Penyusunan Instrumen Analisis Instrumen

awal dan akhir pembelajaran. Instrumen tes yang digunakan berbentuk soal pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban.

3.4.3 Metode Observasi

Observasi merupakan kegaiatan memperhatikan objek dengan menggunakan seluruh indra atau disebut sebagai pengamatan langsung. Metode observasi dilakukan untuk mengukur kemampuan dalam ranah afektif, psikomotorik dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Instrumen yang digunakan berbentuk lembar observasi.

3.4.4 Metode Angket

Metode angket adalah metode yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisiannya hanya dengan memberi tanda jawaban yang dipilih. Angket yang digunakan berisi sejumlah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju terhadap pernyataan yang diajukan. Metode angket digunakan untuk mengetahui tanggapan dan kesan siswa terhadap penerapan metode Seven Jump.

3.5 Instrumen Penelitian

3.5.1 Penyusunan Instrumen

Instrumen penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu instrumen tes dan instrumen non-tes. Instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa. Instrumen non-tes terdiri dari lembar observasi dan lembar angket.

3.5.1.1 Instrumen tes

Instrumen tes disusun melalui tahapan berikut: a. Menentukan jumlah butir soal dan alokasi waktu yang disediakan. b. Menentukan bentuk tes. Bentuk tes yang digunakan berbentuk pilhan ganda dengan lima buah pilihan jawaban. c. Menentukan komposisi jenjang. Komposisi jenjang perangkat tes pada penelitian ini terdiri dari 50 butir soal, yaitu: Aspek pengetahuan C 1 persentase 20, 10 soal Aspek pemahaman C 2 persentase 50, 25 soal Aspek penerapan C 3 persentase 20, 10 soal Aspek analisis C 4 persentase 10, 5 soal d. Membuat kisi-kisi soal. e. Menyusun butir soal. f. Menguji coba butir soal. g. Menganalisis hasil uji coba.

3.5.1.2 Instrumen non-tes

a. Lembar Observasi 1 Lembar Observasi Afektif Rentang nilai yang digunakan dalam penelitian ini yaitu antara 1 sampai 4. Aspek afektif yang dinilai berjumlah 10 aspek. 2 Lembar Observasi Psikomotorik Rentang nilai yang digunakan dalam penelitian ini yaitu antara 1 sampai 4. Aspek psikomotorik yang dinilai berjumlah 10 aspek. 3 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Rentang nilai yang digunakan dalam penelitian ini yaitu antara 1 sampai 4. Aspek aktivitas siswa yang dinilai yaitu berjumlah 8 aspek. b. Lembar Angket Lembar angket berisi sejumlah pernyataan. Pengisian lembar angket oleh siswa dilakukan dengan mencentang pada kolom tanggapan yang terdiri dari empat opsi yaitu SS Sangat Setuju, S Setuju, TS Tidak Setuju dan STS Sangat Tidak Setuju.

3.5.2 Analisis Instrumen

3.5.2.1 Analisis Butir Soal

3.5.2.1.1 Validitas Butir Soal Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrumen. Untuk mengukur validitas butir soal dalam penelitian ini digunakan rumus korelasi point biseral karena soal yang digunakan adalah soal jenis pilihan ganda. Rumus korelasi point biserial adalah: r = p − S √ Keterangan: r pbis = koefisien korelasi point biserial M p = rata-rata skor siswa yang menjawab benar M t = rata-rata skor siswa total S t = standar deviasi skor total p = proporsi siswa yang menjawab benar q = − p Arikunto, 2013 dimana t = pbi √ − √ − pbi Keterangan: r pbis = koefisien korelasi point biserial n = jumlah siswa Butir soal dikatakan valid apabila besarnya t hitung t tabel . Berdasarkan perhitungan validitas butir soal terdapat 36 soal valid dan 14 soal tidak valid. Soal yang valid yaitu soal nomor 1, 4, 5, 7, 9, 10, 11, 13, 14, 17, 19, 20, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 36 dan 47, sedangkan soal yang tidak valid adalah soal nomor 2, 3, 6, 8, 12, 15, 16, 18, 21, 24, 45, 48, 49 dan 50. Perhitungan validitas butir soal dapat dilihat pada Lampiran 9. 3.5.2.1.2 Daya Beda Soal Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi D. Indeks diskriminasi berkisar anta 0,00 sampai 1,00. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah D = − J = � − � Arikunto, 2013 Keterangan: J A = banyaknya peserta kelompok atas J B = banyaknya peserta kelompok bawah B A = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar B B = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar P A = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar P B = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Butir soal yang baik adalah butir soal yang mempunyai indeks diskriminasi 0,4 sampai 0,7. Klasifikasi tingkatan daya beda sebagai berikut: D : 0,00 – 0,20 : jelek poor D : 0,21 – 0,40 : cukup satistifactory D : 0,41 – 0,70 : baik good D : 0,71 – 1,00 : baik sekali excellent Arikunto, 2013 Berdasarkan perhitungan daya beda soal, kriteria daya beda dari butir soal uji coba disajikan pada Tabel 3.3. Perhitungan daya beda soal dapat dilihat pada Lampiran 9. Tabel 3.3Hasil Perhitungan Daya Beda Soal Uji Coba Kriteria Daya Beda Soal Nomor Soal Jumlah Butir Soal Jelek 6, 12, 15, 16, 18, 21, 24, 27, 28, 39, 45, 48, 49, 50 14 Cukup 1, 2, 3, 4, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 26, 31, 32, 35, 40, 47 16 Baik 5, 7, 17, 19, 20, 22, 23, 25, 29, 30, 33, 34, 36, 37, 38, 41, 42, 43, 44, 46 20 Jumlah Total 50 Sumber: Data Primer 3.5.2.1.3 Taraf Kesukaran Taraf kesukaran atau dikenal sebagai indeks kesukaran P adalah bilangan yang menyatakan sukar atau mudahnya suatu soal. Indeks kesukaran P berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Nilai indeks kesukaran yang semakin besar menunjukkan bahwa soal itu semakin mudah. Rumus menghitung indeks kesukaran adalah: � = JS Arikunto, 2013 Keterangan: P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = jumlah total siswa yang mengikuti tes Kalsifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut: Soal dengan P = 0,00 – 0,30 adalah soal sukar Soal dengan P = 0,31 – 0,70 adalah soal sedang Soal dengan P = 0,71 – 1,00 adalah soal mudah Berdasarkan perhitungan taraf kesukaran soal, kriteria taraf kesukaran dari butir soal uji coba disajikan pada Tabel 3.4. Perhitungan taraf kesukaran soal dapat dilihat pada Lampiran 9. Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Soal Uji Coba Kriteria Taraf Kesukaran Soal Nomor Soal Jumlah Butir Soal Sukar 5, 31, 44, 47 4 Sedang 2, 3, 4, 6, 7, 10, 11, 13, 14, 17, 19, 20, 22, 23, 25, 26, 29, 30, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 46 31 Mudah 1, 8, 9, 12, 15, 16, 18, 21, 24, 27, 28, 45, 48, 49, 50 15 Jumlah Total 50 Sumber: Data Primer 3.5.2.1.4 Reliabilitas Reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk menguji ketetapan instrumen tes apabila diujikan pada subjek yang sama. Persyaratan bagi instrumen tes adalah valid dan reliabel. Perhitungan reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus K-R 21. Instrumen dikatakan reliabel jika harga r 11 0,70. r = − − − S Arikunto, 2013 Keterangan: r 11 = reliabilitas instrumen n = jumlah butir soal M = skor rata-rata S t = standar deviasi Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas soal uji coba, diperoleh r 11 = 0,94. Instrumen dikatakan reliable jika mempunyai nilai r 11 minimal 0,70. Sehingga instrument soal yang yang dibuat dapat dinyatakan reliabel. Perhitungan reliabilitas instrument soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.

3.5.2.2 Transformasi Nomor Soal

Berdaskan hasil analisis validitas, daya beda, taraf kesukaran dan reliabilitas pada butir soal uji coba, peneliti hanya menggunakan 30 butir soal untuk dijadikan sebagai soal pretes dan postes siswa. Mempertimbangkan alokasi waktu dan kemampuan siswa, butir soal yang digunakan yaitu 1, 4, 5, 7, 10, 11, 13, 14, 19, 20, 22, 23, 25, 26, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 44 dan 46. Transformasi nomor soal uji coba ke dalam soal pretes dan postes dapat dilihat pada Lampiran 42.

3.5.2.3 Analisis Lembar Observasi

3.5.2.3.1 Validitas Lembar Observasi Lembar observasi dapat dikatakan valid apabila telah divalidasi oleh pakar menggunakan lembar validasi Mardapi, 2008. 3.5.2.3.2 Reliabilitas Lembar Observasi Reliabilitas lembar observasi dapat dihitung menggunakan rumus korelasi Spearman sebagai berikut: �ho = − ∑ − Keterangan: Rho = Reliabilitas kesepakatan B = Beda peringkat antar pengamat N = Jumlah siswa yang diamati Lembar observasi dinyatakan reliable jika harga Rho 0,70, atau melebihi harga Rho tabel pada table harga kritis Rho Spearman Widodo, 2009. Hasil perhitungan reliabilitas lembar observasi disajikan pada Tabel 3.5. Perhitungan reliabilitas lembar observasi afektif, psikomotorik dan aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada Lampiran 10, Lampiran 11 dan Lampiran 12. Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Reliabilitas Lembar Observasi Kelas Lembar Observasi Afektif Lembar Observasi Psikomotorik Lembar Observasi Aktivitas Belajar Eksperimen Rho = 0,856 Rho = 0,740 Rho = 0,839 Kontrol Rho = 0,871 Rho = 0,721 Rho = 0,716 Sumber: Data Primer Merujuk pada Tabel 3.5, maka dapat disimpulkan bahwa hasil pengamatan yang dilakukan menggunakan lembar observasi dinyatakan reliabel.

3.5.2.4 Analisis Lembar Angket

3.5.2.4.1 Validitas Lembar Angket Angket dapat dikatakan valid jika telah dilakukan oleh pakar dengan menggunakan lembar validasi angket Mardapi, 2008. 3.5.2.4.2 Reliabilitas Lembar Angket Reliabilitas angket dapat dihitung menggunakan rumus α-Cronbach sebagai berikut: � = � �− { − ∑�� � } Keterangan: r 11 = reliabilitas ≥ 0,70 n = jumlah soal Si 2 = varian butir soal St 2 = varian total Instrument dikatakan reliable jika r 11 ≥ 0,7 Mardapi, 2008. Hasil perhitungan reliabilitas lembar angket didapat nilai r 11 sebesar 0,807. Sehingga dapat dinyatakan lembar angket siswa reliabel. Perhitungan reliabiltas angket dapat dilihat pada Lampiran 35.

3.6 Teknik Analisis Data

Dokumen yang terkait

Hubungan Harga Diri Mahasiswa dengan Kemampuan Aktualisasi Diri dalam Proses Belajar Metode Seven Jump di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

7 87 115

KEEFEKTIFAN METODE BERMAIN JAWABAN TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI PEMBENTUKAN TANAH DI KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI TUNON2 KOTA TEGAL

0 15 328

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA NEGERI TANJUNG MORAWA.

0 1 8

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN TINGKAT KREATIVITAS SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 MEDAN.

0 1 29

KEEFEKTIFAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR KEEFEKTIFAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI

0 0 11

PENGARUH AGRESIVITAS DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA Pengaruh Agresivitas Dan Aktivitas Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Xi Ips Sma Negeri Kebakkramat.

0 1 15

PENGARUH AGRESIVITAS DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA Pengaruh Agresivitas Dan Aktivitas Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Xi Ips Sma Negeri Kebakkramat.

0 0 15

KEEFEKTIFAN MEDIA FILM TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI ARANGTANJUNG KABUPATEN KEBUMEN

0 0 63

KEEFEKTIFAN MEDIA GAMBAR TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 BOJONG KABUPATEN PURBALINGGA

0 1 70

HUBUNGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU KIMIA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA NEGERI 7 MATARAM

0 0 12