KEEFEKTIFAN METODE SEVEN JUMP TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA NEGERI 1 KEBUMEN

(1)

KEEFEKTIFAN METODE

SEVEN JUMP

TERHADAP

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA

SMA NEGERI 1 KEBUMEN

skripsi

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

oleh

Anggun Ratna Asih 4301411105

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

PERNYATAAN

Saya menyatakan skripsi ini bebas plagiat dan apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan perundang-undangan.

Semarang, Agustus 2015

Anggun Ratna Asih NIM 4301411105


(3)

iii

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

Keefektifan Metode Seven Jump Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Kimia Siswa SMA Negeri 1 Kebumen

disusun oleh

nama : Anggun Ratna Asih NIM : 4301411105

telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia ujian skripsi FMIPA Universitas Negeri Semarang pada

hari : Jum’at

tanggal : 7 Agustus 2015

Ketua Sekertaris

Prof. Dr. Wiyanto, M. Si Dra. Woro Sumarni

NIP 196310121988031001 NIP 196507231993032001

Ketua Penguji

Drs. Wisnu Sunarto, M. Si NIP 195207291984031001

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Antonius Tri Widodo Dr. Nanik Wijayati, M. Si


(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

A big dream will produce a big thing

 “Kau terpelajar, cobalah bersetia pada kata hati” (Pramoedya Ananta Toer)  “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga

mereka mengubah nasibnya sendiri” (QS Ar-Rad: 11)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur atas segala nikmat Allah SWT, karya ini saya persembahkan untuk:

1. Bapak Sudarmin dan Ibu Siti Chasiyah, orang tua tercinta yang doanya tiada henti mengalir

2. Ratna Ayu Damayanti, adik kesayangan yang menjadi alasan untuk terus berjuang

3. Keluarga BEM FMIPA, Rombel 4 Pend. Kimia’11, KOPHI Jateng dan Green Kos yang selalu berbagi kesemangatan

4. Serta orang-orang terkasih yang senantiasa menguatkan langkah kaki


(5)

v

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan nikmat sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keefektifan Metode Seven Jump terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Kimia Siswa SMA Negeri 1 Kebumen”.

Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis menghaturkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Wiyanto, M. Si., selaku Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian.

2. Dra. Woro Sumarni, M. Si., selaku Ketua Jurusan Kimia FMIPA UNNES yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian.

3. Dr. Antonius Tri Widodo, selaku dosen pembimbing I yang banyak memberi bimbingan dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi.

4. Dr. Nanik Wijayati, M. Si., selaku dosen pembimbing II yang banyak memberi bimbingan dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi.

5. Drs. Wisnu Sunarto, M. Si., selaku dosen penguji yang banyak memberi masukan untuk kesempurnaan skripsi.

6. Drs. Waldiyono, M. Pd., selaku Kepala SMA Negeri 1 Kebumen yang telah memberi izin penelitian.

7. Ismi Mu’affifah, S. Pd., selaku guru kimia SMA Negeri 1 Kebumen yang banyak membantu selama proses penelitian.

8. Bapak, Ibu dan Adik tercinta yang selalu menguatkan hati.

9. Sahabat kesayangan dan semua orang terkasih yang selalu berbagi kesemangatan.

Akhirnya peneliti berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, Agustus 2015 Penulis


(6)

vi

ABSTRAK

Asih, Anggun Ratna. 2015. Keefektifan Metode Seven Jump Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Kimia Siswa SMA Negeri 1 Kebumen. Skripsi. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Dr. A. Tri Widodo. Pembimbing Pendamping Dr. Nanik Wijayati, M. Si.

Kata kunci: aktivitas belajar, hasil belajar, keefektifan, seven jump,

Implementasi Kurikulum 2013 menuntut pembelajaran yang berorientasi pada siswa. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran perlu diperhatikan sehingga pemahaman yang diperoleh siswa dapat mengoptimalkan pencapaian hasil belajar. Pembelajaran kimia materi hirdokarbon bersifat teoritis namun dekat dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran metode Seven Jump dilaksanakan secara kelompok dan menugaskan siswa untuk memecahkan permasalahan yang kontekstual, sehingga diyakini mampu meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Masalah penelitian ini yaitu apakah penerapan metode Seven Jump

efektif terhadap aktivitas dan hasil belajar kimia. Penelitian eksperimen ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan metode Seven Jump terhadap aktivitas dan hasil belajar. Sampel penelitian diambil dari siswa kelas X-MIA SMAN 1 Kebumen tahun ajaran 2014/2015 menggunakan teknik cluster random sampling. Desain penelitian yang digunakan adalah pretest-postest design. Data penelitian diambil dengan instrumen tes yang berupa soal pilihan ganda dan instrumen nontes berupa lembar observasi dan angket. Analisis data dibedakan menjadi dua yaitu analisis data awal dan analisis data akhir. Analisis data awal meliputi uji normalitas, uji homogenitas dan uji kesamaan rata-rata. Sedangkan analisis data akhir meliputi uji normalitas, uji homogenitas, uji perbedaan dua rata-rata, uji t dan uji normalized-gain. Hasil analisis data awal menunjukkan bahwa populasi berdistrubusi normal, variansnya homogen dan rata-ratanya tidak berbeda. Hasil analisis data akhir diperoleh rata-rata hasil belajar kognitif kelas eksperimen 78,96 lebih tinggi dari kelas kontrol 71,78 dengan N-gain score sebesar 0,697. Hasil uji t satu pihak kanan didapat nilai t 3,19 lebih dari t 1,67 yang berarti ada perbedaan signifikan antara rata-rata hasil belajar kognitif kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil belajar afektif dan psikomotorik baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol telah mencapai kriteria tuntas. Aktivitas belajar siswa kelas eksperimen diperoleh rata-rata sebesar 3,30 lebih besar dari kelas kontrol 3,08. N-gain score aktivitas belajar siswa kelas eksperimen yaitu 0,667. Analisis angket tanggapan siswa menunjukkan bahwa penerapan metode Seven Jump dapat diterima dengan baik oleh siswa. Berdasar analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode


(7)

vii

ABSTRACT

Asih, Anggun Ratna. 2015. The Effectiveness of Seven Jump Method on The Activities and Learning Outcome of Studying Chemistry Students SMAN 1 Kebumen. Skripsi. Department of Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Semarang State University. Main Supervisor Dr. A. Tri Widodo. Assistant Supervisor Dr. Nanik Wijayati, M. Si.

Keywords: learning activities, learning outcome, effectiveness, seven jump,

Implementation of Curriculum 2013 demand-oriented learning in students. Activity of students during the learning process should be noted that the understanding gained students can optimize the achievement of learning outcomes. Hyrdocarbon is a theoretical material of chemistry that close to daily life. Seven Jump learning methods implemented in groups and assigning students to solve contextual problems, so it is believed capable of increasing the activity of students in the learning process. This research issue is whether the application of effective methods of Seven Jump on the activity and results of studying chemistry. This experimental study was conducted to know the effectiveness of the Seven Jump method on the activities and learning outcomes. Samples were taken from X-MIA SMAN 1 Kebumen 2014/2015 using cluster random sampling technique. Design of this research is pretest-posttest design. The research data was taken with test instruments which consist of multiple choice questions and instruments nontes consist of observation sheet and questionnaire form. Data analysis was divided into two, initial data analysis and final data analysis. The initial data analysis consist of normality test, homogeneity test and test average similarity. While final data analysis consist of normality test, homogeneity test, two different test average, normalized t test and test-gain. Results of initial data analysis indicates that the population are normal, homogeneous variance and average no different. Final data analysis results obtained by the average cognitive achievement 78.96 experimental group is higher than the control group 71.78 with N-gain score of 0.697. T test results obtained the right side t value of 3.19 over 1.67 t which means there is a significant difference between the average outcomes of cognitive learning experimental group and control group. Affective and psychomotor learning outcomes both experimental group and control group has reached completion criteria. Experimental group learning activities of students gained an average of 3.30 is greater than the control group 3,08. N-gain activity score grade students experiment is 0.667. Analysis of students' questionnaire responses showed that the application of the methods Seven Jump can be well received by students. Based on the analysis, it can be concluded that the application of Seven Jump methods are effective on the activities and learning outcomes


(8)

viii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Bagi Siswa ... 5

1.4.2 Bagi Guru ... 6

1.4.3 Bagi Peneliti ... 6

1.5 Penegasan Istilah ... 6

1.5.1 Keefektifan ... 6

1.5.2 Metode Seven Jump ... 7

1.5.3 Aktivitas ... 7

1.5.4 Hasil Belajar ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Pembelajaran ... 9


(9)

ix

2.1.2 Tujuan Pembelajaran ... 10

2.1.3 Pembelajaran Aktif ... 11

2.2 Keefektifan ... 13

2.3 Aktivitas ... 14

2.4 Hasil Belajar ... 15

2.5 Metode Seven Jump ... 16

2.6 Tinjauan Materi Hidrokarbon ... 21

2.7 Kerangka Berpikir ... 23

2.8 Hipotesis ... 26

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 27

3.1 Penentuan Subjek Penelitian ... 27

3.1.1 Populasi ... 27

3.1.2 Sampel dan Teknik Sampling ... 28

3.2 Variabel Penelitian ... 28

3.2.1 Variabel Bebas ... 28

3.2.2 Variabel Terikat ... 28

3.2.3 Variabel Kontrol... 28

3.3 Rancangan Penelitian ... 28

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.4.1 Metode Dokumentasi ... 29

3.4.2 Metode Tes ... 29

3.4.3 Metode Observasi... 30

3.4.4 Metode Angket ... 30

3.5 Instrumen Penelitian ... 30

3.5.1 Penyusunan Instrumen ... 30

3.5.2 Analisis Instrumen ... 32

3.6 Teknik Analisis Data ... 38

3.6.1 Analisis Data Awal ... 38

3.6.2 Analisis Data Akhir ... 40


(10)

x

4.1 Hasil Penelitian ... 44

4.1.1 Hasil Analisis Data Awal ... 44

4.1.2 Hasil Analisis Data Akhir ... 46

4.2 Pembahasan ... 54

4.2.1 Proses Pembelajaran... 55

4.2.2 Hasil Belajar ... 57

4.2.3 Aktivitas Belajar Siswa ... 64

4.2.4 Hasil Angket Tanggapan Siswa ... 66

BAB 5 PENUTUP ... 68

5.1 Simpulan ... 68

5.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Nilai Rata-rata UH Hidrokarbon Tahun Ajaran 2013/2014 ... 3

Tabel 2.1Tahap Pelaksanaan Metode Seven Jump ... 19

Tabel 2.2Kelemahan dan Kelebihan Model PBL ... 20

Tabel 3.1 Rincian Populasi Penelitian ... 27

Tabel 3.2 Rancangan Penelitian ... 29

Tabel 3.3Hasil Perhitungan Daya Beda Soal Uji Coba... 34

Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Soal Uji Coba ... 35

Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Reliabilitas Lembar Observasi ... 37

Tabel 3.6 Uji Kesamaan Keadaan Awal Populasi ... 40

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Data Populasi ... 44

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pos test ... 46

Tabel 4.3 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata ... 46

Tabel 4.4 Data Hasil Belajar Kognitif... 47

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan N-gain Score ... 48

Tabel 4.6 Rata-rata Skor Tiap Aspek Afektif ... 49

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan N-gain score Afektif ... 49

Tabel 4.8 Rata-rata Skor Tiap Aspek Psikomotorik ... 50

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan N-gain score Psikomotorik ... 51

Tabel 4.10 Rata-rata Skor Tiap Aspek Aktivitas Belajar Siswa ... 52


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ... 25

Gambar 4.1 Persentase Tanggapan Siswa ... 53

Gambar 4.2 Perbandingan Skor Rata-rata Tiap Aspek Afektif... 59

Gambar 4.3 Perbandingan Skor Rata-rata Tiap Aspek Psikomotorik... 62


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Daftar Nama Siswa ... 72

2. Daftar Nilai UH Hidrokarbon Tahun 2013/2014 ... 73

3. Daftar Nilai UAS Gasal Kelas X-MIA Tahun 2014/2015 ... 74

4. Uji Normalitas Data Populasi ... 75

5. Uji Homogenitas Populasi ... 77

6. Uji Kesamaan Rata-rata Keadaan Awal Populasi ... 78

7. Kisi-Kisi Soal Uji Coba ... 79

8. Naskah Soal Uji Coba ... 80

9. Analisis Soal Uji Coba ... 86

10. Perhitungan Reliabilitas Lembar Observasi Afektif ... 92

11. Perhitungan Reliabilitas Lembar Observasi Psikomotorik ... 93

12. Perhitungan Reliabilitas Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... 94

13. Daftar Nilai Pre Test ... 95

14. Uji Normalitas Data Pre Test ... 96

15. Uji Kesamaan Dua Varians Pre Test ... 97

16. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Pre Test ... 98

17. Daftar Nilai Pos Test ... 99

18. Uji Normalitas Data Pos Test ... 100

19. Uji Kesamaan Dua Varians Pos Test ... 101

20. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Pos Test ... 102

21. Analisis Hasil Belajar Afektif Kelas Kontrol ... 103

22. Perhitungan N-gain score Aspek Afektif Kelas Kontrol ... 107

23. Analisis Hasil Belajar Afektif Kelas Eksperimen ... 108

24. Perhitungan N-gain score Aspek Afektif Kelas Eksperimen ... 112

25. Analisis Hasil Belajar Psikomotorik Kelas Kontrol ... 113

26. Perhitungan N-gain score Aspek Psikomotorik Kelas Kontrol ... 117

27. Analisis Hasil Belajar Psikomotorik Kelas Eksperimen ... 118

28. Perhitungan N-gain score Aspek Psikomotorik Kelas Eksperimen ... 122


(14)

xiv

30. Perhitungan N-gain score Aktivitas Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 127

31. Analisis Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 128

32. Perhitungan N-gain score Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 132

33. Perhitungan N-gain score Hasil Belajar Kognitif Kelas Kontrol ... 133

34. Perhitungan N-gain score Hasil Belajar Kognitif Kelas Eksperimen ... 134

35. Analisis Angket Tanggapan Siswa ... 135

36. Silabus Mata Pelajaran Kimia ... 141

37. RPP Kelas Eksperimen ... 144

38. RPP Kelas Kontrol ... 152

39. Lembar Praktikum Siswa Kelas Eksperimen ... 160

40. Lembar Diskusi Kelompok Kelas Eksperimen ... 164

41. Naskah Soal Pre Test ... 167

42. Kunci Jawaban Soal Pre Test ... 171

43. Pedoman Penilaian Afektif ... 172

44. Lembar Penilaian Afektif ... 174

45. Pedoman Penilaian Psikomotorik ... 175

46. Lembar Penilaian Psikomotorik ... 177

47. Pedoman Penilaian Aktivitas Belajar Siswa ... 178

48. Lembar Penilaian Aktivitas Belajar Siswa ... 180

49. Lembar Angket Tangapan Siswa ... 181

50. Dokumentasi Penelitian ... 182


(15)

(16)

1

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Pada hakikatnya setiap anak bangsa berhak untuk menikmati pendidikan baik melalui jalur pendidikan formal, non formal maupun informal. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran dalam setiap tingkat satuan pendidikan memiliki variasi program pembelajaran yang disesuaikan dengan kebijakan kurikulum yang berlaku.

Kurikulum 2013 yang berlaku khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Atas mengubah sistem pembelajaran dari teacher-centered menjadi student-centered. Guru dan siswa adalah subjek dalam proses pembelajaran, sedangkan skenario proses pembelajaran adalah objeknya. Guru tidak lagi sebagai expert teacher namun berubah menjadi seorang fasilitator. Sedangkan siswa bukan lagi

student namun berubah menjadi peserta didik (learner) (Mukminan, 2013). Pembelajaran student-centered mengubah peran guru dan siswa, utamanya guru berubah dari “sage on the stage” menjadi “guide on the side” (Wright, 2011).

Pembelajaran kimia secara speesifik baru diperkenalkan kepada siswa pada jenjang SMA. Ilmu kimia merupakan gabungan dari gagasan, pengetahuan dan berbagai konsep terorganisir mengenai alam sekitar yang dapat menjelaskan fenomena makro secara mikro. Sebagian siswa beranggapan bahwa materi kimia


(17)

sulit dipelajari karena kimia bersifat abstrak dan bukan hanya sekedar menghitung juga bersifat teori.

Materi pokok hidrokarbon merupakan salah satu materi kimia yang bersifat teoritis. Materi hidrokarbon berisi tentang identifikasi senyawa karbon, jenis-jenis atom karbon, penggolongan senyawa hidrokarbon, penamaan senyawa hidrokarbon, sifat fisik senyawa karbon, isomer dan reaksi senyawa hidrokarbon. Ketujuh sub materi tersebut tidak hanya membutuhkan hafalan mendalam tetapi juga pemahaman yang dalam. Tidak jarang ada siswa yang merasa kesulitan untuk mempelajari materi hidrokarbon. Kesulitan yang terjadi berawal dari kurangnya pemahaman. Siswa cenderung menghafal dan kurang memahami konsep dengan baik dan mendalam.

Pemahaman siswa dapat meningkat seiring meningkatnya aktivitas siswa. Pembelajaran berbasis masalah mengajarkan sebuah prinsip “Tell me and I will

forget, show me and I may remember, involve me and I will understand”. Prinsip tersebut secara eksplisit menjelaskan bahwa keterlibatan siswa secara langsung menjadikan siswa lebih aktif lalu akan menjadi paham dengan baik. Oleh karena itu dibutuhkan suatu metode yang dapat meningkatkan aktivitas siswa agar siswa lebih mengerti dan memahami materi dengan baik.

Observasi awal dilakukan di SMA Negeri 1 Kebumen yang merupakan salah satu sekolah percontohan penerapan Kurikulum 2013 di Kabupaten Kebumen. Pada tahun ajaran 2013/2014 sekolah ini menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 81. Penetapan KKM ini didasarkan pada tiga aspek yaitu kompleksitas, sarana pendukung dan intake siswa. KKM sebesar 81


(18)

terbilang tinggi dan sangat sulit untuk dicapai oleh siswa. Data nilai ulangan harian siswa materi hidrokarbon tersaji pada Tabel 1.1, dari lima kelas pararel tahun ajaran 2013/2014 menunjukkan ketuntasan klasikal sebesar 75% belum tercapai.

Tabel 1.1 Data Nilai Rata-rata UH Hidrokarbon Tahun Ajaran 2013/2014 Kelas Jumlah

Siswa

KKM Jumlah Siswa Tuntas

Nilai Rata-Rata

Ketuntasan Klasikal

X-MIA D 32 81 4 63,31 12,50%

X-MIA E 36 81 1 60,36 2,78%

X-MIA F 34 81 4 65,15 11,76%

X-MIA G 28 81 4 63,29 14,29%

X-MIA H 29 81 3 65,97 10,34%

(Sumber: Pusat Pengelolaan Nilai SMAN 1 Kebumen)

Merujuk pada Tabel 1.1, peneliti merumuskan bahwa KKM sebesar 81 tidak riil dan terlalu ideal. Mata pelajaran kimia yang dianggap sulit dan input siswa yang tidak termasuk excellent menjadi alasan peneliti untuk menetapkan KKM riil dalam penelitian ini sebesar 75 dan ketuntasan klasikal kelas sebesar 75% (Kemendikbud, 2013).

PBL (Problem Based Learning) dikembangkan oleh Mc Master University in Hamilton, Ontario, Canada in the late 1960 by Howard Barrows and His Colleagues (Mukminan, 2013). PBL merupakan suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar dan memperoleh pengetahuan serta konsep esensial dari materi pelajaran (Handayani & Sapir, 2009). Salah satu karakteristik pelaksanaan PBL yaitu adanya beberapa kelompok siswa dan tutor yang memfasilitasi kelompok dalam setiap langkah pembelajaran untuk menyelesaikan sebuah permasalahan (Wood, 2003).


(19)

PBL dapat dilakukan dengan beberapa metode. Salah satu metode yang sering digunakan adalah metode Maastricht yaitu Seven Jump (Wood, 2003). Metode Seven Jump dikembangkan oleh Gijselaers, terdiri dari tujuh langkah pembelajaran. Nurohman menjelaskan, pelaksanaan metode Seven Jump dibagi dalam tiga sesi belajar, yaitu pertemuan klasikal pertama (langkah 1-5), belajar mandiri (langkah 6) dan pertemuan klasikal kedua (langkah 7). Ketujuh langkah dalam metode ini mengharuskan siswa untuk terlibat aktif karena keberhasilan pembelajaran tergantung pada pribadi masing-masing siswa.

Penelitian terdahulu tentang penerapan metode Seven Jump diantaranya penelitian kualitatif yang menunjukkan bahwa penerapan metode Seven Jump

berhasil meningkatkan keterampilan proses sains (Nurohman, 2009). Teknik Seven Jump menujukkan hubungan yang signifikan dengan peningkatan kemandirian mahasiswa, sedangkan tingkat kemandirian mahasiswa tergolong kategori baik (Mukminan, 2013). PBL mampu meningkatkan hasil belajar kognitif (Aqil, 2010). Penelitian tindakan kelas menunjukkan bahwa penggunaan PBL mampu meningkatkan aktivitas siswa sebesar 11,5%, hasil belajar kognitif meningkat dari 76,00 menjadi 86,71, hasil belajar afektif dan kognitif meningkat sebesar 6% (Handayani & Sapir, 2009).

Berawal dari kesulitan siswa dalam memahami materi hidrokarbon dan rendahnya ketuntasan belajar siswa, mendorong peneliti untuk menerapkan model PBL dengan metode Seven Jump sebagai alternatif pemecahan masalah. Berkiblat pada penelitian terdahulu, peneliti bermaksud melakukan penelitian yang bertujuan


(20)

untuk mengetahui keefektifan metode Seven Jump terhadap aktivitas dan hasil belajar kimia siswa SMA Negeri 1 Kebumen materi hidrokarbon.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah peneliti yaitu:

1. Apakah metode Seven Jump efektif terhadap aktivitas belajar siswa kelas X-MIA SMAN 1 Kebumen?

2. Apakah metode Seven Jump efektif terhadap hasil belajar siswa kelas X-MIA SMAN 1 Kebumen?

1.3

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui keefektifan metode Seven Jump terhadap aktivitas belajar kimia siswa kelas X-MIA SMAN 1 Kebumen.

2. Mengetahui keefektifan metode Seven Jump terhadap hasi belajar kimia siswa kelas X-MIA SMAN 1 Kebumen.

1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Siswa

Penerapan metode Seven Jump diharapkan mampu memberi ruang kepada siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran diharapkan mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran sehingga hasil belajar yang dicapai juga meningkat.


(21)

1.4.2 Bagi Guru

Memberikan penawaran alternatif penggunaan metode pembelajaran yaitu metode Seven Jump yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar kimia.

1.4.3 Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan lebih dalam tentang penerapan metode Seven Jump

serta mendorong peneliti untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.

1.5

Penegasan Istilah

Beberapa istilah berikut perlu dijelaskan agar tidak terjadi salah tafsir dalam memahami pengertian judul skripsi sehingga akan memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.

1.5.1 Keefektifan

Keefektifan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:284) berarti keberhasilan dalam suatu usaha. Suatu usaha dikatakan efektif apabila usaha tersebut memberikan hasil yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Metode Seven Jump dikatakan efektif apabila kriteria efektif yang telah ditetapkan dapat tercapai. Kriteria efektif yang dimaksud yaitu (1) 27 dari 35 siswa memperoleh nilai hasil belajar kognitif minimal 75 dan mencapai kriteria minimal Baik untuk aspek afektif, psikomotorik serta aktivitas siswa, dan (2) rata-rata klasikal hasil belajar kognitif sebesar 75.


(22)

1.5.2 Metode Seven Jump

Metode Seven Jump adalah metode yang dijalankan berdasar prinsip

Prombelm Based Learning (PBL). Seven Jump merupakan suatu metode penyelesaian suatu kasus atau masalah dalam suatu skenario. Metode ini dilaksanakan melalui tujuh langkah pembelajaran, yaitu (1) Identify and clarify unfamiliar terms presented in the scenario, (2) Define the problem or problems to be discussed, (3) Brainstorming session to discuss the problems, (4) Review step 2 and step 3 and arrange explanations into tentative solutions, (5) Formulate learning objectives, (6) Private study, (7) Group shares results of private study

(Wood, 2003). Nurohman menjelaskan, pelaksanaan metode Seven Jump dibagi dalam tiga sesi belajar, yaitu pertemuan klasikal pertama (langkah 1-5), belajar mandiri (langkah 6) dan pertemuan klasikal kedua (langkah 7).

1.5.3 Aktivitas

Aktivitas merupakan bagian penting dalam interaksi pembelajaran. Aktivitas belajar dapat diartikan sebagai segala bentuk interaksi antar siswa dan guru untuk mewujudkan pembelajaran aktif. Aktivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa, meliputi visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities, dan emotional activities (Sardiman, 2011). Aktivitas belajar siswa akan diukur melalui lembar observasi.

1.5.4 Hasil Belajar

Menurut Hamalik (2008), hasil belajar didefinisikan sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur. Penilaian hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar


(23)

aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Hasil belajar aspek kognitif diukur menggunakan instrumen tes yaitu tes pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban. Sedangkan hasil belajar aspek afektif dan psikomotorik diukur menggunakan instrumen nontes yaitu lembar observasi.


(24)

9

2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pembelajaran

2.1.1 Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan sebuah sebutan untuk proses belajar mengajar. Hakikat Belajar dan Pembelajaran mempunyai kaitan yang erat sehingga tidak dapat dipisahkan. Belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar baik individual maupun kelompok, baik mandiri maupun dibimbing (Arifin, 2000). Menurut Heinich belajar diartikan sebagai sebuah proses pengembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang terjadi manakala seseorang melakukan interaksi secara intensif dengan sumber-sumber belajar (Silberman, 2011). Sudah banyak ahli yang mengemukakan tentang pengertian belajar, namun pada intinya ada suatu kesamaan dalam hal pencapaian belajar yaitu suatu perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan menuju arah yang lebih baik.

Gagne mendefinisikan istilah pembelajaran sebagai “a set of events embedded in purposeful activities that facilitate learning” (Silberman, 2011).

Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud untuk memudahkan terjadinya proses belajar. Pembelajaran adalah terjadinya saling mempengaruhi antara komponen tujuan, guru, siswa, materi, jenis kegiatan yang dilakukan, dan sarana pembelajaran dalam suatu sistem lingkungan (Kamsinah, 2008).


(25)

Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sengaja. Sengaja diciptakan agar terjadi suatu aktivitas belajar dalam diri individu. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan sesuatu yang bersifat eksternal dan sengaja dirancang untuk mendukung terjadinya proses belajar internal dalam diri individu. Lebih ringkas, pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan secara sengaja oleh pendidik untuk menciptakan perubahan pada diri individu menuju ke arah yang lebih baik. Perubahan tersebut dapat berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan kepribadian.

2.1.2 Tujuan Pembelajaran

Disadari atau tidak, setiap orang selalu melaksanakan kegiatan belajar. Namun setiap pembelajaran pasti dilakukan secara sadar dan sengaja, oleh karena itu pembelajaran pasti mempunyai suatu tujuan. Secara eksplisit tujuan pembelajaran adalah instructructional effect yang berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap (Rifa'i & Anni, 2011). Instructional effect ini akan memberikan suatu tambahan pengalaman bagi pribadi siswa yang kemudian akan mendorong siswa untuk berubah menuju arah yang lebih baik. Benjamin S. Bloom dan David Krathwohl mengemukakan tiga ranah yang digunakan sebagai dasar merumuskan tujuan pembelajaran (Silberman, 2011). Tiga ranah tersebut meliputi ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

Tujuan pembelajaran pada ranah kognitif yaitu untuk melatih kemampuan intelektual siswa. Kemampuan intelektual yang dimaksud meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif terkait dengan sikap. Krathwohl mengemukakan hierarki dalam ranah afektif, yaitu menerima,


(26)

merespon, memberi nilai, mengorganisasi dan memberi karakter terhadap suatu nilai. Sedangkan ranah psikomotorik terdiri atas empat hierarki yaitu imitasi, manipulasi, presisi dan artikulasi. Pembelajaran dapat disebut berhasil jika tujuan pada ketiga ranah telah tercapai.

2.1.3 Pembelajaran Aktif

Kalangan pendidik menyadari bahwa siswa mempunyai bermacam-macam gaya belajar. Kurang lebih ada tiga jenis gaya belajar siswa, yaitu visual, aditori dan kinestetik. Grinder menyatakan bahwa 22 dari 30 siswa dapat belajar secara efektif selama guru dapat menghadirkan kegiatan belajar yang berkombinasi antara visual, auditori dan kinestetik (Silberman, 2011). Delapan sisanya, akan berusaha keras memahami pelajaran dengan cara yang mereka sukai.

Indikator tipe Myer-Briggs (MBTI) merupakan instrumen yang paling banyak digunakan dalam dunia pendidikan dan dunia usaha masa kini (Silberman, 2011). MBTI berguna untuk memahami fungsi perbedaan individu dalam proses belajar. Penerapan MBTI pada mahasiswa baru menunjukkan 60 persen dari mahasiswa cenderung memiliki orientasi praktis. Schroeder menjelaskan bahwa siswa sekolah menengah lebih suka kegiatan belajar yang benar-benar aktif dari pada reflektif abstrak dengan rasio lima banding satu (Silberman, 2011).

Pembelajaran aktif atau pembelajaran eksperimental adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa, termasuk teknik yang melibatkan dan mengajak siswa untuk merespon dalam proses pembelajaran (Hackathorn, 2011). Pembelajaran aktif dapat merubah keadaan kelas dan dapat meningkatkan keterlibatan siswa, motivasi siswa, ketertarikan siswa dan perhatian siswa (Benek & Mathews, 2004).


(27)

Dari perspektif kognitif, pembelajaran aktif dapat melatih kemampuan berfikir kritis seperti analisis, sintesis dan evaluasi.

Pembelajaran aktif dapat dilaksanakan untuk melibatkan para siswa dalam (a) pemikiran kritis atau kreatif, (b) berbicara dengan kawan dalam kelompok kecil, atau dalam kelas besar, (c) mengekspresikan ide melalui tulisan, (d) mengeksplor sikap dan nilai-nilai pribadi, (e) memberi dan menerima umpan balik, dan (f) merefleksikan proses pembelajaran (Eison, 2010). Hackathorn (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Learning by Doing: An Empirical Study of Active Teaching Techniques mengemukakan bahwa dari empat jenis teknik pembelajaran (ceramah, diskusi, demonstrasi dan pembelajaran aktif), teknik pembelajaran aktif mendapatkan nilai hasil belajar tertinggi sedangkan teknik ceramah mendapat nilai hasil belajar terendah.

Silberman (2011) menyatakan bahwa pembelajaran aktif sangat sesuai dengan siswa masa kini. Pembelajaran aktif tidak lepas dari peran guru. Diskusi dan proyek kelompok kecil, presentasi dan debat kelas, pengalaman lapangan, simulasi dan studi kasus dapat digunakan oleh guru untuk memfasilitasi siswa agar pembelajaran menjadi aktif. Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu pembelajaran aktif. Dengan pemberian tugas yang berbeda kepada siswa akan mendorong mereka untuk tidak hanya belajar bersama namun juga mengajarkan satu sama lain.


(28)

2.2

Keefektifan

Efektif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:284) berarti keberhasilan dalam suatu usaha. Keefektifan bersinonim dengan efektivitas. Keefektifan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah besarnya pencapaian penerapan metode Seven Jump terhadap aktivitas dan hasil belajar kimia.

Belajar tuntas adalah proses belajar-mengajar yang bertujuan agar bahan ajar dikuasai secara tuntas, artinya dikuasai sepenuhnya oleh siswa (Sugandi, 2004). Kurikulum 2013 mengatur besarnya KKM minimal 75. Sedangkan ketuntasan klasikal minimal 75%. Dalam penelitian ini siswa dapat dikatakan tuntas belajar jika mampu mencapai hasil belajar minimal 75. Ketuntasan klasikal kelas dikatakan tercapai jika 26 dari 35 siswa mampu mencapai KKM.

Sesuai panduan Kurikulum 2013, pencapaian hasil belajar kognitif, afektif, psikomotorik dan aktivitas siswa dibagi menjadi empat kategori sebagai berikut:

SB = Sangat Baik = 3,33 < nilai 4,00 B = Baik = 2,33 < nilai 3,33 C = Cukup = 1,33 < nilai 2,33 K = Kurang = nilai 1,33

Metode Seven Jump dikatakan efektif apabila kriteria yang telah ditetapkan dapat tercapai. Kriteria efektif yang dimaksud yaitu:

1. 27 dari 35 siswa memperoleh nilai hasil belajar kognitif minimal 75 dan mencapai kriteria minimal Baik (2,33 < nilai 3,33) untuk aspek afektif, psikomotorik dan aktivitas siswa.


(29)

2.3

Aktivitas

Aktivitas merupakan bagian penting dalam interaksi pembelajaran. Aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran merupakan indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas mempunyai makna yang sama dengan kegiatan atau keaktifan. Aktivitas belajar didefinisikan sebagai segala bentuk interaksi antar siswa dan guru untuk mewujudkan pembelajaran aktif. Keaktifan peserta didik dalam menjalani proses belajar mengajar merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan . Aktivitas sendiri tidak hanya aktivitas fisik saja tetapi juga aktivitas psikis. Setidaknya terdapat delapan jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah (Sardiman, 2011). Jenis-jenis aktivitas menurut Paul B. Diedrich antara lain sebagai berikut:

1) Visual activities, merupakan aktivitas yang berhubungan dengan indra penglihatan termasuk di dalamnya yaitu aktivitas membaca, mengamati gambar dan memperhatikan demonstrasi.

2) Oral activities, merupakan aktivitas yang berkaitan dengan kemampuan berbicara termasuk di dalamnya yaitu bertanya, berpendapat dan memberikan saran.

3) Listening activities, adalah aktivitas yang berkaitan dengan indra pendengar termasuk di dalamnya yaitu mendengarkan uraian dan mendengarkan percakapan.

4) Writing activities, merupakan aktivitas yang berkaitan dengan tulis-menulis termasuk di dalamnya yaitu menulis cerita, menulis karangan dan menulis laporan.


(30)

5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor activities, merupakan aktivitas yang melibatkan gerak motoric yang

termasuk di dalamnya antara lain melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, berternak.

7) Mental activities, berkaitan dengan kondisi psikis seseorang sebagai contoh misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, dan mengambil keputusan.

8) Emotional activities, berkaitan dengan perasaan misalnya minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

2.4

Hasil Belajar

Hasil belajar dideskripsikan sebagai perubahan tingkah laku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar (Anni, 2011). Perubahan yang diperoleh pada tiap siswa berbeda-beda tergantung pada apa yang telah mereka pelajari. Perubahan tingkah laku yang diharapkan berupa perubahan yang lebih baik.

Benyamin S. Bloom menyampaikan tiga taksonomi yang dikenal dengan sebutan ranah belajar, yaitu ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affectuve domain) dan ranah psikomotorik (psychomotoric domain). Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis dan sintesis. Ranah afektif berkaitan dengan sikap dan karakter. Sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan keterampilan syaraf motorik.


(31)

Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Anni, 2011). Faktor internal mencakup (1) kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh, (2) kondisi psikis, seperti kemampuan emosional dan intelektual, dan (3) kondisi sosial, seperti kemampuan untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Sedangkan faktor eksternal mencakup variasi kesulitan materi belajar, tempat belajar, iklim dan budaya masyarakat.

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki dan dikuasai peserta didik setelah menempuh proses belajar dan menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2005). Hasil belajar salah satunya dapat dilihat dari hasil tes yang diberikan oleh guru kepada siswa pada mata pelajaran terkait. Hasil belajar pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik saling berhubungan. Sesuai tuntutan Kurikulum 2013 hasil belajar dalam ketiga ranah mempunyai kedudukan yang sama untuk diukur. Dalam penelitian ini, hasil belajar pada ranah kognitif diukur melalui tes, sedangkan ranah afektif dan psikomotorik diukur melalui lembar observasi. Hasil penilaian pada ranah afektif dan psikomotorik dijabarkan melalui analisis deskriptif.

2.5

Metode Seven Jump

Metode Seven Jump dikembangkan oleh Gijselaers pada tahun 1995 sebagai metode pembelajaran untuk tutorial calon dokter pada University of Limburg-Maastrich dengan pendekatan Problem Based Learning. Terdapat tujuh tahap pembelajaran yang harus ditempuh selama proses pembelajaran, yaitu (1) Identify and clarify unfamiliar terms presented in the scenario, (2) Define the problem or problems to be discussed, (3) Brainstorming session to discuss the problems, (4)


(32)

Review step 2 and step 3 and arrange explanations into tentative solutions, (5)

Formulate learning objectives, (6) Private study, (7) Group shares results of private study (Wood, 2003).

Ciri khas tutorial PBL yaitu adanya kelompok siswa yang terdiri dari 8-10 anggota dan dipandu dengan seorang tutor. Secara umum langkah-langkah metode

Seven Jump menurut Wood (2003) dijabarkan sebagai berikut: 1. Identify and clarify unfamiliar terms presented in the scenario.

Siswa diminta untuk mengidentifikasi dan mengklarifikasi istilah asing dan belum difahami dalam skenario yang diberikan dalam kelompok.

2. Define the problem or problems to be discussed.

Kemudian dalam langkah kedua, siswa diminta untuk menetapkan permasalahan yang akan didiskusikan dalam kelompok.

3. “Brainstorming” session to discuss the problems

Langkah ketiga mengharuskan siswa untuk menganalisis dan menawarkan penjelasan sementara atas permasalahan yang telah ditetapkan menurut prior knowledge (pengetahuan yang sudah dimiliki).

4. Review step 2 and step 3 and arrange explanations into tentative solutions

Selanjutnya siswa diminta untuk mengulas langkah kedua dan ketiga untuk kemudian mengelompokkan permasalahan yang sudah jelas dan yang belum jelas, diteruskan dengan perumusan hipotesis atas permasalahan yang telah dirumuskan dalam kelompok.


(33)

5. Formulate learning objectives

Langkah kelima adalah bekal utama untuk bisa menuju langkah keenam. Dalam langkah ini siswa secara berkelompok merumuskan tujuan pembelajaran, sumber belajar yang digunakan, dan poin-poin penting yang akan dicari kejelasannya.

6. Private study

Berbekal catatan dari langkah kelima, siswa secara individu diharuskan untuk belajar mandiri, mencari kejelasan informasi, dan membuat catatan individual sebagai bekal diskusi pada langkah ketujuh. Secara kelompok juga menyiapkan bahan untuk dipresentasikan dan didiskusikan dalam kelas.

7. Group shares results of private study.

Diskusi kelas dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana siswa belajar secara individu. Langkah ini dijadikan sebagai cara untuk saling melengkapi pengetahuan yang diperoleh. Kemudian, hal-hal yang masih belum jelas dijadikan sebagai catatan kelas untuk kemudian didiskusikan bersama guru.

Nurohman (2009) menjelaskan ketujuh tahap dalam Seven Jump dapat dilaksanakan dalam tiga sesi belajar, yaitu pertemuan klasikal pertama, belajar mandiri dan pertemuan klasikal kedua. Selengkapnya tahap pelaksanaan Seven Jump menurut Nurohman disajikan pada Tabel 2.1.


(34)

Tabel 2.1Tahap Pelaksanaan Metode Seven Jump

Jump Aktivitas Sesi

1 Klarifikasi terminologi dan konsep yang belum difahami.

Sesi Pertama:

Pertemuan Klasikal Pertama.

2 Mendefinisikan permasalahan.

3 Menganalisis permasalahan dan menawarkan penjelasan sementara. 4 Menginventarisir berbagai penjelasanan

yang dibutuhkan.

5 Menformulasi tujuan belajar.

6 Mengumpulkan informasi melalui belajar mandiri.

Sesi Kedua: Belajar

Mandiri Antar

Pertemuan. 7 Mensintesis informasi baru dan

menguji serta mengevaluasinya untuk permasalahan yang sedang dikemukakan. Melakukan refleksi penguatan hasil belajar.

Sesi Ketiga: Pertemuan Klasikal Kedua.

(Sumber: Nurohman, 2009)

Seven Jump merupakan bagian dari model PBL. Tinjauan klinis yang berjudul ABC of learning and teaching in medicine Problem based learning oleh Diana F Wood (2003) menjelaskan tentang kelemahan dan kelebihan dari model PBL. Kelemahan dan kelebihan tersebut disajikan pada Tabel 2.2.


(35)

Tabel 2.2Kelemahan dan Kelebihan Model PBL Kelemahan Model PBL Kelebihan Model PBL SDM, membutuhkan bantuan tutor

dalam setiap proses diskusi.

Student Centred PBL, menumbuhkan pembelajaran aktif, meningkatkan pemahaman, dan mengembangkan keterampilan belajar sepanjang hayat. Fasilitas, banyaknya jumlah siswa

membutuhkan fasilitas seperti perpustakaan dan internet secara bersamaan.

Pendekatan Kontruktivisme, siswa mengaktifkan pengetahuan awal dan membangun kerangka kerja konseptual yang ada dalam pengetahuan.

Informasi yang berlebihan, siswa mungkin belum bisa membedakan mana informasi yang relevan dan informasi yang kurang relevan.

Motivasi, PBL menyenangkan bagi siswa dan guru dan proses yang mengharuskan semua siswa terlibat dalam proses pembelajaran.

(Sumber: Wood, 2003)

Contoh aplikasi metode Seven Jump pada materi hidrokarbon misalnya pengkarbidan buah. Pada pertemuan klasikal pertama, siswa secara berkelompok mengklarifikasi istilah pengkarbidan buah. Menjelaskan pengertian pengkarbidan, zat apa yang digunakan, bagaimana proses pengkarbidan. Siswa merumuskan penjelasan sementara bagaimana pengkarbidan buah bisa terjadi. Siswa bersama guru mengkaji istilah yang belum teridentifikasi. Kemudian siswa bersama guru merumuskan tujuan pembelajaran. Selanjutnya siswa melaksanakan belajar mandiri antar pertemuan, siswa dapat mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan pengkarbidan buah dari berbagai sumber. Siswa diminta membuat resume untuk perbekalan pertemuan klasikal kedua. Pada pertemuan klasikal kedua, resume yang telah dibuat dikumpulkan lalu siswa mengkomunikasikan hasil belajar mandiri


(36)

kemudian melakukan praktikum sederhana tentang identifikasi senyawa karbon, siswa membuat kesimpulan, guru memberikan penguatan dan refleksi.

2.6

Tinjauan Materi Hidrokarbon

Penelitian ini mengambil materi hidrokarbon yang terdiri dari dua kompetensi dasar, yaitu KD 3.1 dan KD 4.1.

Kompetensi dasar dan indikator

1.1 Menyadari adanya keteraturan dari sifat hidrokarbon sebagai wujud kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan tentang adanya keteraturan tersebut sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya bersifat tentatif.

Indikator:

1) mensyukuri kelimpahan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia 2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah dalam merancang dan melakukan percobaan

serta berdiskusi yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari. Indikator:

1) siswa memiliki rasa ingin tahu dalam mempelajari materi hidrokarbon 2) siswa menunjukkan perilaku santun, disiplin dan tanggung jawab

dalam belajar baik individu maupun berkelompok

3.1 Menganalisis struktur dan sifat senyawa hidrokarbon berdasarkan pemahaman kekhasan atom karbon dan penggolongan senyawanya.

Indikator:

1) siswa mampu menganalisis unsur C, H, O dalam senyawa karbon 2) siswa mampu menggolongkan jenis atom karbon primer, sekunder,


(37)

3) siswa mampu mengklasifikasi senyawa hidrokarbon

4) siswa mampu memberi nama alkana, alkena dan alkuna dengan benar 5) siswa mampu menjelaskan sifat kimia alkana, alkena dan alkuna

dengan tepat

6) siswa mampu menentukan isomer alkana, alkena, dan alkuna dengan benar

7) siswa mampu menuliskan reaksi adisi, substitusi, eliminasi dan pembakaran pada senyawa hidrokarbon dengan benar

4.1 Mengolah dan menganalisis struktur dan sifat senyawa hidrokarbon berdasarkan pemahaman kekhasan atom karbon dan penggolongan senyawanya.

Indikator:

1) melalui kerja berkelompok, siswa mampu melakukan praktikum identifikasi unsur C, H, O dalam senyawa karbon dengan teliti

2) siswa secara individu mampu mengolah data, menyimpulkan dan membuat laporan tertulis hasil praktikum identifikasi unsur C, H, O dalam senyawa karbon dengan benar

Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat mengidentifikasi unsur C, H, O dalam senyawa karbon melalui praktikum

2. Siswa dapat membedakan jenis atom primer, sekunder, tersier dan kuartener setelah melakukan diskusi


(38)

3. Siswa dapat mengklasifikasikan senyawa hidrokarbon setelah melakukan kajian literatur

4. Siswa dapat memberi nama alkana, alkena dan alkuna sesuai aturan IUPAC 5. Siswa dapat menjelaskan sifat kimia alkana, alkena dan alkuna setelah

melakukan diskusi kelompok

6. Siswa dapat menentukan isomer alkana, alkena dan alkuna setelah melakukan diskusi kelompok

7. Siswa dapat menuliskan reaksi adisi, substitusi, eliminasi dan pembakaran pada senyawa hidrokarbon dengan benar

Materi pokok

1. Identifikasi atom C, atom H dan atom O dalam senyawa hidrokarbon. 2. Kekhasan atom karbon.

3. Atom C primer, sekunder, tersier dan kuartener. 4. Struktur alkana, alkena dan alkuna.

5. Sifat fisik alkana, alkena dan alkuna. 6. Isomer alkana, alkena dan alkuna

7. Reaksi senyawa hidrokarbon (adisi, substitusi, eliminasi dan pembakaran). (Hadi, 2013)

2.7

Kerangka Berpikir

Pembelajaran kimia khususnya materi hidrokarbon yang bersifat teoritis, siswa tidak hanya dituntut untuk hafal tetapi juga dituntut untuk paham tentang teori secara utuh. Tidak jarang siswa yang mengaku sulit untuk mempelajari materi hidrokarbon. Kesulitan tersebut berawal dari rendahnya pemahaman siswa. Akan tetapi bukan hanya faktor pemahaman siswa yang rendah, cara transfer informasi


(39)

dari guru ke siswa juga berpengaruh dalam masalah ini. Pembelajaran yang masih berpusat pada guru menyebabkan kurangnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa kurang maksimal.

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka diperlukan sebuah inovasi metode pembelajaran yang dapat menambah aktivitas siswa dalam setiap proses pembelajaran. Sehingga diharapkan dapat menambah pemahaman siswa yang bermuara akhir pada peningkatan pencapaian hasil belajar siswa. Penerapan metode

Seven Jump dinilai mampu membuat siswa berperan aktif dalam pembelajaran karena sistem pembelajaran berkelompok yang diterapkan menuntut siswa untuk belajar dan memperoleh pengetahuan serta konsep esensial dari materi pelajaran melalui pendekatan pengajaran berbasis masalah pada dunia nyata. Melalui keterlibatan siswa secara langsung dalam penemuan konsep esensial dari sebuah mata pelajaran diyakini mampu memberikan efek pemahaman dan daya ingat yang lebih lama dalam diri siswa.

Terlepas dari kelebihan yang ditawarkan dengan penggunaan metode Seven Jump, dalam pelaksanaanya juga menemui beberapa kendala salah satunya yaitu siswa akan sedikit kesulitan dalam memilah informasi yang relevan sesuai dengan tujuan inti pembelajaran. Oleh karena itu diperlukan peran guru dalam membimbing dan mengarahkan siswa untuk memilah informasi yang benar-benar relevan agar siswa dapat merumuskan konsep esensial dari sebuah pelajaran.

Berdasar uraian masalah yang ada, maka diduga bahwa metode Seven Jump

efektif terhadap aktivitas dan hasil belajar kimia siswa. Secara singkat, kerangka berfikir penelitian ini tersaji pada Gambar 2.1.


(40)

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Realita:

1. Pembelajaran masih

teacher-centered

2. Aktivitas siswa rendah 3. Ketuntasan klasikal 75%

belum tercapai

Harapan:

1. Pembelajaran student-centered

2. Aktivitas siswa tinggi 3. Ketuntasan klasikal 75%

dapat tercapai Pemilihan metode pembelajaran menentukan besarnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan sebanding dengan pencapaian hasil belajar.

Metodologi Penelitian

Kelas kontrol Kelas Eksperimen

Menerapkan metode guru mitra Menerapkan metode Seven Jump

Aktivitas siswa tinggi Ada perbedaan hasil belajar Ada perbedaan hasil belajar

Diduga bahwa aktivitas dan hasil belajar dari kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol, sehingga penggunaan metode Seven Jump


(41)

2.8

Hipotesis

Hipotesis penelitian ini yaitu:

1. Metode Seven Jump efektif terhadap aktivitas belajar siswa kelas X-MIA SMA Negeri 1 Kebumen.

2. Metode Seven Jump efektif terhadap hasil belajar siswa kelas X-MIA SMA Negeri 1 Kebumen.


(42)

27

3

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1

Penentuan Subjek Penelitian

3.1.1 Populasi

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif ataupun kuantitatif mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas (Sudjana, 2005). Ciri-ciri populasi dalam penelitian ini yaitu:

1. Siswa-siswa tersebut berada dalam tingkatan kelas yang sama.

2. Siswa-siswa tersebut berada dalam semester yang sama yaitu semester 2. Populasi dalam penelitian ini diambil dari siswa kelas MIA E sampai X-MIA G SMA Negeri 1 Kebumen tahun ajaran 2014/2015. Anggota pupulasi terdiri dari tiga kelas. Jumlah total anggota populasi sebanyak 101 siswa, dengan rincian pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Rincian Populasi Penelitian No Kelas Jumlah Siswa

1 X-MIA E 35

2 X-MIA F 35


(43)

3.1.2 Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu (Sudjana, 2005). Sampel penelitian ini diambil dengan teknik

cluster random sampling dengan syarat populasi harus berdistribusi normal dan homogen. Pengambilan sampel dengan teknik cluster random sampling dilakukan dengan mengambil dua kelas secara acak untuk dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas X-MIA E berlaku sebagai kelas eksperimen mendapat pembelajaran dengan metode Seven Jump, sedangkan kelas X-MIA F berlaku sebagai kelas kontrol mendapat pembelajaran dengan metode guru mitra.

3.2

Variabel Penelitian

3.2.1 Variabel Bebas

Variabel bebas yang dimaksud adalah penerapan metode pembelajaran. 3.2.2 Variabel Terikat

Veriabel terikat pada penelitian ini adalah aktivitas siswa dan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Kebumen.

3.2.3 Variabel Kontrol

Variabel kontrol pada penelitian ini adalah guru, materi pelajaran, kurikulum dan waktu tatap muka.

3.3

Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan maksud mengetahui keefektifan metode

Seven Jump terhadap aktivitas dan hasil belajar kimia siswa kelas X-MIA SMA Negeri 1 Kebumen. Penelitian ini termasuk dalam penelitian jenis eksperimen.


(44)

Sehingga perlu adanya uji normalitas dan uji homogenitas varians populasi untuk menentukan teknik pengambilan sampel.

Tabel 3.2 Rancangan Penelitian

Kelas Tes awal Perlakuan Tes Akhir

Eksperimen T1 X T2

Kontrol T1 Y T2

Keterangan:

T1 = Tes awal (pretest) sebelum pelajaran hidrokarbon diberikan T2 = Tes akhir (postest) sesudah pelajaran hidrokarbon diberikan X = Pembelajaran dengan metode Seven Jump

Y = Pembelajaran guru mitra

3.4

Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang bersumber pada benda yang tertulis. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data awal populasi, meliputi daftar nama siswa, daftar nilai, dan semua data yang diperlukan dalam penelitian. Metode dokumentasi juga digunakan dalam keperluan uji normalitas dan uji homogenitas. Data untuk uji normalitas dan uji homogenitas varians populasi diperoleh dari catatan nilai Ulangan Akhir Semester Ganjil tahun ajaran 2014/2015.

3.4.2 Metode Tes

Metode tes merupakan pengumpulan data apabila peneliti melakukan perbandingan secara kuantitaif. Tes bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman peserta didik dalam ranah kognitif. Metode tes dilakukan untuk mengukur kemampuan dalam ranah kognitif. Metode tes ini dilaksanakan pada


(45)

awal dan akhir pembelajaran. Instrumen tes yang digunakan berbentuk soal pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban.

3.4.3 Metode Observasi

Observasi merupakan kegaiatan memperhatikan objek dengan menggunakan seluruh indra atau disebut sebagai pengamatan langsung. Metode observasi dilakukan untuk mengukur kemampuan dalam ranah afektif, psikomotorik dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Instrumen yang digunakan berbentuk lembar observasi.

3.4.4 Metode Angket

Metode angket adalah metode yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisiannya hanya dengan memberi tanda jawaban yang dipilih. Angket yang digunakan berisi sejumlah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju terhadap pernyataan yang diajukan. Metode angket digunakan untuk mengetahui tanggapan dan kesan siswa terhadap penerapan metode Seven Jump.

3.5

Instrumen Penelitian

3.5.1 Penyusunan Instrumen

Instrumen penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu instrumen tes dan instrumen non-tes. Instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa. Instrumen non-tes terdiri dari lembar observasi dan lembar angket.

3.5.1.1 Instrumen tes

Instrumen tes disusun melalui tahapan berikut:


(46)

b. Menentukan bentuk tes. Bentuk tes yang digunakan berbentuk pilhan ganda dengan lima buah pilihan jawaban.

c. Menentukan komposisi jenjang.

Komposisi jenjang perangkat tes pada penelitian ini terdiri dari 50 butir soal, yaitu:

Aspek pengetahuan (C1) persentase 20%, 10 soal Aspek pemahaman (C2) persentase 50%, 25 soal Aspek penerapan (C3) persentase 20%, 10 soal Aspek analisis (C4) persentase 10%, 5 soal d. Membuat kisi-kisi soal.

e. Menyusun butir soal. f. Menguji coba butir soal. g. Menganalisis hasil uji coba.

3.5.1.2 Instrumen non-tes

a. Lembar Observasi

1) Lembar Observasi Afektif

Rentang nilai yang digunakan dalam penelitian ini yaitu antara 1 sampai 4. Aspek afektif yang dinilai berjumlah 10 aspek.

2) Lembar Observasi Psikomotorik

Rentang nilai yang digunakan dalam penelitian ini yaitu antara 1 sampai 4. Aspek psikomotorik yang dinilai berjumlah 10 aspek.


(47)

Rentang nilai yang digunakan dalam penelitian ini yaitu antara 1 sampai 4. Aspek aktivitas siswa yang dinilai yaitu berjumlah 8 aspek.

b. Lembar Angket

Lembar angket berisi sejumlah pernyataan. Pengisian lembar angket oleh siswa dilakukan dengan mencentang pada kolom tanggapan yang terdiri dari empat opsi yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju).

3.5.2 Analisis Instrumen

3.5.2.1 Analisis Butir Soal

3.5.2.1.1 Validitas Butir Soal

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrumen. Untuk mengukur validitas butir soal dalam penelitian ini digunakan rumus korelasi point biseral karena soal yang digunakan adalah soal jenis pilihan ganda. Rumus korelasi point biserial adalah:

r = p−

S √

Keterangan:

rpbis = koefisien korelasi point biserial

Mp = rata-rata skor siswa yang menjawab benar Mt = rata-rata skor siswa total

St = standar deviasi skor total

p = proporsi siswa yang menjawab benar

q = − p (Arikunto, 2013)

dimana

t = pbi √ −

√ − pbi

Keterangan:

rpbis = koefisien korelasi point biserial n = jumlah siswa


(48)

Butir soal dikatakan valid apabila besarnya thitung > ttabel. Berdasarkan perhitungan validitas butir soal terdapat 36 soal valid dan 14 soal tidak valid. Soal yang valid yaitu soal nomor 1, 4, 5, 7, 9, 10, 11, 13, 14, 17, 19, 20, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 36 dan 47, sedangkan soal yang tidak valid adalah soal nomor 2, 3, 6, 8, 12, 15, 16, 18, 21, 24, 45, 48, 49 dan 50. Perhitungan validitas butir soal dapat dilihat pada Lampiran 9. 3.5.2.1.2 Daya Beda Soal

Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Indeks diskriminasi berkisar anta 0,00 sampai 1,00. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah

D = − J = � − � (Arikunto, 2013) Keterangan:

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Butir soal yang baik adalah butir soal yang mempunyai indeks diskriminasi 0,4 sampai 0,7. Klasifikasi tingkatan daya beda sebagai berikut:

D : 0,00 – 0,20 : jelek (poor)

D : 0,21 – 0,40 : cukup (satistifactory) D : 0,41 – 0,70 : baik (good)


(49)

Berdasarkan perhitungan daya beda soal, kriteria daya beda dari butir soal uji coba disajikan pada Tabel 3.3. Perhitungan daya beda soal dapat dilihat pada Lampiran 9.

Tabel 3.3Hasil Perhitungan Daya Beda Soal Uji Coba Kriteria Daya

Beda Soal Nomor Soal

Jumlah Butir Soal Jelek 6, 12, 15, 16, 18, 21, 24, 27, 28, 39, 45, 48, 49, 50 14 Cukup 1, 2, 3, 4, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 26, 31, 32, 35, 40, 47 16

Baik 5, 7, 17, 19, 20, 22, 23, 25, 29, 30, 33, 34, 36, 37,

38, 41, 42, 43, 44, 46 20

Jumlah Total 50

(Sumber: Data Primer) 3.5.2.1.3 Taraf Kesukaran

Taraf kesukaran atau dikenal sebagai indeks kesukaran (P) adalah bilangan yang menyatakan sukar atau mudahnya suatu soal. Indeks kesukaran (P) berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Nilai indeks kesukaran yang semakin besar menunjukkan bahwa soal itu semakin mudah. Rumus menghitung indeks kesukaran adalah:

� =

JS

(Arikunto, 2013)

Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = jumlah total siswa yang mengikuti tes

Kalsifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut: Soal dengan P = 0,00 – 0,30 adalah soal sukar Soal dengan P = 0,31 – 0,70 adalah soal sedang Soal dengan P = 0,71 – 1,00 adalah soal mudah


(50)

Berdasarkan perhitungan taraf kesukaran soal, kriteria taraf kesukaran dari butir soal uji coba disajikan pada Tabel 3.4. Perhitungan taraf kesukaran soal dapat dilihat pada Lampiran 9.

Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Soal Uji Coba Kriteria Taraf

Kesukaran Soal Nomor Soal

Jumlah Butir Soal

Sukar 5, 31, 44, 47 4

Sedang 2, 3, 4, 6, 7, 10, 11, 13, 14, 17, 19, 20, 22, 23, 25, 26, 29, 30, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 46

31 Mudah 1, 8, 9, 12, 15, 16, 18, 21, 24, 27, 28, 45, 48, 49,

50 15

Jumlah Total 50

(Sumber: Data Primer)

3.5.2.1.4 Reliabilitas

Reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk menguji ketetapan instrumen tes apabila diujikan pada subjek yang sama. Persyaratan bagi instrumen tes adalah valid dan reliabel. Perhitungan reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus K-R 21. Instrumen dikatakan reliabel jika harga r11 0,70.

r = S− (Arikunto, 2013)

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen n = jumlah butir soal M = skor rata-rata St = standar deviasi

Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas soal uji coba, diperoleh r11 = 0,94. Instrumen dikatakan reliable jika mempunyai nilai r11 minimal 0,70. Sehingga


(51)

instrument soal yang yang dibuat dapat dinyatakan reliabel. Perhitungan reliabilitas instrument soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.

3.5.2.2 Transformasi Nomor Soal

Berdaskan hasil analisis validitas, daya beda, taraf kesukaran dan reliabilitas pada butir soal uji coba, peneliti hanya menggunakan 30 butir soal untuk dijadikan sebagai soal pretes dan postes siswa. Mempertimbangkan alokasi waktu dan kemampuan siswa, butir soal yang digunakan yaitu 1, 4, 5, 7, 10, 11, 13, 14, 19, 20, 22, 23, 25, 26, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 44 dan 46. Transformasi nomor soal uji coba ke dalam soal pretes dan postes dapat dilihat pada Lampiran 42.

3.5.2.3 Analisis Lembar Observasi

3.5.2.3.1 Validitas Lembar Observasi

Lembar observasi dapat dikatakan valid apabila telah divalidasi oleh pakar menggunakan lembar validasi (Mardapi, 2008).

3.5.2.3.2 Reliabilitas Lembar Observasi

Reliabilitas lembar observasi dapat dihitung menggunakan rumus korelasi

Spearman sebagai berikut: �ho = − ∑ Keterangan:

Rho = Reliabilitas kesepakatan B = Beda peringkat antar pengamat N = Jumlah siswa yang diamati

Lembar observasi dinyatakan reliable jika harga Rho 0,70, atau melebihi harga Rho tabel pada table harga kritis Rho Spearman (Widodo, 2009). Hasil perhitungan reliabilitas lembar observasi disajikan pada Tabel 3.5. Perhitungan


(52)

reliabilitas lembar observasi afektif, psikomotorik dan aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada Lampiran 10, Lampiran 11 dan Lampiran 12.

Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Reliabilitas Lembar Observasi Kelas Lembar Observasi

Afektif

Lembar Observasi Psikomotorik

Lembar Observasi Aktivitas Belajar

Eksperimen Rho = 0,856 Rho = 0,740 Rho = 0,839

Kontrol Rho = 0,871 Rho = 0,721 Rho = 0,716

(Sumber: Data Primer) Merujuk pada Tabel 3.5, maka dapat disimpulkan bahwa hasil pengamatan yang dilakukan menggunakan lembar observasi dinyatakan reliabel.

3.5.2.4 Analisis Lembar Angket

3.5.2.4.1 Validitas Lembar Angket

Angket dapat dikatakan valid jika telah dilakukan oleh pakar dengan menggunakan lembar validasi angket (Mardapi, 2008).

3.5.2.4.2 Reliabilitas Lembar Angket

Reliabilitas angket dapat dihitung menggunakan rumus α-Cronbach

sebagai berikut:

� = �−� { −∑�� } Keterangan:

r11 = reliabilitas ≥ 0,70 n = jumlah soal Si2 = varian butir soal St2 = varian total

Instrument dikatakan reliable jika r11 ≥ 0,7 (Mardapi, 2008). Hasil perhitungan reliabilitas lembar angket didapat nilai r11 sebesar 0,807. Sehingga dapat dinyatakan lembar angket siswa reliabel. Perhitungan reliabiltas angket dapat dilihat pada Lampiran 35.


(53)

3.6

Teknik Analisis Data

3.6.1 Analisis Data Awal

Analisis data awal dilakukan untuk mengetahui keadaan awal suatu populasi. Analisis yang digunakan meliputi uji normalitas, uji homogenitas dan uji kesamaan rata-rata. Data yang digunakan dalam analisis data populasi yaitu nilai UAS Ganjil mata pelajaran kimia tahun ajaran 2014/2015.

3.6.1.1Uji Normalitas

Normalitas data populasi dapat diuji menggunakan uji chi-kuadrat. Rumus uji chi-kuadrat (�2) adalah sebagai berikut:

� = ∑�= ��−����

(Sudjana, 2005) Keterangan:

� = chi-kuadrat Ei = frekuensi harapan

Oi = frekuensi hasil pengamatan k = jumlah kelas interval Hipotesis yang diuji:

Ho = data tidak berbeda dengan distribusi normal Ha = data berbeda dengan distribusi normal

Ho diterima jika χ hitung < χ tabel dengan dk= (k-3) dengan taraf signifikansi sebesar 5%. Hal ini berarti data berdistribusi normal.

3.6.1.2Uji Homogenitas

Uji homogenitas populasi perlu dilakukan untuk keperluan penentuan teknik pengambilan sampel. Salah satu metode yang terkenal untuk menguji homogenitas populasi yaitu Uji Bartlett. Langkah-langkah Uji Bartlett adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan hipotesis.

Ho = populasi mempunyai nilai varians yang tidak berbeda (� = � = � ) Ha = minimal ada satu varians populasi berbeda


(54)

2. Menghitung nilai varians (Si2) dari masing-masing kelas. 3. Menghitung nilai varians gabungan dari semua kelas.

Rumus yang digunakan yaitu

=

∑ ��− ��

∑ ��−

4. Menghitung harga satuan B.

Rumus yang digunakan yaitu = � � ∑ � − 5. Menghitung statistic uji chi-kuadrat.

Rumus yang digunakan yaitu � = ln { − ∑ � − � � }

(Sudjana, 2005) Keterangan:

Si2 = varians masing-masing kelas S2 = varians gabungan

B = koefisien Bartlett

ni = jumlah siswa dalam kelas � = chi-kuadrat

Ho diterima jika χ hitung < χ (1-α)(k-1) dengan dk = (k-1) dengan taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti populasi mempunyai nilai varians yang tidak berbeda.

3.6.1.3Uji Kesamaan Rata-rata

Uji kesamaan rata-rata populasi bertujuan untuk mengetahui kesamaan kondisi awal awal (rata-rata kelas) dalam populasi. Kesamaan rata-rata populasi dapat diuji menggunakan Uji ANAVA satu jalur. Langkah-langkah Uji ANAVA adalah sebagai berikut:


(55)

1. Merumuskan hipotesis.

Ho = semua µi tidak berbeda, untuk i = 1, 2, 3 (µ1 = µ2 = µ3) Ha = tidak semua µi sama, untuk i = 1, 2, 3

2. Menentukan jumlah kuadrat rata-rata (RY). � = ∑ �

3. Menentukan jumlah kuadrat antar kelompok (AY). � = ∑ ∑ ���� − �

4. Menentukan jumlah kuadrat total (JK total) � ��� = ∑ ��

5. Menentukan jumlah kuadrat dalam kelompok (DY) �� = � ��� − � − �

Tabel 3.6 Uji Kesamaan Keadaan Awal Populasi

Sumber Variasi Dk JK KT F

Rata-rata 1 RY K=RY:1

A/D

Antar kelompok k-1 AY A=AY: (k-1)

Dalam kelompok ∑ � − DY D= DY : ∑ � −

Total ∑ � ∑ �

Ho diterima jika Fhitung< Fα (k-1)(n-k), hal ini berarti tidak ada perbedaan rata-rata keadaan awal populasi (Sudjana, 2005).

3.6.2 Analisis Data Akhir

Analisis data akhir dilakukan untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan. Analisis yang digunakan meliputi uji normalitas, uji perbedaan dua


(56)

rata-rata, analisis data afektif, psikomotorik dan aktivitas siswa serta analisis hasil angket respon siswa. Data yang digunakan dalam analisis data akhir yaitu nilai postes, nilai observasi dan data hasil angket respon siswa.

3.6.2.1Uji Normalitas

Normalitas data postes dari kedua kelas sampel dapat diuji menggunakan uji chi-kuadrat. Rumus uji chi-kuadrat (�2) adalah sebagai berikut:

� = ∑

�= ��−����

(Sudjana, 2005)

Keterangan:

� = chi-kuadrat

Oi = frekuensi hasil pengamatan

Ei = frekuensi harapan k = banyaknya kelas interval Hipotesis yang diuji:

Ho = data tidak berbeda dengan distribusi normal Ha = data berbeda dengan distribusi normal

Ho diterima jika χ hitung < χ tabel dengan dk= (k-3) dengan taraf signifikansi sebesar 5%. Hal ini berarti data berdistribusi normal.

3.6.2.2Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata nilai postes kelas eksperimen lebih besar dari rata-rata kelas kontrol. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:

Ho = rata-rata postes kelas eksperimen tidak berbeda dengan kelas kontrol (x̅A= x̅B) Ha = rata-rata postes kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol (x̅A >x̅B) Keterangan:

x̅A = rata-rata nilai postes kelas eksperimen x̅B = rata-rata nilai postes kelas kontrol


(57)

Apabila s = s (varians kedua kelas sama), maka digunakan rumus uji t satu pihak kanan.

t = X̅ −X̅

n +n , dengan s =

− + −

+ −

Keterangan:

x̅A = rata-rata postes kelompok eksperimen x̅B = rata-rata postes kelompok kontrol nA = jumlah siswa kelompok eksperimen nB = jumlah siswa kelompok kontrol SA2 = varians data kelompok eksperimen SB2 = varians data kelompok kontrol

Ho ditolak jika thitung t1-α dengan dk = (n-1) dan peluang (1-α). Hal ini berarti rata-rata nilai postes kelas eksperimen lebih besar dari rata-rata nilai postes kelas kontrol.

Apabila s ≠ s (varians kedua kelas tidak sama), maka digunakan rumus uji t’. �′= �̅̅̅̅−�̅̅̅̅

√� +�

3.6.2.3Analisis Data Afektif, Psikomotorik dan Aktivitas Siswa

Rumus yang digunakan dalam menilai aspek afektif, psikomotorik dan aktivitas siswa adalah

�ilai =J S y ×

Kriteria perolehan skor:

SB = Sangat Baik = 3,33 < nilai 4,00 B = Baik = 2,33 < nilai 3,33 C = Cukup = 1,33 < nilai 2,33


(58)

Selain itu tiap aspek dari hasil belajar afektif, psikomotorik dan aktivitas siswa dari kedua kelas dianalisis untuk mengetahui rata-rata nilai tiap aspek dalam satu kelas tersebut. Adapun rumus yang digunakan adalah:

�ata − rata skor tiap aspek =

Tiap aspek dalam penilaian afektif, psikomotorik dan aktivitas siswa dapat dikategorikan sebagai berikut:

3,50 – 4,00 : Sangat Baik 2,60 – 3,40 : Baik

1,50 – 2,50 : Cukup 1,00 – 1,40 : Kurang

3.6.2.4Analisis Hasil Angket Respon Siswa

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan metode Seven Jump. Menurut Sudjana (2005) analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran kimia materi hidrokarbon yang diungkapkan menggunakan angket. Tiap aspek dari angket tanggapan siswa dianalisis untuk mengetahui rata-rata nilai tiap aspek dalam kelas tersebut. Rumus yang digunakan adalah

rata − rata nilai tiap aspek =

Tiap aspek dalam angket tanggapan siswa dapat dikategorikan sebagai berikut: 3,50 – 4,00 : Sangat Baik

2,60 – 3,40 : Baik 1,50 – 2,50 : Cukup 1,00 – 1,40 : Kurang


(59)

44

4

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Penelitian

Berdasar pada penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti membagi penyajian data hasil penelitian dalam analisis data awal dan analisis data akhir. 4.1.1 Hasil Analisis Data Awal

Kondisi awal populasi dianalisis untuk menentukan sampel penelitian. Data yang digunakan dalam analisis data populasi yaitu nilai ulangan akhir semester ganjil mata pelajaran kimia siswa kelas X-MIA SMA Negeri 1 Kebumen. Data nilai ulangan akhir semester ganjil dapat dilihat pada Lampiran 3.

4.1.1.1Uji Normalitas Populasi

Normalitas data populasi dihitung menggunakan rumus chi-kuadrat. Data dikatakan berdistribusi normal jika χ hitung < χ tabel. Hasil uji normalitas populasi disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Data Populasi

No. Kelas χ hitung χ tabel Kriteria

1 X-MIA E 4,8831 9,49 Normal

2 X-MIA F 3,1763 7,81 Normal

3 X-MIA G 4,9573 9,49 Normal


(60)

Merujuk pada Tabel 4.1, maka data populasi berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas populasi dapat dilihat pada Lampiran 4.

4.1.1.2Uji Homogenitas Populasi

Homogenitas varians populasi dihitung menggunakan rumus uji Bartlett. Varians populasi dikatakan homogen jika χ hitung < χ tabel. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai χ hitung sebesar 2,75 kurang dari χ tabel sebesar 5,99 dengan dk = 2 dan taraf signifikansi 5% maka dapat disimpulkan bahwa varians populasi homogeny. Perhitungan uji homogenitas populasi dapat dilihat pada Lampiran 5.

4.1.1.3Uji Kesamaan Rata-rata Keadaan Awal Populasi

Rata-rata keadaan awal populasi diuji menggunakan uji Anava satu jalur. Keadaan awal populasi dikatakan tidak berbeda jika Fhitung < Ftabel. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai Fhitung sebesar 1,38 kurang dari Ftabel sebesar 3,09 dengan taraf signifikansi 5% maka dapat disimpulkan bahwa dalam populasi tidak ada perbedaan rata-rata yang signifikan. Hal tersebut mengandung makna bahwa ketiga kelas populasi berangkat dari keadaan awal yang sama. Perhitungan uji kesamaan rata-rata keadaan awal populasi dapat dilihat pada Lampiran 6.


(61)

4.1.2 Hasil Analisis Data Akhir

Analisis data akhir dilakukan untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan. Data yang digunakan dalam analisis data akhir yaitu nilai pos test, nilai observasi dan data hasil angket respon siswa. Daftar nilai pos test kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Lampiran 17.

4.1.2.1Uji Normalitas

Normalitas data pos test kelas sampel dihitung menggunakan rumus chi-kuadrat. Data dikatakan berdistribusi normal jika χ hitung < χ tabel. Hasil uji normalitas pos test disajikan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pos test

No. Kelas χ hitung χ tabel Kriteria

1 Kontrol 8,4995 9,49 Normal

2 Eksperimen 1,8702 9,49 Normal

(Sumber: Data Primer) Merujuk pada Tabel 4.4, maka data pos test kelas sampel berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas data pos test dapat dilihat pada Lampiran 18.

4.1.2.2Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Pengujian rata-rata hasil pos test menggunakan uji t satu pihak kanan. Rata-rata kelas eksperimen dinyatakan lebih besar dari kelas kontrol apabila thitung t1-α

dengan dk = (n-1). Hasil uji perbedaan dua rata-rata pos test disajikan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.3 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Kelas Rata-rata n dk t hitung t tabel Keterangan

Kontrol 71.78 35

68 3,19 1,67 Ho ditolak

Eksperimen 78.96 35


(62)

Merujuk pada Tabel 4.5, maka disimpulkan bahwa rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata kelas kontrol. Perhitungan uji perbedaan dua rata-rata pos test dapat dilihat pada Lampiran 20.

Perbedaan hasil belajar kelas kontrol dan kelas eksperimen ditinjau dari hasil belajar kognitif disajikan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.4 Data Hasil Belajar Kognitif

Variasi Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pre test Pos test Pre test Pos test

Rata-rata 30.43 78.96 29.29 71.78

Standar deviasi 8.43 9.24 8.59 9.58

Nilai tertinggi 43 97 43 90

Nilai terendah 13 60 13 57

Jumlah tuntas - 28 siswa - 10 siswa

Persentase ketuntasan 0% 80% 0% 28.6%

(Sumber: Data Primer) Merujuk pada Tabel 4.6, terlihat bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Dengan kata lain pembelajaran menggunakan metode Seven Jump lebih baik dibandingkan pembelajaran dengan metode yang biasa digunakan oleh guru mitra.

4.1.2.3Analisis Data Hasil Belajar Kognitif

Hasil belajar kognitif diukur menggunakan tes, terdiri dari pre test dan pos

test. Analisis hasil belajar kognitif dimaksudkan untuk mengetahui besarnya peningkatan hasil belajar kognitif pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Ukuran peningkatan hasil belajar kognitif dihitung menggunakan N-gain score. Besarnya


(1)

Lampiran 47

PEDOMAN PENILAIAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

No Aspek Skor Kriteria

1 Visual Activities

- Membaca sumber primer belajar dengan cermat - Memmbaca sumber belajar

sekunder dengan cermat - Memperhatikan demonstrasi

dengan seksama

4 Jika semua indikator dilaksanakan 3 Jika satu indikator tidak dilaksanakan 2 Jika dua indikator tidak dilaksanakan 1 Jika tidak ada indikator yang

dilaksanakan

2 Oral Activities

- Menyampaikan hasil diskusi dengan jelas

- Bertanya saat diskusi sesuai topik diskusi

- Menanggapi jawaban teman saat diskusi dengan tepat

4 Jika semua indikator dilaksanakan 3 Jika satu indikator tidak dilaksanakan 2 Jika dua indikator tidak dilaksanakan 1 Jika tidak ada indikator yang

dilaksanakan

3 ListeningActivities

- Mendengarkan penyampaian hasil diskusi

- Mendengarkan tanggapan teman saat diskusi

- Mendengarkan penjelasan guru

4 Jika semua indikator dilaksanakan 3 Jika satu indikator tidak dilaksanakan 2 Jika dua indikator tidak dilaksanakan 1 Jika tidak ada indikator yang

dilaksanakan

4 WritingActivities

- Membuat catatan/resume materi pelajaran

- Mencatat hasil diskusi kelompok

- Catatan terlihat sistematis dan rapi

4 Jika semua indikator dilaksanakan 3 Jika satu indikator tidak dilaksanakan 2 Jika dua indikator tidak dilaksanakan 1 Jika tidak ada indikator yang

dilaksanakan

5 Drawing Activities

- Membuat diagram alir cara kerja praktikum

- Membuat peta konsep materi hidrokarbon

- Desain diagram dan peta konsep adalah karya original

4 Jika semua indikator dilaksanakan 3 Jika satu indikator tidak dilaksanakan 2 Jika dua indikator tidak dilaksanakan 1 Jika tidak ada indikator yang

dilaksanakan

6 MotorActivities

- Melakukan praktikum sesuai petunjuk kerja

- Mampu berkoordinasi dengan baik sesama teman sekelompok

- Mampu mengambil data dengan cepat dan tepat

4 Jika semua indikator dilaksanakan 3 Jika satu indikator tidak dilaksanakan 2 Jika dua indikator tidak dilaksanakan 1 Jika tidak ada indikator yang

dilaksanakan

7 Mental Activities

- Mampu memecahkan persoalan dengan tepat

4 Jika semua indikator dilaksanakan 3 Jika satu indikator tidak dilaksanakan 2 Jika dua indikator tidak dilaksanakan


(2)

permasalahan sesuai nalar - Mampu menentukan

kesimpulan akhir dari hipotesis yang dibuat bersama kelompok

dilaksanakan

8 Emotional Activities

- Tidak terlihat gugup saat menyampaikan pendapat - Terlihat semangat saat

mengikuti pelajaran - Tidak terlihat bosan saat

mengikuti pelajaran

4 Jika semua indikator dilaksanakan 3 Jika satu indikator tidak dilaksanakan 2 Jika dua indikator tidak dilaksanakan 1 Jika tidak ada indikator yang

dilaksanakan

KRITERIA PENSKORAN

� = � �� × � � � = � × � = � Nilai afektif setiap siswa dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut:

SB = Sangat Baik = 3,33 < nilai 4,00 B = Baik = 2,33 < nilai 3,33 C = Cukup = 1,33 < nilai 2,33

K = Kurang = nilai 1,33 (Kemendikbud,2013) Kriteria ketuntasan : tuntas apabila hasil belajar afektif siswa minimal 2,33 (baik).

� � − � � � � � = Rata-rata skor tiap aspek afektif dikategorikan sebagai berikut: SB = Sangat Baik = 3,50 – 4,00

B = Baik = 2,60 – 3,40 C = Cukup = 1,50 – 2,50 K = Kurang = 1,00 – 1,40


(3)

Lampiran 48

LEMBAR PENILAIAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA Kelas : ………..

No. Nama

Aktivitas Siswa

Jml Skor

Ni la i

Pre-dikat

1 2 3 4 5 6 7 8

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35

Kebumen, ... 2015 Observer : ... TTD : ...


(4)

LEMBAR ANGKET TANGGAPAN SISWA

Petunjuk pengisian:

1. Bacalah pertanyaan berikut ini dengan baik dan benar.

2. Berilah tanda ( √ ) pada kolom yang disediakan.

3. Waktu yang disediakan adalah 20 menit.

SS = Sangat Setuju TS = Tidak Setuju

S = Setuju STS = Sangat Tidak Setuju

No Pernyataan Tanggapan

SS S TS STS 1 Saya berusaha memahami pelajaran kimia materi

hidrokarbon.

2 Saya lebih mudah memahami pelajaran kimia dengan metode Seven Jump.

3 Saya berusaha memiliki buku pelajaran kimia.

4 Saya selalu berusaha mencari buku tentang hidrokarbon.

5 Saya mendiskusikan materi hidrokarbon dengan teman-teman.

6 Saya bertanya pada guru bila ada materi hidrokarbon yang belum jelas.

7 Saya berusaha mengerjakan tugas kimia materi hidrokarbon.

8 Saya merasa senang mengikuti pelajaran kimia secara berkelompok.

9 Saya kurang suka saat guru menjelaskan pelajaran dengan ceramah.

10 Saya lebih percaya diri dan berani menyampaikan pendapat setelah mengikuti pembelajaran metode

Seven Jump.

11 Saya lebih termotivasi untuk mengikuti pelajaran kimia dengan metode Seven Jump.

12 Saya menjadi suka terhadap pelajaran kimia setelah mengikuti pembelajaran dengan metode Seven Jump. 13 Saya benar-benar memahami kesimpulan yang dibuat

setiap akhir pelajaran.

14 Saya ingin metode Seven Jump diterapkan lagi pada materi kima selanjutnya.

15 Saya ingin metode Seven Jump diterapkan pada mata pelajaran yang lain.

Responden


(5)

Lampiran 50

DOKUMENTASI PENELITIAN

uji coba soal pretest

define and identify the problems review and formulating learning object

group share result praktikum


(6)

Dokumen yang terkait

Hubungan Harga Diri Mahasiswa dengan Kemampuan Aktualisasi Diri dalam Proses Belajar Metode Seven Jump di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

7 87 115

KEEFEKTIFAN METODE BERMAIN JAWABAN TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI PEMBENTUKAN TANAH DI KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI TUNON2 KOTA TEGAL

0 15 328

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA NEGERI TANJUNG MORAWA.

0 1 8

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN TINGKAT KREATIVITAS SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 MEDAN.

0 1 29

KEEFEKTIFAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR KEEFEKTIFAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI

0 0 11

PENGARUH AGRESIVITAS DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA Pengaruh Agresivitas Dan Aktivitas Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Xi Ips Sma Negeri Kebakkramat.

0 1 15

PENGARUH AGRESIVITAS DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA Pengaruh Agresivitas Dan Aktivitas Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Xi Ips Sma Negeri Kebakkramat.

0 0 15

KEEFEKTIFAN MEDIA FILM TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI ARANGTANJUNG KABUPATEN KEBUMEN

0 0 63

KEEFEKTIFAN MEDIA GAMBAR TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 BOJONG KABUPATEN PURBALINGGA

0 1 70

HUBUNGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU KIMIA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA NEGERI 7 MATARAM

0 0 12