Menanti Tet es Air

19 bert anam padi dengan cara yang l ebih baik. Dengan il mu pengobat an yang dipel aj ari dari gurunya ia j uga t el ah banyak menolong para penduduk yang menderit a sakit . Penduduk set empat akhirnya menaruh simpat i. Di saat it ul ah Gaf ur baru menawarkan dan mengenal kan keindahan dan kel uhuran agama Islam kepada mereka. Tekuk Penj al in dan anak buahnya dibina di desa it u. Akhirnya mereka menj adi orang baik-baik dan menj adi pel indung desa dari rongrongan para perampok. It ul ah cara dakwah yang dit empuh ol eh Gaf ur yang ol eh Tekuk Penj al in disebut sebagai Sat ria Mega Pet hak at au Sat ria Awan put ih. Seput ih hat i dan sebersih j iwa pemuda dal am menempuh perj al anan hidupnya. Gaf ur sangat t ol eran t erhadap kepent ingan pribadi, pat uh t erhadap aj aran agama. Teguh menj auhi kemungkaran dan t iada hent i-hent inya menegakkan kebenaran yang dinodai sekel ompok orang t ak bert anggung j awab. Gaf ur hanyal ah sal ah sat u di ant ara sekian banyak murid Kakek Bant al yang t inggal di Garawesi at au Gresik. Lal u siapakah si Kakek Bant al it u. “ Ya, siapakah sebenarnya Guru saudara Gaf ur yang disebut Kakek Bant al it u ?” t anya Tekuk Penj al in pada suat u hari. Gaf ur t ersenyum l al u menj awab, “ Kakek Bant al adal ah seorang ul ama besar dari Negeri Seberang. Bel iau t inggal di Jawa, t epat nya di Gresik. Bant al art inya Bumi. Disebut demikian karena bel iau mampu membaur dengan penduduk set empat sehingga bol eh dikat akan sudah membumi dengan l ingkungan dan masyarakat sekit ar. Ada pul a yang mengat akan Bant al adal ah bant al unt uk al as t idur, sebab bel iau sangat beril mu t inggi. Pet uah dan nasehat nya mel egakan semua orang yang mendengarkannya sehingga hat i dan j iwa menj adi t enang, set enang saat mereka t idur nyenyak diat as bant al empuk. ”

2. Menanti Tet es Air

Sej ak kemat ian Maha Pat ih Gaj ah Mada dan Prabu Hayam Wuruk, keraj aan Maj apahit mengalami kemunduran drast is. Berangsur-angsur keraj aan yang dahul u pernah dipersat ukan Gaj ah Mada, mul ai memisahkan diri, baik secara t erang-t erangan maupun dengan sembunyisembunyi. Namun demikian Maj apahit masih merupakan keraj aan t erbesar di Pul au Jawa. 20 Wibawanya masih t erasa kuat di dunia l uar, wal aupun sesungguhnya dari dal am keraj aan it u sudah sangat keropos. Perang saudara ant ara kerabat ist ana t iada hent i-hent inya. Rakyat menj adi korban. Kesengsaraan dan bahaya kel aparan mel anda di mana-mana. Keset iaan para pembesar dan bupat i mulai menipis. Banyak upet i keraj aan yang t idak sampai ke t angan raj a. Kej ahat an mel anda di mana-mana, banyak t indak kekerasan, perampokan dan pencurian. Bahkan banyak sat uan-sat uan t ent ara keraj aan yang mel epaskan diri dan beral ih prof esi sebagai gerombolan perampok yang menj arah hart a benda kaum bangsawan dan rakyat j elat a. Karena t ak ada j aminan st abil it as keamanan maka para penduduk merasa t ak t enang dal am mengol ah l ahan pert anian mereka. Akibat nya bahaya kelaparan mel anda di mana-mana. Dit ambah adanya musim kemarau panj ang di beberapa t empat , maka sit uasi j adi semakin menggenaskan. Di saat demikian sesekal i si Kakek Bant al dan beberapa muridnya mengadakan peninj auan l angsung ke beberapa daerah. Ingin mel ihat sendiri keadaan dan nasib penduduk set empat . Pada suat u hari Kakek Bant al dan l ima orang muridnya sampai di sebuah desa yang t eramat gersang. Hampir t ak ada pepohonan yang hidup. Tanah-t anah yang t erinj ak sangat kering, t ak ada rerumput an sama sekal i. Mereka t erus berj alan hingga t iba di suat u t anah lapang yang cukup l uas. Di t engah-t engah t anah l apang it u nampak pul uhan penduduk sedang berkerumun. Mengelil ingi dua orang pemuda bert ubuh kurus sedang berl aga. Dua orang pemuda it u hanya mengenakan cel ana, t ubuh bagian at asnya t erbuka. Mereka sal ing memukul kan sebat ang rot an ke punggung masing- masing. Set iap pukul an nampaknya disert ai t enaga yang sangat kuat sehingga punggung yang t erkena menj adi mat ang biru bahkan ada beberapa dari mel int ang yang penuh darah. Terus menerus kedua pemuda it u saling menghant amkan rot an dit angannya. Hingga kedua punggung anak muda it u penuh l uka yang mel epuh. Beberapa l el aki yang mengel ilinginya menabuh gending unt uk memberi semangat . Hingga pada akhirnya kedua pemuda it u roboh ke t anah dal am keadaan pingsan. Irama gending segera berhent i. Seorang pendet a berpakaian kuning, yang agaknya menj adi ket ua adat segera memberi perint ah unt uk menyeret kedua pemuda it u kel uar arena. Kemudian pendet a it u menuding ke arah seorang gadis yang sedang dicekal kedua l engannya ol eh dua orang l el aki bert ubuh kekar. “ Bawa kemari anak perawan it u ” Teriak sang pendet a. 21 Kedua l el aki bert ubuh kekar menyeret si gadis ke t engah l ingkaran menusia berkerumun. Di t engah-t engah l ingkaran it u ada bat u alt ar persembahan. “ Jangan Jangan bunuh aku ” t eriak gadis it u ket akut an. Dia berusaha beront ak, namun t enaganya kal ah kuat dibanding ke dua l el aki bert ubuh kekar yang mencekal dan menyeret nya dengan paksa. Si gadis yang sudah diberi pakaian put ih segera dibaringkan di at as al t ar. Empat orang l elaki memegangi kedua t angan dan kakinya yang dipent angkan. Gadis it u meront a-ront a ket akut an. Kakek Bant al makin t ert arik, ia kelima muridnya makin mendekat i kerumunan orang it u. Kini sang pendet a mengangkat t ongkat nya t inggi-t inggi sembari mendongkak ke at as l angit . “ Wahai Dewa Huj an Terimal ah perembahan kami Hent ikan kemarau panj ang ini. Curahkan l impahan airmu ke bumi yang gersang ini ” Demikian t eriaknya berkal i-kal i. Si pendet a t ua segera mendekat i si gadis dengan senyum menyeringai. Ia mel emparkan t ongkat nya lal u mencabut belat i dari balik pinggangnya. Hai perawan suci, serahkan dirimu dengan rel a kepada Dewa Huj an. Sederas darah yang kel uar dari j ant ungmu sederas it u pul a huj an yang akan dit urunkan oleh sang Dewa. Pengorbanan mu t idak akan dilupakan ol eh sel uruh penduduk desa ini ” “ Jaj . . . . . . j angan . . . . . . Aku t idak mau . . . . . . ” rint ih si gadis cant ik dengan t ubuh gemet ar ket akut an. “ Diam ” bent ak l el aki berwaj ah seram yang memegangi t angan si gadis. Waj ah si gadis l angsung mengkeret , pucat pasi. “ Ayo kit a mul ai ” kat a sang pendet a. Keempat l elaki yang memegangi sepasang t angan dan kaki si gadis makin mempererat cekal annya. San pendet a mendekat i al t ar persembahan. Ia mengangkat bel at i it u di at as dada si gadis. Tepat di at as j ant ungnya. Agaknya ia hendak menikam j ant ung si gadis cant ik dengan bel at i it u. “ Berhent i ” t iba-t iba t erdengar seruan l embut namun j el as t erdengar ol eh semua orang. 22 Kakek Bant al dan kel ima orang muridnya menerobos kerumunan orang. Langsung menghampiri si pendet a yang memegang bel at i, siap dihuj amkan ke j ant ung si gadis. “ Unt uk apa gadis ini dikorbankan ?” t anya Kakek Bant al . Kami mengharap t urunnya huj an ” sahut sang Pendet a dengan nada ket us. Dia sangat t idak suka at as kedat angan Kakek Bant al it u. “ Huj an ?” t anya Kakek Bant al . “ Mengharap huj an dengan mengorbankan seorang gadis gadis cant ik ?” “ Ya, hanya dengan mengorbankan gadis it u kepada Dewa Huj an maka kami akan mendapat air. ” Sahut sang pendet a. “ Sudah berapa kal i acara sepert i ini dil akukan ?” t anya Kakek Bant al l agi. Sang pendet a t idak segera menj awab. Dia t idak suka urusannya dicampuri orang l ain. Maka ia segera memberi isyarat agar kedua orang kaki t angannya yang bert ubuh kekar unt uk mengusir Kakek Bant al. Dua orang bert ubuh kekar segera menghunus goloknya masing-masing l al u menghampiri Kakek Bant al . Tanpa basa-basi mereka l angsung mengayunkan goloknya unt uk membel ah kepal a Kakek Bant al. Namun sungguh aneh. Saat keduanya mengangkat gol ok, t iba-t iba gerakannya t erhent i. Mereka berdiri kaku dengan gol ok di t angan sedang t erangkat t inggi-t inggi. Sang pendet a t erbelal ak menyaksikan hal it u. Namun ia t ak mau rencananya berant akan. Segera dit ikamnya bel at i yang dipegangnya ke j ant ung si gadis cant ik. Namun ia bert eriak kaget . Tangannya t ak dapat digerakkan unt uk mel uncurkan bel at i it u ke dada si gadis. “ Kau . . . . . . ? Kau . . . . . . ?” t eriak sang pendet a sembari menuding ke arah Kakek Bant al . ” Mau apa kau mengganggu j al annya upacara ini ?” 23 Kakek Bant al dan kel ima muridnya maj u ke t engah arena. “ Maaf kisanak, sudah berapa kali kau korbankan gadis-gadis suci it u kepada Dewa Huj an ?” t anya Kakek Bant al . “ Sudah dua kal i ” j awab pendet a dengan sengit . “ Hem, dua kal i, “ ul ang Kakek Bant al . ” Jadi sudah dua j iwa mel ayang sia-sia ” “ Pengorbanan mereka t idak sia-sia, “ Tukas pendet a t ua. “ Apakah dengan mengorbankan kedua gadis t adi huj an sudah t urun ke desa ini ?” t anya Kakek Bant al . Pendet a t ua t idak segera menj awab, t et api orang yang berkerumun t anpa dapat dicegah l agi menj awab dengan serent ak, “ Bel um …… “ . Waj ah sang pendet a nampak j adi beringas mendengar j awaban orang-orang desa it u. Dengan l ant ang ia berkat a, “ Huj an bel um t urun karena pengorbanan baru dil akukandua kal i. Dewa Huj an akan menerima pengorbanan yang dipersembahkan t iga kal i. Barul ah sesudah it u huj an akan dit urunkan ” Bagaimana j ika pengorbanan dil akukan ket iga kal inya t et api huj an bel um t urun j uga? Tanya Kakek Bant al. Merah padam waj ah sang pendet a. Dia memberi isyarat kepada dua l el aki kekar dibel akangnya unt uk meringkus Kakek Bant al yang dianggapnya sebagai pengacau. Dua l el aki it u, yang agaknya adalah pengikut set ia sang pendet a segera bergerak maj u. Mereka bermaksud menghaj ar Kakek Bant al hingga babak bel ur. Tapi sungguh aneh, sepasang kaki mereka t iba- t iba t erasa kej ang t anpa ada sebabnya. Keduanya melol ong kesakit an sembari memegangi pahanya. 24 “ Kau bermaksud menent ang kami hai orang asing ” bent ak pendet a t ua. ” Kau sengaj a mengganggu upacara kami ” “ Aku t idak bermaksud mengganggu. uj ar Kakek Bant al . “ Aku dan kel ima muridku bermaksud menolong orang-orang desa ini. ” “ Puih ” pendet a t ua meludah sambil bert ol ak pinggang. ” Apa yang dapat kau berikan kepada warga desa ini ?” “ Apa yang kal ian inginkan dari kami ?” Kakek Bant al bal ik bert anya. “ Huj an Kami mint a huj an ” j awab para penduduk desa serent ak. “ Cuma huj an ?” uj ar Kakek Bant al . Huh ” Dengus pendet a t ua. ” Lagak bicaramu seolah dunia ini berada dal am genggamanmu Coba t urunkan kal au kau bisa. Tapi ingat , j ika kau gagal melakukannya maka kami t ak segan- segan akan membunuhmu, karena kau berani mengganggu upacara kami ” “ Jika Al l ah mengij inkan maka huj an pun akan segera t urun ” kat a Kakek Bant al dengan t enang. “ Al l ah ? Siapa Al l ah ?” t anya pendet a t ua. ” Mengapa mint a ij in segal a kepadanya ?” “ Al l ah adal ah Tuhan yang mencipt akan l angit dan bumi besert a segal a isinya. Termasuk yang mencipt akan kit a semua, ” Uj ar Kakek Bant al . “ Sudah Jangan bicara Jika kau memang bisa menurunkan huj an cepat l akukan saj a ” bent ak pendet a t ua. 25 “ Bol eh saj a, t api dengan syarat , j ika kami bisa menurunkan huj an aras ij in All ah, maka kal ian harus membebaskan gadis it u ” kat a Kakek Bant al . “ Unt uk apa ?” t ukas pendet a t ua. ” Kedua orang t ua gadis it u sudah mat i. Dia t ak punya sanak kadang, sudah pant as j ika dia t erpil ih sebagai persembahan unt uk Dewa Huj an ” Kakek Bant al menghadap ke arah kerumunan orang-orang desa, kemudian bert anya, Kalau kami dapat menurunkan huj an. Maukah kal ian membebaskan gadis it u ?” “ Mauuuuu …… ” j awab orang-orang desa dengan serent ak. “ Terima kasih, ” j awab Kakek Bant al . ” Dal am aj aran agama kami, seorang anak yang dit inggal mat i kedua orang t uanya disebut yat im piat u. Tidak bol eh disia-siakan dan dit el ant arkan, mel ainkan harus disant uni dan diperhat ikan nasibnya. Bukannya dikorbankan kepada Dewa Huj an ” Para penduduk desa nampak t ercenung mendengar ucapan Kakek Bant al . Sement ara Kakek Bant al dan kel ima muridnya yang sel alu berusaha dal am keadaan suci t ak bat al wudhu’ nya segera melaksanakan shalat ist isqo’ dan berdoá dengan khusyu’ nya. Tak berapa l ama kemudian, l angit t iba-t iba berubah menj adi hit am ol eh mendung yang berarak. Dan huj an t urun dengan derasnya. Membasahi bumi yang kering keront ang. Semua orang yang berkumpul l angsung bersorak-sorai kegirangan. Hanya pendet a t ua dan keempat l el aki yang masih memegangi t angan dan kaki gadis yang berdiam diri dal am keangkuhannya. “ Sihir Past i kal ian mempergunakan il mu sihir, “ t eriak pendet a t ua, “ Huj an it u t idak nyat a, hanya khayalan saj a ” Kakek Bant al segera menghampiri pendet a t ua sembari berkat a, “ Kisanak, sihir it u t erl arang bagi orang Isl am. Kami t idak bol eh mempel aj arinya apal agi mengamal kannya. Huj an ini adal ah nyat a rahmat dari Al l ah yang mencipt akan l angit dan bumi ” 26 Agaknya pendet a t ua it u t ak mau mengakui kenyat aan yang ada. Dia memberi isyarat kepada keempat anak buahnya yang memegangi si gadis cant ik unt uk mel epaskannya dan segera mengikut i l angkahnya pergi meninggal kan desa it u. Ket ika huj an sudah reda, orang-orang yang bersor ak sorai kegirangan segera menj at uhkan diri berl ut ut di hadapan Kakek Bant al dan kel ima muridnya. Termasuk si gadis cant ik yang hampir saj a dikorbankan nyawanya ol eh pendet a t ua. “ Bangunl ah Kisanak semua ” kat a Kakek Bant al . “ kal ian t idak bol eh bersuj ud kepada sesama manusia. Hanya Tuhan Al l ah yang pant as kal ian sembah dal am suj ud. ” Set el ah mendengar ucapan Kakek Bant al , semua orang segera bangkit unt uk bersil a, sal ah seorang dari mereka yang nampaknya berusia l anj ut berkat a, “ Kami sangat bert erima kasih kepada Tuan, karena Tuan t el ah menol ong kami menurunkan huj an yang t el ah l ama kami t unggu-t unggu. Bol ehkah kami mint a diaj arkan t at a cara memint a huj an sepert i t adi ?” Ya ” sahut penduduk l ainnya. “ Aj arkan kepada kami cara menurunkan huj an t anpa mengorbankan manusia ” Kakek Bant al t ersenyum arif . Orang-orang desa it u t el ah manaruh simpat i kepadanya. Rasa simpat i it ul ah modal ut ama unt uk memperkenal kan aj aran Isl am kepada mereka. “ Kal au kal ian ingin diaj ari cara mint a huj an sepert i t adi, ” kat a Kakek Bant al . “ Maka kal ian harus mengenal dan mempel aj ari dul u agama Isl am. Maukah kal ian ?” “ Mauuuuuu . . . . . . j awab para penduduk dengan serent ak. Demikianl ah, sel ama beberapa hari Kakek Bant al t inggal di desa it u. Membimbing para penduduk desa unt uk mempel aj ari agama Isl am sesuai dengan t ingkat pemahaman mereka sel aku orang awam. Sel anj ut nya Kakek Bant al meneruskan perj al anan pul ang ke Gresik. Ia t elah menugaskan dua orang muridnya yang ahl i dal am mengol ah l ahan pert anian dan bangunan unt uk membimbing penduduk desa it u. Sehingga t erbinal ah imam dan t araf hidup penduduk desa it u. 27 Pada set iap desa yang dilal uinya Kakek Bant al selal u berbuat kebaj ikan. Jika dipandang perl u unt uk menempat kan muridnya di desa yang disinggahi maka murid it upun dit ugaskan unt uk membimbing penduduk desa yang dil al uinya. 3. Siapa Kakek Bantal?