya membuat orang sehat tetap sehat, menekan pada pelayanan promotif dan
preventif. Berubahnya paradigma masyarakat akan kesehatan, juga akan merubah pemeran dalam pencapaian kesehatan masyarakat, dengan tidak mengesampingkan
peran pemerintah dan petugas kesehatan. Perubahan paradigma dapat menjadikan masyarakat sebagai pemeran utama dalam pencapaian derajat kesehatan. Dengan
perubahan paradigma sakit menjadi paradigma sehat ini dapat membuat masyarakat
13
Universitas Sumatera Utara
menjadi mandiri dalam mengusahakan dan menjalankan upaya kesehatannya, hal ini sesuai dengan visi Indonesia sehat, yaitu “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan
Berkeadilan” Notoatmodjo, 2005. Pemberdayaan masyarakat terhadap usaha kesehatan agar menadi sehat sudah
sesuai dengan Undang – undang RI, Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, bahwa pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup masyarakat yang setinggi- tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya masyarakat. Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan,
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi – tingginya. Pemerintah bertanggungjawab memberdayakan dan mendorong peran serta
aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan Notoatmodjo, 2005 Dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan, pemberdayaan masayrakat
merupakan unsur penting yang tidak bisa diabaikan. Pemberdayaan kesehatan di bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari promosi kesehatan. Masyarakat
merupakan salah satu dari strategi global promosi kesehatan pemberdayaan empowerment sehingga pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk dilakukan
agar masyarakat sebagai primary target memiliki kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yang dilakukan oleh masyarakat dengan atau tampa campur tangan pihak luar untuk memperbaiki
kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya yang secara lasung maupun tidak lansung berpengaruh dalm kesehatan masyarakat Notoatmodjo, 2005.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Tujuan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah Notoatmodjo, 2005 :
1. Tumbuhnya kesadaran, pengetahuan dan pemahaman akan kesehatan bagi
individu, kelompok atau masyarakat. Pengetahuan dan kesadaran tentang cara – cara memelihra dan meningkatkan kesehatan adalah awal dari keberdayaan
kesehatan. Kesadaran dan pengetahuan merupakan tahap awal timbulnya kemampuan, karena kemampuan merupakan hasil proses belajar. Belajar itu
sendiri merupakan suatu proses yang dimulai dengan adanya alih pengetahuan dari sumber belajar kepada subyek belajar. Oleh sebab itu masyarakat yang mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatan juga melalui proses belajar kesehatan yang dimulai dengan diperolehnya informasi kesehatan. Dengan informasi
kesehatan menimbulkan kesadaran akan kesehatan dan hasilnya adalah pengetahuan kesehatan.
2. Timbulnya kemauan atau kehendak ialah sebagai bentuk lanjutan dari kesadaran
dan pemahaman terhadap obyek, dalam hal ini kesehatan. Kemauan atau kehendak merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan. Oleh sebab itu, teori
lain kondisi semacam ini disebut sikap atau niat sebagai indikasi akan timbulnya suatu tindakan. Kemauan ini kemungkinan dapat dilanjutkan ke tindakan tetapi
mungkin juga tidak atau berhenti pada kemauan saja. Berlanjut atau tidaknya kemauan menjadi tindakan sangat tergantung dari berbagai faktor. Faktor yang
Universitas Sumatera Utara
paling utama yang mendukung berlanjutnya kemauan adalah sarana atau prasarana untuk mendukung tindakan tersebut.
3. Timbulnya kemampuan masyarakat di bidang kesehatan berarti masyarakat, baik
seara individu maupun kelompok, telah mampu mewujudkan kemauan atau niat kesehatan mereka dalam bentuk tindakan atau perilaku sehat.
2.1.3. Unsur-unsur Pemberdayaan Masyarakat
Upaya pemberdayaan masyarakat harus memperhatikan 4 unsur didalamnya yaitu:
1. Aksesibilitas imformasi, karena imformasi merupakan kekuasaan baru
kengitannya dengan peluang, layanan, penegakan hukum, efektifitas negosiasi, dan akuntabilitas
2. Keterlibatan dan partisipasi, yang menyangkut siapa yang dilibatkan dan
bagaimana mereka terlibat dalam keseluruhan proses pembangunan 3.
Akuntabilitas, kaitannya dengan pertanggungjawaban publik atas segala kegiatan yang dilakukan dengan mengatas namakan rakyat
4. Kapasitas organisasi lokal, kengiatannya dengan kemampuan bekerja sama,
mengorganisasi warga masyarakat, serta memobilitasi sumber daya untuk memcahkan masalah-masalah yang mereka hadapi.
2.1.4. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
Prinsipnya pemberdayaan masyarakat adalah menumbuhkan kemampuan masyarakat dari dalam masyarakat itu sendiri. Prinsip-prinsip pemberdayaan
masyarakat dibidang kesehatan Notoatmodjo, 2005 :
Universitas Sumatera Utara
1. Menumbuhkembangkan Potensi Masyarakat
Didalam masyarakat terdapat berbagai potensi yang dapat mendukung keberhasilan program – program kesehatan. Potensi dalam masyarakat dapat
dikelompokkan menjadi potensi sumber daya manusia dan potensi dalam bentuk sumber daya alam kondisi geografis.
Tinggi rendahnya potensi sumber daya manusia disuatu komunitas lebih ditentukan oleh kualitas, bukan kuatitas sumber daya manusia. Sedangkan potensi
sumber daya alam yang ada di suatu masyarakat adalah given. Bagaimanapun melimpahnya potensi sumber daya alam, apabila tidak didukung dengan potensi
sumber daya manusia yang memadai, maka komunitas tersebut tetap akan tertinggal, karena tidak mampu mengelola sumber alam yang melimpah tersebut.
2. Mengembangkan Gotong Royong Masyarakat
Potensi masyarakat yang ada tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa adanya gotong royong dari masyarakat itu sendiri. Peran petugas kesehatan atau
provider dalam gotong royong masyarakat adalah memotivasi dan memfasilitasinya, melalui pendekatan pada para tokoh masyarakat sebagai penggerak kesehatan dalam
masyarakatnya. 3.
Menggali Kontribusi Masyarakat Menggali dan mengembangkan potensi masing – masing anggota masyarakat
agar dapat berkontribusi sesuai dengan kemampuan terhadap program atau kegiatan yang direncanakan bersama. Kontribusi masyarakat merupakan bentuk partisipasi
Universitas Sumatera Utara
masyarakat dalam bentuk tenaga, pemikiran atau ide, dana, bahan bangunan, dan fasilitas – fasilitas lain untuk menunjang usaha kesehatan.
4. Menjalin Kemitraan
Jalinan kerja antara berbagai sektor pembangunan, baik pemerintah, swasta dan lembaga swadaya masyarakat, serta individu dalam rangka untuk mencapai
tujuan bersama yang disepakati. Membangun kemandirian atau pemberdayaan masyarakat, kemitraan adalah sangat penting peranannya.
5. Desentralisasi
Memberikan pada masyarakat lokal untuk mengembangkan potensi daerah atau wilayahnya.
2.1.5. Proses dan Upaya Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Suharto 2006 pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan, sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat
kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat. Proses pemberdayaan dapat dilakukan secara individual maupun kolektif kelompok.
Menurut United Nations 1956:83-92 dalam Tampubolon, 2006, proses-proses pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Getting to Know the Local Community
Mengetahui karakteristik masyarakat setempat lokal yang akan diberdayakan, termasuk perbedaan karakteristik yang membedakan masyarakat desa
yang satu dengan yang lainnya. Mengetahui artinya untuk memberdayakan masyarakat diperlukan hubungan timbal balik antara petugas dengan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
2. Gathering Knowledge About the Local Community
Mengumpulkan pengetahuan yang menyangkut informasi mengenai masyarakat setempat. Pengetahuan tersebut merupakan informasi faktual tentang
distribusi penduduk menurut umur, sex, pekerjaan, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, termasuk pengetahuan tentang nilai, sikap, ritual dan custom, jenis
pengelompokan, serta faktor kepemimpinan baik formal maupun informal. 3.
Identifying the Local Leaders Segala usaha pemberdayaan masyarakat akan sia-sia apabila tidak
memperoleh dukungan dari pimpinan tokoh-tokoh masyarakat setempat. Untuk itu faktor the local leaders harus selalu diperhitungkan karena mereka mempunyai
pengaruh yang kuat di dalam masyarakat. 4.
Stimulating the Community to Realize that it has Problems Di dalam masyarakat yang terikat terhadap adat kebiasaan, sadar atau tidak
sadar mereka tidak merasakan bahwa mereka punya masalah yang perlu dipecahkan. Karena itu, masyarakat perlu pendekatan persuasif agar mereka sadar bahwa mereka
punya masalah yang perlu dipecahkan, dan kebutuhan yang perlu dipenuhi. 5.
Helping People to Discuss their Problem Memberdayakan masyarakat bermakna merangsang masyarakat untuk
mendiskusikan masalahnya serta merumuskan pemecahannya dalam suasana kebersamaan.
Universitas Sumatera Utara
6. Helping people to Identify their Most Pressing Problems
Masyarakat perlu diberdayakan agar mampu mengidentifikasi permasalahan yang paling menekan. Dan masalah yang paling menekan inilah yang harus
diutamakan pemecahannya. 7.
Fostering Self-Confidence Tujuan utama pemberdayaan masyarakat adalah membangun rasa percaya diri
masyarakat. Rasa percaya diri merupakan modal utama masyarakat untuk berswadaya.
8. Deciding on a Program Action
Masyarakat perlu diberdayakan untuk menetapkan suatu program yang akan dilakukan. Program action tersebut perlu ditetapkan menurut skala prioritas, yaitu
rendah, sedang, dan tinggi. Tentunya program dengan skala prioritas tinggilah yang perlu didahulukan pelaksanaannya.
9. Recogniton of Strengths and Resources
Memberdayakan masyarakat berarti membuat masyarakat tahu dan mengerti bahwa mereka memiliki kekuatan-kekuatan dan sumber-sumber yang dapat
dimobilisasi untuk memecahkan permasalahan dan memenuhi kebutuhannya. 10.
Helping People to Continue to Work on Solving their Problems Pemberdayaan masyarakat adalah suatu kegiatan yang berkesinambungan.
Karena itu, masyarakat perlu diberdayakan agar mampu bekerja memecahkan masalahnya secara kontinyu.
Universitas Sumatera Utara
11. Increasing Peoples Ability for Self-Help
Salah satu tujuan pemberdayaan masyarakat adalah tumbuhnya kemandirian masyarakat. Masyarakat yang mandiri adalah masyarakat yang sudah mampu
menolong diri sendiri. Untuk itu, perlu selalu ditingkatkan kemampuan masyarakat untuk berswadaya.
2.2.
Stakeholders 2.2.1. Pengertian
Stakeholders Pemangku Kepentingan
Stakeholders adalah orang atau organisasi yang memiliki kepentingan dalam program kesehatan masyarakat dan bagaimana mereka mengimplementasikan
program tersebut yang meliputi warga yang peduli, perwakilan pemerintah, perwakilan layanan kesehatan dan sosial lainnya, anggota dewan pemerintah,
perwakilan keagamaan dan anggota asosiasi profesional Rowits, 2011.
2.2.2. Peran Stakeholders dalam Pengembangan Desa Siaga Aktif
Menurut Ismawati 2010, pemangku kepentingan yaitu pejabat Pemerintah Daerah, pejabat lintas sektoral, unsur-unsur organisasiikatan profesi, Pemuka
masyarakat, tokoh agama, PKK, LSM, dunia usahaswasta. 1.
Di Tingkat Kecamatan dan Desa a.
Camat selaku penanggung jawab wilayah kecamatan 1
Mengkoordinasikan pengembangan dan penyelenggaraan Desa Siaga. 2
Memberikan dukungan kebijakan dan pendanaan, terutama dalam rangka pembinaan kelestarian kader.
Universitas Sumatera Utara
3 Melakukan pembinaan dalam upaya meningkatkan kinerja Desa Siaga,
antara lain melalui fasilitasi atau membantu kader berwirausaha, pemberian penghargaan terhadap kader Desa Siaga.
b. LurahKepala Desa
1 Memberikan dukungan kebijakan, sarana dan dana untuk penyelenggaraan
Desa Siaga. 2
Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan puskesmaspustuposkesdes dan berbagai UKBM yang ada.
3 Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk berperan aktif dalam
penyelenggaraan UKBM yang ada. 4
Menindaklanjuti hasil kegiatan Desa Siaga bersama LKMD. 5
Melakukan pembinaan untuk terselengganya kegiatan Desa Siaga secara teratur dan lestari.
c. Tim Penggerak PKK
1 Berperan aktif dalam pengembangan dan penyelenggaraan UKBM di Desa
Siaga. 2
Menggerakkan masyarakat untuk mengelola, menyelenggarakan dan memanfaatkan UKBM yang ada.
3 Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan dalam rangka menciptakan
kadarzi tokoh masyarakatkonsil kesehatan kecamatan. 4
Menggali sumberdaya untuk kelangsungan penyelenggaraan Desa Siaga. 5
Menaungi dan membina kegiatan Desa Siaga.
Universitas Sumatera Utara
6 Menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan Desa
Siaga. d.
Organisasi KemasyarakatanLSMDunia UsahaSwasta 1
Bersama petugas Puskesmas berperan aktif dalam penyelenggaraan Desa Siaga.
2 Memberi dukungan sarana dan dana untuk pengembangan dan
penyelenggaraan Desa Siaga. 2.
Di Tingkat KabupatenKota a.
Berperan serta dalam Tim Pengembangan Desa Siaga tingkat KabupatenKota.
b. Memberikan dukungan manusia, dana, dll untuk pengembangan dan
kelestarian Desa Siaga serta revitalisasi Puskesmas dan Rumah Sakit. 3. Di Tingkat Propinsi
a. Berperan serta dalam Tim Pengembangan Desa Siaga Tingkat Provinsi.
b. Memberikan dukungan manusia, dana, dll untuk pengembangan dan
kelestarian Desa Siaga serta revitalisasi Puskesmas dan Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan KabupatenKota.
4. Di Tingkat Pusat a.
Berperan aktif dalam Tim Pengembangan Desa Siaga Tingkat Pusat. b.
Memberikan dukungan sumberdaya manusia, dana, dll untuk pelaksanaan peran Pusat dalam pengembangan Desa Siaga.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3. Peran Pelaku Perubahan dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Ife 2002 : 231 dalam Adi I. R., 2008 menyatakan bahwa peran pelaku perubahan dalam upaya pemberdayaan masyarakat adalah :
1. Peran Fasilitatif
a. Pelaku perubahan harus memiliki keterampilan melakukan animasi sosial
yang menggambarkan kemampuan petugas untuk membangkitkan energi, inspirasi, antusiasisme masyarakat, termasuk didalamnya adalah
mengaktifkan, menstimulasi dan mengembangkan motivasi warga untuk bertindak.
b. Salah satu peran dari pemberdaya masyarakat adalah untuk menyediakan dan
mengembangkan dukungan terhadap warga yang mau terlibat dalam struktur dan aktivitas komunitas tersebut. Dukungan itu sendiri tidak selalu bersifat
akstrinsik ataupun dukungan materiil, tetapi juga dapat bersifat intrinsik. 2.
Peran Edukasional a.
Pelaku perubahan harus mampu membangkitkan kesadaran masyarakat dalam upaya agar masyarakat mau dan mampu mengatasi ketidakberuntungan
struktural mereka, maka warga harus mau menjalin hubungan antar satu dengan lainnya, hal ini menjadi tujuan awal dari penyadaran masyarakat.
b. Pelaku perubahan dalam upaya pemberdayaan masyarakat harus
meyampaikan informasi yang mungkin belum diketahui oleh komunitas sasarannya. Ife 2002:243 menyatakan bahwa hanya dengan memberikan
informasi yang relevan mengenai suatu masalah yang sedang dihadapi
Universitas Sumatera Utara
komunitas sasaran tidak jarang dapat menjadi peran yang bermakna terhadap komunitas tersebut Adi, I. R., 2008.
3. Peran Kepemimpinan Seorang stakeholders identik dengan seorang pemimpin yang harus memiliki
konsep kepemimpinan yaitu Ing Ngarso sung Tulodho artinya didepan sebagai teladan, Ing Madyo Mangun Karso artinya ditengah menggerakkan dan Tut Wuri
Handayani artinya dibelakang memberikan dorongan Pamungkas S. G., 2012.
2.2.4. Peranan Petugas Kesehatan
Peranan petugas secara umum yaitu: 1.
Mengumpulkan, mengolah data dan informasi, menginventarisasi permasalahan serta melaksanakan pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan pelayanan
kesehatan masyarakat 2.
Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan Puskesmas;
3. Menyiapkan bahan kebijakan, bimbingan dan pembinaan serta petunjuk teknis
sesuai bidang tugasnya; 4.
Melaksanakan upaya kesehatan masyarakat; 5.
Melaksanakan upaya kesehatan perorangan; 6.
Melaksanakan pelayanan upaya kesehatan kesejahteraan ibu dan anak, Keluarga Berencana, perbaikan gizi, perawatan kesehatan masyarakat, pencegahan dan
pemberantasan penyakit, pembinaan kesehatan lingkungan, penyuluhan kesehatan masyarakat, usaha kesehatan sekolah, kesehatan olah raga, pengobatan
Universitas Sumatera Utara
termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan, kesehatan gigi dan mulut, laboratorium sederhana, upaya kesehatan kerja, kesehatan usia lanjut, upaya
kesehatan jiwa, kesehatan mata dan kesehatan khusus lainnya serta pembinaan pengobatan tradisional;
7. Melaksanakan pembinaan upaya kesehatan, peran serta masyarakat, koordinasi
semua upaya kesehatan, sarana pelayanan kesehatan, pelaksanaan rujukan medik, pembantuan sarana dan pembinaan teknis kepada Puskesmas Pembantu, unit
pelayanan kesehatan swasta serta kader pembangunan kesehatan; 8.
Melaksanakan pengembangan upaya kesehatan dalam hal pengembangan kader pembangunan di bidang kesehatan dan pengembangan kegiatan swadaya
masyarakat di wilayah kerjanya; 9.
Melaksanakan pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi kesehatan;
10. Melaksanakan ketatausahaan dan urusan rumah tangga UPT, melaksanakan
analisis dan pengembangan kinerja UPTD, melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.
Peranan Petugas Kesehatan memberdayakan masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan pada ibu hamil yaitu:
1. Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun program-program
pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan pengorganisasian masyarakat. Fasilitas lainnya yaitu pelaksanaan asuhan antenatal care yang dilakukan oleh
prtugas kesehatan
Universitas Sumatera Utara
2. Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam
melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi terhadap pelaksanaan program antenatal care, pemberian imunisasi TT,
pemberian zat besi dan vitamin A pada ibu hamil 3.
Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, masyarakat dengan melakukan pelatihan-pelatihan seperti penyuluhan dan konseling.
2.3. Masyarakat Melayu
Orang melayu yang tergolong dalam masyarakat besar melayo-polynesia merupakan salah satu bangsa yang serumpun dalam bangsa yang berbahasa
Autronesia terdapat di daerah kepulauan dan sebagian daripada tanah besar asia tenggara. Bagi orang melayu yang tinggal di desa, mayoritas mereka menjalankan
aktivitas pertanian. Aktivitas pertanian termasuk mengusahakan tanaman padi, karet, kelapa sawit, kelapa dan tanaman campuran . Di kawasan pesisir pantai, umumnya
orang melayu bekerja sebagai nelayan yaitu menangkap ikan dilaut dengan menggunakan alat-alat penangkap ikan. Orang melayu yang tinggal di kota
kebanyakan bekerja dalam sektor dinas, sebagai pekerja di sektor perindustrian, perdagangan, pengangkutan dan lain-lain. Kebudayaan Melayu yang diharapkan oleh
negara bisa menjadi salah satu benteng untuk menahan segala dampak dari globalisasi ternyata justru kewalahan.
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat Melayu adalah salah satu dari delapan masyarakat etnis budaya “asli” di provinsi Sumatera Utara Ridwan, 2005. Anggota masyarakat Melayu
didefinisikan oleh William Hunt 1952: “ A Malay one who is Muslim, who habitually speaks Malay, who practices
Malay adat, and who fullfills certain residence requirement”. Jadi masyarakat Melayu sesungguhnya bukanlah secara geneologis melainkan
kumpulan melting pot asal berbagai suku bangsa ataupun bangsa yang diikat oleh suatu kesatuan dengan landasan agama Islam, bahasa Melayu dengan berbagai
dialek, sosiolek, kronolek, tempolek, maupun idiolek, berpakaian, beradat istiadat serta bertradisi Melayu dalam Ridwan, 2005. Dalam buku-buku antropologi,
umumnya kelompok etnik dikenal sebagai suatu populasi yang Barth, 1988: 1.
Secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan. 2.
Mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya.
3. Membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri.
4. Menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan
dapat dibedakan dari kelompok populasi lain. Definisi yang ideal memang tidak berbeda jauh dengan yang umum kita kenal,
yaitu bahwa suku bangsa = budaya = bahasa; sedangkan masyarakat = suatu unit yang hidup terpisah dari unit lain. Pola ini mendekati kondisi etnografis empiris yang
ada, sehingga dapat dipakai oleh ahli antropologi dalam penelitiannya.
Universitas Sumatera Utara
Kemampuan untuk berbagi sifat budaya yang sama merupakan ciri utama kelompok etnik yang penting. Menurut Barth 1988, ciri khusus ini bukan hanya
merupakan ciri etnik kelompok saja, tetapi juga memberikan dampak yang lebih luas, terutama dengan asumsi tiap kelompok etnik mempunyai ciri budaya sendiri.
Masyarakat Melayu di Sumatera Utara mendiami wilayah pesisir timur. Pesisir timur Sumatera Utara meliputi Kabupaten Langkat, Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang
dan Serdang Bedagai, Kabupaten Asahan, Kota Tanjung Balai, Kabupaten Labuhan Batu Pempropsu, 2006.
Raja-raja Melayu digambarkan sebagai orang yang bersifat luar biasa, selain juga mempunyai kedudukan yang istimewa. Keistimewaan kedudukan golongan
pemerintah kerajaan Melayu juga dinyatakan dengan lambang-lambang kebesaran secara visual, termasuk keindahan dan kebesaran istana, serta peralatan kebesaran
kerajaan Melayu. Istana memainkan peranan penting sebagai pusat perkembangan budaya yang tertinggi, yang karenanya sering berusaha untuk menjaga ketinggian
mutu dan kehalusan tradisi budaya, misalnya adat istiadat. Berperan sebagai pusat pembangunan budaya, istana senantiasa mempertahankan tradisi budaya yang dapat
mempertahankan ketinggian budaya Melayu. Istana juga menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan keagamaan Ridwan, 2005.
Keistimewaan kedudukan raja-raja Melayu juga dinyatakan dengan penerimaan Islam. Kedatangan dan penyebaran Islam digambarkan dengan cara yang
menarik yang membolehkan masyarakat Melayu menerima dengan baik dan meletakkan pada kedudukan yang tinggi. Pembinaan Islam dikalangan warga
Universitas Sumatera Utara
masyarakat didapati umumnya penerimaan Islam meresap secara mendalam dan menyeluruh sabagaimana kedudukan Islam di pusat perkembangannya Arab
Basyarsyah, 2005. Adat dalam konteks masyarakat Melayu mempunyai makna dan pengertian
yang luas, bahkan mencakup keseluruhan cara hidup yang menentukan ketentuan sosial untuk tercapainya keharmonisan dan kestabilan sosial. Berazaskan adat warga
masyarakat dapat disusun kehidupan bernuansa keperluan bersama Ishaq, 2002. Masyarakat Melayu adalah salah satu dari delapan etnis budaya “asli” di
propinsi Sumatera Utara. Walaupun terdapat beberapa perbedaan dalam bentuk corak adat istiadat serta kebiasaan diantara kelompok masyarakat namun terdapat hal-hal
yang universal: aspek-aspek dimana adat istiadat dan kebiasaan berpengaruh dan berperan dalam perwujudan sikap, karakter, respon, cara pandang, dan lainnya
merupakan ciri-ciri yang koresponden. Melalui sudut kebahasaan, ungkapan, rasa bahasa, dan gaya bahasa mendukung pula pemahaman mengenai karakteristik
masyarakat penutur dan pemakai bahasa Ridwan, 2005. Menurut Ishaq 2002 salah satu kelemahan masyarakat melayu yang menjadi
pandangan adalah kegemaran mereka mencari dan memuja hero atau wira, yang artinya walaupun dengan keadaan ekonomi yang rendah tidak sebaik dulu, mereka
tetap hidup dalam bayang-bayang kejayaan masyarakat Melayu di masa lalu. Diketahui pada masa lalu orang-masyarakat melayu mengalami masa kejayaan yaitu
menguasai sebagian besar aspek kehidupan, mulai dari seni, teknologi perkapalan, misalnya sampai perdagangan di nusantara. asyarakat melayu masih bangga dengan
Universitas Sumatera Utara
“kejayaan” yang kononnya di capai oleh Hang Tuah atau lahirnya cerita Langkawi pada tahun 1992 tentang wujudnya sepuluh orang jutawan Melayu. Penciptaan hero
ini menimbulkan kesan yang negatif menurut Norazit Selat dalam Safrin, Sulbihar, dan Sudirman 1996.
Masyarakat melayu merupakan etnis yang termasuk ke dalam rumpun ras Austronesia. Masyarakat melayu dalam pengertian ini, berbeda dengan konsep
Bangsa Melayu yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura. Suku Melayu bermukim di sebagian Malaysia, Pesisir Timur Sumatera,
sekeliling pesisir Kalimantan, Thailand Selatan, Mindanao, Myanmar Selatan, serta pulau-pulau kecil yang terbentang sepanjang selat Malaka dan selat Karimata. Di
Indonesia suku Melayu mendiami sebagian besar propinsi Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Kalimantan Barat
Ahyat Ita Syamtasiyah, 2008. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmayani Yulia, 2007 ditemukan bahwa
daerah pantai Timur yang merupakan tempat tinggal etnik Melayu pada umumnya adalah sebuah dataran rendah yang subur dengan beberapa sungai besar dan daerah-
daerah rawa sepanjang pantai sehingga merupakan wilayah yang memiliki potensi alam yang sangat besar. Keadaan seperti ini justru membentuk sikap hidup yang
cenderung santai, kurang gigih, dan kadang-kadang mengarah pada sifat mudah menyerah pada nasib, serta terkesan kurang mempunyai dorongan untuk maju. Pada
saat ini terdapat pandangan bahwa umumnya masyarakat Melayu kurang mempunyai cita-cita hidup atau secara tegas kurang mempunyai pandangan tentang masa depan
Universitas Sumatera Utara
keluarga yang diinginkan. Bagi mereka, orientasi hidup lebih ditekankan pada masa kini atau masa yang sedang dijalani, tanpa mau berfikir bagaimana masa depan
keluarga nanti. Penghasilan yang diperoleh atau diberikan suami hanya diperuntukkan untuk kebutuhan konsumsi setiap hari tanpa ada usaha untuk
menabung sebagai cadangan untuk biaya kesehatan. Kebudayaan Melayu yang diharapkan oleh negara bisa menjadi salah satu
benteng untuk menahan segala dampak dari globalisasi ternyata justru kewalahan. Tidak sedikit unsur-unsur kebudayaan Melayu yang hilang dan punah akibat
globalisasi Efendi, 2010. Contohnya dalam bidang kesehatan banyak ibu-ibu suku Melayu yang masih melakukan perawatan sesuai dengan budaya mereka walaupun
hal tersebut bertentangan dengan ilmu kesehatan. Mereka masih berpegang pada kebiasaan atau perilaku yang mereka dapatkan dari orang tua mereka secara temurun,
misalnya nilai-nilai yang mendasari praktek budaya dalam suku Melayu adalah adanya pantangan perilaku seperti pantangan keluar rumah selama 40 hari, perilaku
yang khusus dilakukan seperti keramas setiap hari selama seminggu dan memakai pilis. Kemudian adanya pantangan makanan yang sangat bertentangan dengan
kesehatan seperti larangan mengkonsumsi sayuran seperti kangkung, genjer, ikan, daging, nangka, dan es.
Berikut adalah pantangan masyarakat melayu pada ibu hamil: 1.
Dilarang menceritakan dan menghina orang cacat, karena anak yang bakal lahir juga akan cacat.
Universitas Sumatera Utara
2. Dilarang memukul dan menyiksa binatang, dikhawatirkan anak yang bakal lahir
tida sempurna. 3.
Dilarang memaku, memahat, mengail atau menyembelih binatang, anak yang bakal lahit bibir terbelah atau mengalami kecacatan.
4. Dilarang ribut dengan ibu mertua, akan mengalami kesulitan ketika melahirkan
anak. 5.
Dilarang makan sotong, anak mungkin tercerut tali pusatnya. 6.
Dilarang mencerca atau melihat sesuatu yang ganjil, nanti hal yang sama akan terjadi pada anak kita
7. Dilarang minum air tebu atau kelapa di awal kehamilan, anak akan gugur.
8. Dilarang melihat gerhana, anak mendapat tompok hitam atau bermata juling.
9. Dilarang melangkah kucing yang sedang tidur, mata anak tertutup seperti kucing
yang sedang tidur. 10.
Dilarang menyusup di bawah jemuran, nanti anak akan bodoh. 11.
Dilarang makan makanan yang berakar seperti pegaga, nanti terlekat uri. 12.
Dilarang tidur waktu tengahari, nanti kepala anak akan menjadi besar
2.4. Landasan Teori