2. Dilarang memukul dan menyiksa binatang, dikhawatirkan anak yang bakal lahir
tida sempurna. 3.
Dilarang memaku, memahat, mengail atau menyembelih binatang, anak yang bakal lahit bibir terbelah atau mengalami kecacatan.
4. Dilarang ribut dengan ibu mertua, akan mengalami kesulitan ketika melahirkan
anak. 5.
Dilarang makan sotong, anak mungkin tercerut tali pusatnya. 6.
Dilarang mencerca atau melihat sesuatu yang ganjil, nanti hal yang sama akan terjadi pada anak kita
7. Dilarang minum air tebu atau kelapa di awal kehamilan, anak akan gugur.
8. Dilarang melihat gerhana, anak mendapat tompok hitam atau bermata juling.
9. Dilarang melangkah kucing yang sedang tidur, mata anak tertutup seperti kucing
yang sedang tidur. 10.
Dilarang menyusup di bawah jemuran, nanti anak akan bodoh. 11.
Dilarang makan makanan yang berakar seperti pegaga, nanti terlekat uri. 12.
Dilarang tidur waktu tengahari, nanti kepala anak akan menjadi besar
2.4. Landasan Teori
Sebagai acuan dalam menentukan variabel penelitian serta menyusunnya dalam suatu kerangka konseptual, maka keseluruhan teori-teori yang telah dipaparkan
diatas dirangkum dalam suatu penjelasan teori seperti diuraikan berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Pembangunan kesehatan tidak terlepas dari komitmen Indonesia sebagai warga masyarakat dunia untuk ikut merealisasikan tercapainya MDGs, karena dari
delapan agenda MDGs lima diantaranya berkaitan langsung dengan kesehatan yaitu memberantas kemiskinan dan kelaparan, menurunkan angka kematian anak,
meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV dan AIDS serta menyehatkan lingkungan. Salah satu upaya Indonesia untuk mencapai target tersebut dengan
pemberdayaan masyarakat. Stakeholders merupakan orang atau organisasi yang memiliki kepentingan
dalam program kesehatan masyarakat dan bagaimana mereka mengimplementasikan program tersebut yang meliputi warga yang peduli, perwalikilan pemerintah,
perwakilan layanan kesehatan dan sosial lainnya, anggota dewan pemerintah, perwakilan keagamaan dan anggota asosiasi profesional. Seorang stakeholders yang
memiliki kredibilitas ikut berpengaruh yang dapat menyakinkan sebagian besar masyarakat bahwa ada masalah kesehatan yang harus segera di tanggulangi.
Menurut Green dalam Notoatmodjo 2010, bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu :
a. Faktor-faktor predisposisi predisposing factors, yaitu faktor-faktor yang
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tingkat pendidikan,
tingkat sosialekonomi. b.
Faktor-faktor pemungkin enabling factors, adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan yang mencakup sarana
Universitas Sumatera Utara
dan prasarana atau fasilitas kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat antara lain adanya Poskesdes, adanya kelompok donor darah, adanya ambulans desa,
adanya posyandu balita dan lanjut usia, adanya kelompok dana sosial ibu hamil atau tabulin.
c. Faktor-faktor penguat reinforcing factors, adalah faktor-faktor yang mendorong
atau memperkuat terjadinya perilaku yang meliputi sikap dan perilaku petugas kesehatan atau tokoh masyarakat baik formal maupun informal yang bertujuan
agar tokoh masyarakat tersebut mampu berperilaku contoh model perilaku sehat bagi masyarakat.
2.5. Kerangka Pikir