47 e.
Menyelesaikan masalah f.
Menyajikan solusi atau mengomunikasikan g.
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah h.
Menarik kesimpulan Sementara itu, LKS yang dikembangkan disesuaikan dengan
syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknis yang digunakan sebagai pelengkap RPP untuk mengembangkan kemandirian dan prestasi
belajar siswa. Beberapa spesifikasi yang terdapat dalam LKS adalah sebagai berikut:
a. LKS diawali dengan suatu masalah dalam kehidupan sehari-hari
yang berguna sebagai motivasi. b.
LKS memuat aktivitas yang menuntun siswa menemukan konsep sesuai prinsip pendekatan saintifik.
c. LKS memuat proyek mandiri untuk melatih siswa meningkat
kemandirian dalam belajar. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan menggunakan
pendekatan saintifik berbasis problem based learning diharapkan dapat meningkatkan kemandirian dan prestasi belajar siswa.
11. Kualitas pengembangan perangkat pembelajaran
Van den Akker dan Nieveen Rochmad. 2011: 14 menyatakan bahwa dalam penelitian dan pengembangan perlu memperhatikan
kriteria kualitas. Untuk menguji kualitas kelayakan produk dengan
48 memenuhi syararat kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Kualitas
produk dikatakan layak apabila memenuhi kriteria –kriteria berikut :
a. Kevalidan
Menurut Suharsimi Arikunto 2002 validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atas kesahihan suatu
instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid
apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Menurut Nieveen 1999 aspek validitas dapat dilihat dari:
1 apakah perangkat pembelajaran yang dikembangkan telah sesuai dengan teoritiknya; dan 2 apakah terdapat konsistensi internal pada
setiap komponennya. Sementara itu, Van den Akker 1999: 10 menyatakan:
“validity refers to the extent that design of the intervention is based on state-of-the art knowledge content validity and that the
various components of the intervention are consistently linked toeach otherconstruct validity.” Validitas mengacu pada apakah
produk yang dikembangkan sesuai desain yang didasarkan pada pengetahuan validitas ini dan berbagai macam komponen yang
berkaitan satu dengan lainya validitas konstruk. Dalam penelitian ini perangkat pembelajaran berupa RPP dan
LKS dinyatakan valid jika dinyatakan layak digunakan dengan revisi atau tanpa revisi oleh dosen. Kelayakan RPP dinilai dari aspek
49 kelengkapan yang mengacu permendikna No 41 tahun 2007 dan
kesesuaian dengan pendekatakan saintifik berbasis problem based learning. Sedangkan kelayakan LKS dinilai dari tiga aspek
kelayakan yang dinyatakan oleh Hendro Darmojo dan RE Kaligis yang terdiri dari aspek didaktik, aspek kontruksi, dan aspek teknis.
b. Aspek kepraktisan
V an den Akker 1999: 10 menyatakan: “practically refers to
the extent that user or otherexperts consider the intervention as appealing and usable in normal conditions
.” kurang lebih artinya kepraktisan mengacu pada tingkat bahwa pengguna atau ahli
menganggap perangkat pembelajaran dapat digunakan dan disukai pada kondisi normal. Sedangkan menurut Nieveen 1999 berkaitan
dengan pengembangan materi pembelajaran, Nieven mengukur tingkat kepraktisan dilihat dari apakah guru atau ahli menganggap
materi mudah dan dapat digunakan oleh guru dan siswa. Dalam penelitian ini, Perangkat pembelajaran dikatakan
praktis jika peserta didik dan guru memberikan respon baik terhadap penggunaan perangkat pembelajaran. Respon yang dimaksud adalah
terkait dengan keterbantuan dan kemudahan dalam penggunaan perangkat pembelajaran.
c. Aspek Keefektifan
50 van den Akker 1999: 10 menyatakan:
“effectiveness refer to the extent that the experiences and outcomes with the intervention
are consistent with the intended aims. ” Keefektifan mengacu pada
tingkatan berdasarkan pengalaman menggunakan dan hasil konsisten dengan tujuan yang dimaksud. Sedangkan Chomsin dan
Jasmadi 2008 : 48 Efektif berarti membawa pengaruh atau hasil sesuai dengan tujuan. Perangkat pembelajaran dikatakan efektif jika
RPP dan LKS yang digunakan dapa membantu siswa mencapai kompetensi yang harus dimilikinya.
Menurut Nieveen 1999 keefektifan dilihat dari tingkat penghargaan siswa dalam mempelajari program dan keinginan siswa
untuk terus menggunakan program tersebut. Dalam penelitian pengembangan di bidang pembelajaran, indikator untuk menyatakan
bahwa keterlaksanaan model dikatakan efektif misalnya dapat dilihat dari komponen-komponen: 1 hasil belajar siswa; 2
aktivitas siswa; dan 3 kemampuan siswa dalam matematika. Dalam penelitian ini, hasil belajar siswa dan kemampuan
siswa dalam matematika menunjukan dengan tes prestasi belajar. Sehingga perangkar pembelajaran dikatakan efektif ditinjau dari
presrasi belajar jika rata-rata nilai tes presrasi belajar siswa lebih dari KKM, yaitu 72. Sedangkan aktivitas siswa ditunjukan dengan
kemandirian belajar, Sehingga perangkat pembelajaran dikatakan efektif ditinjau dari kemandirian belajar, jika rata-rata skor
51 kemandirian belajar yang dicapai minimal pada skor kemandirian
belajar yang dicapai minimal pada kategori baik yaitu lebih dari 84.
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain 1.
Penelitian yang dilakukan oleh Oktaviana Mutia Dewi 2013 tentang pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis masalah
untuk siswa SMP kelas VII. Hasil penelitian menunjukan kualitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan dinilai dari segi kevalidan,
kepraktisan dan keefektifan memiiliki kriteria baik, dapat diterapkan pada proses pembelajaran.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Anis Senja Arsita 2014 tentang
pengembangan LKS berbasis masalah pada materi persamaan dan fungsi kuadrat untuk SMA kelas X dengan kurikulum 2013. Hasil penelitian
menunjukan kualitas LKS yang dikembangkan dinilai dari segi kevalidan, kepraktisan dan keefektifan memiiliki kriteria baik, dapat diterapkan pada
proses pembelajaran. Penelitian ini menggunakan kurikulum 2013 yang menerapkan pendekatan saintifik. Sehingga penelitian ini sangat relevan.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Lina Dwi Astuti 2014 tentang penerapan
problem based learning dalam meningkatan kemandirian belajar dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII B SMP
Negeri 2 Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan menggunakan Problem Based Learning, peresentase kemandirian belajar
siswa Kelas VII B SMP Negeri 2 Yogyakarta meningkat.