BUKU | SAIDNA ZULFIQAR BIN TAHIR (VIKAR) kisah wali songo

(1)

Kisah Wal i Songo

Sumber :

http:/ / dimhad. 6te. net

Bab I

Pendahuluan

Pada era gl obal isasi ini, hampir semua bidang kehidupan rakyat Indonesia yang mayorit as beragama Islam t el ah dirambah ol eh bangsa lain, t erut ama bangsa barat yang not e bene bukan Isl am bahkan cenderung t idak menghiraukan norma-norma agama.

Pest a f ilm dari Hol l ywood t idak lagi harus dit ont on melal ui layer perak di gedung bioskop, mel ainkan l angsung masuk ke dal am rumah dan di sodorkan di hadapan anak-anak dan generasi muda kit a. Kit a sudah t ahu j enis hiburan apa saj a yang disaj ikan para produser Hol l ywood unt uk meracuni benak dan cara berpikir generasi muda di Indonesia ini.

Pornograf i, kekerasan dan t indak ant i sosial l ainnya. Ironisnya hal it u t ernyat a mal ah akrab dengan hidup keseharian kaum muda kit a. Mereka l ebih suka menikmat i f il m-f ilm import ket imbang f il m buat an dalam negeri.

Bel um l agi j al ur Int ernet yang bebas sensor memasuki l ayar komput er kit a. Dari int ernet t ersebut seorang pelanggan dapat mel ihat t ampilan maj al ah porno dan sekal igus mengcopy gambar-gambar bebas aurat t ampa dikenakan sanksi apapun.

Jal ur Int ernet bisa bermanf aat bagi kit a, t erut ama para mahasiswa kit a yang duduk diperguruan t inggi, karena mereka dapat menyerap inf ormasi dengan biaya murah dalam wakt u cepat . Tapi sisi negat if dari masuknya int ernet , f il m asing, budaya asing dan sebagainya t et ap dapat membahayakan generasi muda kit a.

Karena it u kit a t ak usah heran bil a membaca surat kabar di Surabaya yang menampil kan art is penari t el anj ang sedang berpose bersama pengunj ung suat u cl ub karaoke.


(2)

It ul ah bukt i int ervensi budaya asing yang t ak dapat disaring dan dibendung l agi ol eh orangorang yang t idak beriman.

Kami sengaj a menyusun buku Wal i Sanga ini adalah dengan harapan agar para orang t ua, para guru dan para penul is scenario maupun penul is buku l ainnya mempunyai wawasan l ebih luas. Bet apa banyak sebenarnya budaya, legenda dan cerit a rakyat Isl ami yang pant as dikemas dengan penampilan canggih unt uk dit ampil kan kepermukaan agar memikat , menarik perhat ian generasi muda sehingga mereka bercermin diri dam merasa bangga. Oh, t ernyat a ada j uga kisah yang pant as dikagumi dan dit eladani.

Buku yang berisi riwayat para penyebar agama Isl am di Nusant ara ini, dimaksudkan sebagai masukan dat a, sumber inspirasi para penul is scenario drama, sinet ron, f ilm dan sebagainya unt uk dit ampil kan l agi dengan suasana yang l ebih memikat di hat i para permisa.

Para Wal i t ersebut , kebanyakan sakt i, berkaromah, l ebih hebat ket imbang Pendekar Ul at Sut ra maupun Pemanah Burung Raj awali. Para Wali bersif at l uwes, t egas, agung, berwibawa, bel as kasih, dan t el at en dal am membina masyarakat yang masih awam maupun masyarakat yang sudah mapan pengal amannya t erhadap penget ahuan agama.

Kami t idak hanya menul iskan t ent ang riwayat Wal i Sanga it u sendiri, mel ainkan j uga menenul iskan riwayat sebagaian murid-murid dan orang-orang t erkenal yang erat kait annya dengan sej arah hidup Wal i Sanga.

Kaum orient alis dan mereka yang memusuhi Isl am t el ah menuduhkan suat u kebohongan besar at as sej arah Wal i Sanga, ini dapat kit a lihat pada di al og ant ara Sunan Kal ij aga dengan Prabu Brawij aya yang t ermuat dal am Serat Darmo Gandul . Di sit u penul is Darmo Gandul sengaj a mel ecehkan aj aran-aj aran agama Isl am dan mendiskredit kan Raden Pat ah sel aku Sul t an Demak Bint oro sebagai anak durhaka karena berani menyerang ayahandanya sel aku Raj a Maj apahit . Padahal Maj apahit bukannya j at uh ol eh Demak, melainkan ol eh seorang raj a Kel ing at au Kediri. Baru sesudah it u pihak Demak yang not e bene pewaris Keraj aan Maj apahit menyerang Raj a Girindrawardhana dari Kediri.

Ada j uga dat a nyl eneh dari Babad Tanah Jawa yang harus kit a waspadai sebagai penyusupan t angan-t angan j ahil at as kesucian diri para Wali.


(3)

kami mengada-ada, t et api menampilkannya kembal i dari sudut pandang yang berbeda. Dan j el as akan menyimpang dari l it erat ure yang ada.

Para Wal i sama sekal i t idak menggunakan kekerasan unt uk berdakwah. Mereka menempuh j al an damai, dakwah bil hal , dengan t ingkah laku dan perbuat an mereka sendiri yang sesuai denga aj aran Isl am. Sehingga t ampakl ah mut u dan ket inggian agama Isl am yang sangat demokrat is it u.

Mereka j uga memanf aat kan media masyarakat pada saat it u sebagai sarana penunj ang dakwah. Mereka berusaha keras mencipt akan budaya baru yang penuh kreat if it as sehingga l ahirl ah aneka j enis mainan dan dol anan anak-anak yang bernaf askan f al saf ah Isl ami, baik berupa t embang at au l agu, gending t arian dan aneka j enis permainan l ainnya.

Mereka j uga mencipt akan sast ra Jawa yang sangat t inggi nilai est et is dan f alsaf ahnya, sepert i Sul uk, l akon Wayang Caranga Dewa Ruci, dan beberapa karya sast ra l ainnya. Kisah perj uangan mereka sangat unit . Pada saat berhadapan dengan rakyat j elat a, rakyat awam, orang-orang sakt i, para sarj ana (Brahmana dan pendet a Budha) maupun ket ika berhadapan dengan para penguasa.

Kit a menuj u keberhasil an mereka pant as kit a renungkan, kit a j adikan pij akan unt uk mel angkah di j aman modern ini dengan t ant angan dakwah yang berbeda namun pada hakekat nya sama yait u MENGEMBANGKAN AGAMA ISLAM di daerah masing-masing.

Maul ana Mal ik Ibrahim, also known as Syekh Maghri bi, is generally considered t o be t he 'f at her' of t he Wal i Songo. Lit t l e is known about his origins, al t hough it has been suggest ed t hat he came eit her f rom Persia, Turkey, or Nort hern Indi a. A possibl e dat e f or his arrival in Java is A. D. 1404. As one of Indonesia's pioneers in t he spreading of t he Isl amic f ait h, he was based in East Java and at t ract ed convert s in t he region of Gresik, where he died in 822 H. (A. D. 1419). His t ombst one is of part icul ar int erest , since it was not made l ocal l y but ordered and shipped t o Java f rom Guj arat in nort h west ern India. The st one, carved f rom whit e marbl e and int ricat el y inscribed wit h Arabic l et t ers, is one of a very f ew which have f ound t heir way t o Indonesia. Ot her examples are known t o exist in Pal embang and in t he Nort h Sumat ran province of Aceh.

*****


(4)

Bab II

Sunan Gresik/ Maul ana Mal ik Ibrahim

1. Satria Mega Pethak

Siang yang t erik. Mat ahari memanggang bumi yang gersang di desa Tanggul angin.

Dari uj ung desa nampak serombongan orang berkuda bersorak-sorai meneriakkan kat a-kat a kasar dan kot or. Mereka memacu kudanya dengan kecepat an t inggi.

Penduduk desa, t erut ama wanit a dan anak-anak yang berada di luar rumah, langsung bert eriak ket akut an dan masuk ke dal am rumah masing-masing ket ika mel ihat gerombol an orang berkuda it u memasuki j al anan desa.

Gerombol an orang berkuda it u ada sekit ar dua pul uh orang, t erus memacu kudanya hingga ket engah-t engah perkampungan penduduk. Dua or ang berada di barisan t erdepan mengangkat t angannya t inggi-t inggi sebagai pert anda agar mereka yang dibelakangnya berhent i.

Agaknya dua orang yang berada pal ing depan it u adal ah pemimpinnya. Yang pert ama t ubuhnya t inggi besar, berewokan, ada membawa t anda t ent ara keraj aandi dadanya namun t anda it u dikenakan enaknya saj a t anpa mengindahkan at uran sat uan pasukan. Yang seorang l agi bert ubuh sedang bahkan agak kurus, namun pakaiannyal ebih bersih dan rapi. Hanya saj a pakaian yang dikenakannya adal ah pakaian biasa pakaian para pet ani perdesaan.

Del apan bel as orang di bel akang l ebih parah l agi. Pot ongan mereka memang sepert i praj urit keraj aan, t api cara berpakaian mereka sudah t idak keruan.

“ Hai penduduk Tanggul angin! ” t eriak si t inggi besar dan berewokan dengan kerasnya. ” Aku Jul ung Puj ud ! Kuperint ahkan kal ian menyerahkan hart a benda yang kal ian punyai di pelat aran rumah masing-masing. Jika t idak ! Sel uruh desa ini akan kurat akan dengan t anah, kubakar habis rumah kalian ! ”


(5)

Tak ada reaksi maupun j awaban. Rumah para penduduk t et ap t ert ut up rapat . Tak seorangpun berani menampakkan diri.

Waj ah si penunggang kuda berpakaian pet ani nampak murung mendengar ucapan orang yang menyebut dirinya Jul ung Puj ud it u. Namun dia hanya dapat menghel a naf as panj ang. “ Sampai kapan ini akan berl angsung ………. ?” Gumannya l irih. Sebenarnya aku sudah muak mel akukannya. ”

“ Hei, Tekuk Panj al in ! “ Tegur Jul ung Puj ud. ” Kau barusan bicara apa ?”

“ Tidak apa-apa, “ Sahut Tekuk Panj al in. ” Tak usah dihiraukan.

“ Jangan macam-macam, ” t ukas Jul ung Puj ud. ” Kit a harus mel akukannya. Terus mel akukannya hingga hart a kit a t erkumpul banyak dan nant inya dapat kit a gunakan unt uk bersenang-senang hingga t uj uh t urunan . ”

Orang yang disebut Tekuk Panj al in hanya berdiam diri. Beberapa saat kemudian, karena t ak ada j awaban dari penduduk set empat . Waj ah Jul ung Puj ud nampak merah padam.

“ Kurang aj ar ! ” Bent aknya marah. ” Di desa manapun orang akan membungkuk-bungkuk dan menyembah kakiku j ika mendengar namaku disebut . Tapi kal ian penduduk Tanggul angin t idak memandangku sebel ah mat a. Baik ! Kal ian memang perl u diberi pel aj aran! ”

Ia menol eh kepada anak buah yang berada di belakangnya.

“ Nyalakan obor ! ” Perint ahnya. “ Bakar semua rumah desa ini ! ”

Beberapa orang segera t urun dari kuda unt uk menyal akan obor yang sudah mereka siapkan. Lal u naik l agi ke at as kuda beberapa rekannya yang l ain t inggal menyahut kan api pada obor it u. Dal am t empo singkat t iga bel as orang it u sudah memegang obor menyal a di t angan kanan. Sement ara t angan kirinya t et ap memegang kendal i kuda.


(6)

Kini mereka mul ai mendekat i rumah-rumah penduduk. Siap menyul ut kan api ke dinding-dinding rumah yang t erbuat dari kayu dan berat apkan il alang.

Sepasang mat a Jul ung Puj ud t iba-t iba menat ap l urus ke arah sebuah bangunan aneh. Sebuah rumah t erbuat dari dinding kayu berat apkan gent eng. Nampaknya baru saj a didirikan di sebelah barat pusat perkampungan. Sepasang mat anya yang t aj am dapat mel ihat sekel ompok orang sedang duduk bersila dengan mul ut komat kamit .

Jul ung Puj ud segera mendekat i bangunan baru it u. Sepert inya Sanggar Pemuj aan. Tapi makin dekat hat inya makin yakin j ika bangunan it u bukan t empat beribadahnya orang-orang beragama Hindu maupun Budha.

Tepat pada saat it u orang yang duduk di bagian pal ing depan mengorak sil a, berdiri dan mengaj ak orang-orang yang berada di bel akangnya unt uk kel uar menemui Julung Puj ud.

“ Hoooo ! Jadi kal ian berkumpul dan bersembunyi di t empat ini. Apa yang kal ian rundingkan. Mau mel awanku ?” t anya Jul ung Puj ud dengan suara mengej ek.

Seorang pemuda berusia dua pul uh l ima t ahun maj u menghampiri Jul ung Puj ud yang masih duduk di at as kudanya. Waj ahnya bersih bercahaya. Kepal anya dibungkus dengan kain put ih hingga sebagian rambut nya t ak kel ihat an kecual i di dekat pel ipis dan t el inga.

“ Ki Jul ung Puj ud ! ” t egur pemuda it u dengan suara mant ap. ” Sudah l ama kudengar nama dan sepak t erj angmu ! Sungguh sangat kebet ul an sekal i sekarang dapat bert emu denganmu. Mana anak buahmu ?”

Jul ung Puj ud mendelik. Hampir saj a sepasang mat anya meloncat kel uar saking marahnya. Baru kal i ini ada seorang penduduk berani berkat a sepert i kepada dirinya.

Biasanya mereka t ak berani menat ap waj ahnya, menunduk bahkan menyembah-nyembah.


(7)

Pemuda it u mal ah menat ap l ekat kearah Jul ung Puj ud. Lal u gant i ke arah l elaki di sampingnya yait u Tekuk Penj al in yang lebih suka berdiam diri dan nampaknya l ebih t enang.

Tak ada rasa t akut maupun gent ar. Julung Puj ud benar-benar merasa dil ecehkan.

Ki Jul ung Puj ud ! Sebagian orang memang t akut kepadamu. Terut ama wanit a yang l emah dan anak-anak. Tet api t adi kami berkumpul di surau bukannya bersembunyi. Mel ainkan sedang mengerj akan shal at dhuhur ! ” j awab pemuda t ampan it u.

Jul ung Puj ud menol eh ke arah Tekuk Penj al in yang t et ap berdiam diri namun sepasang mat anya menat ap t aj am-t aj am ke arah si pemuda.

“ Hem, akhirnya kit a ket emu macan j uga rupanya, “ Guman Tekuk Penj al in l irih.

“ Macan ?” t ukas Jul ung Puj ud. “ Masih perl u dibukt ikan l agi, apakah dia seekor macan at au sekedar kucing buduk dan anj ing kurap yang biasanya Cuma mengonggong ! ”

“ Bukt ikanl ah ! sahut Tekuk Penj al in t anpa basa basi.

“ Baik, panggil anak buah kit a supaya dapat menyaksikan bagaimana caranya aku menggebuk anj ing muda-muda ini supaya l ari t erkaing-kaing ! ” kat a Jul ung Puj ud sembari melompat dari at as kuda dan l angsung hinggap di hadapan si pemuda t ampan.

Tekuk Penj alin memut ar kudanya dan segera memacu ke arah anak buahnya yang sudah bersiap-siap hendak membakar rumah-rumah penduduk.

Cepat berkumpul . Buang obor kal ian ! Kit a bakal menyaksikan pert andingan menarik! ” t eriak Tekuk Penkal in begit u melihat anak buahnya.


(8)

Maka del apan bel as orang berkuda it u segera mengikut i l angkah kaki kuda Tekuk Penj al in unt uk menuj u ke t empat Jul ung Puj ud sedang berhadapan dengan si pemuda t ampan.

“ Anak muda ! ” hardik Jul ung Puj ud. ” Sebel um nyawamu l epas dari badan. Kat akan siapa namamu supaya orang-orangku menget ahui bahwa pernah ada seorang anak muda berani coba-coba mel awanku, dan akhirnya bernasib sial ! ”

“ Namaku Ghaf ur ! Tet api l idah orang-orang j awa memanggil ku Gapur. Kuperingat kan kepadamu, t inggal kan dunia kej ahat an, j adi l ah orang baik-baik sebel um t erl ambat ! ”

“ Hoo! Jadi namamu Kapur ?” ej ek Jul ung Puj ud” Pant as waj ah dan kul it mu put ih sepert i mayat . Dan memang kau akan segera j adi mayat ! ”

Tepat pada saat it u Tekuk Penj al in dat ang bersama t iga belas orang anak buahnya.

“ Hem, ” uj ar Tekuk Penj al in. “ Jadi kaupun ikut -ikut an j adi anj ing, Puj ud ? Apakah kaupun hanya akan mengaj ak anak muda it u unt uk sal ing mengonggong ?”

Jul ung Puj ud mel irik ke arah Tekuk Penj al in dengan hat i mendongkol .

“ Penj al in ! Aku hanya sekedar mengisi wakt u unt uk menunggu kedat anganmu ! ” uj arnya pedas.

“ Nah, mul ai meraung l agi. Kenapa t idak l ekas kau bikin modar anak muda it u ?” t ukas Tekuk Penj al in.

Sement ara it u pemuda bernama Gaf ur segera melipat l engan baj unya yang panj ang.


(9)

‘ sebenarnya aku pal ing benci menggunakan kekerasan. Tapi kepal a kal ian memang kepal a bat u yang pat ut dipukul dengan t angan besi ! ” uj ar Gaf ur.

“ Hiaaaaat ! ” Tanpa basa basi l agi karena mal u t erus diej ek Tekuk Penj al in, l el aki berewokan it u menerj ang maj u ke arah Gaf ur. Sepasang t angannya membent uk cakar raj awali di arahkan ke waj ah Gaf ur yang put ih bersih.

Semua orang, t erut ama para pendududk desa yang berdiri di bel akang Gaf ur bert eriak kaget . Sebab Gaf ur sepert inya t ak bereaksi, hanya diam saj a, Seolah membiarkan Jul ung Puj ud menampar dan mencakar waj ahnya begit u saj a.

“ Pl ak ! Dess ! ” t ernyat a t idak. Begit u j arak serangan t inggal sekil an (kurang l ebih 10 cm) Gaf ur menangkis t angan yang hendak mencengkeram waj ahnya bahkan l angsung balik mengirim serangan dengan menendang dada Jul ung Puj ud.

Jul ung Puj ud mengaduh kesakit an dengan t ubuh t erdorong ke bel akang beberapa l angkah. Dadanya t erasa bagai di hant am pal u godam pul uhan kil o. Benar-benar kecel e.

Sudah diperhit ungkan, mel ihat keberanian si pemuda t ent ul ah Gaf ur it u mempunyai sedikit kepandaian. Tapi sungguh t ak di sangkanya j ika kepandaian ilmu sil at si pemuda demikian t ingginya sehingga sekali gebrak dia dibiki n mundur sempoyongan dengan dada ampek.

Tadinya ia berharap akan meringkus pemuda it u dengan sekali serangan saj a. It u sebabnya dia l angsung mengerahkan j urus Raj awali Sakt i t ingkat ke del apan bel as. Dia ingin mencengkeram dan l angsung memut ar l eher Gaf ur, sekal i pel int ir put usl ah nyawa pemuda it u.

Tapi siapa sangka keadaan j adi t erbalik. Just ru dia yang t erkena t endangan t el ak. Kini dengan waj ah merah padam Julung Puj ud langsung mencabut golok di pinggangnya. Dan dengan t eriakan menggunt ur dia merangsak l agi ke depan. Menebaskan gol oknya ke arah perut Gaf ur. Namun dengan mudahnya pemuda it u berkel it ke sana kemari.

Semua serangan Jul ung Puj ud hanya mengenai t empat kosong. Keringat dingin segera membasahi waj ahnya. Ia merasa mal u dan penasaran. Tekuk Penj al in j uga merasa t erkej ut .


(10)

Dia adalah seorang pendekar kawakan. Bel um pernah dia mel ihat kecepat an gerak seorang pesilat sepert i Gaf ur. Ia t erus memperhat ikan cara-cara Gaf ur mengel ak dan bal as menyerang.

Akhirnya dia dapat menyimpul kan ciri khas dari ilmu sil at yang dimil iki pemuda it u.

“ Lembu Sekilan ………. ?” t eriaknya agak ragu.

Jul ung Puj ud yang mendengar t eriakan Tekuk Penj al in t erkej ut sekal i. Lembu Sekil an adalah il mu t ingkat t inggi. Tak sembarang orang mampu mempel aj ari ilmu it u. Tapi Gaf ur yang berusia semuda it u sudah menguasainya dengan baik. Sehi ngga set iap serangan yang dil ancarkan t idak akan pernah menyent uhnya. Sel al u berj arak kurang dari sekilan dari sasaran. Tiga pul uh j urus t el ah berl alu. Sel ama ini Gaf ur l ebih banyak mengalah. Ia l ebih sering mengel ak at au menangkis, hanya sesekal i bal as menyerang dengan t enaga biasa.

Sement ara Jul ung Puj ud sangat bernaf su merobohkan at au membunuh pemuda it u dengan sel uruh kemampuan yang ada. Ia t el ah mengerahkan semua il munya. Baik ilmu yang dipel aj arinya dari sat uan pasukan elit e Maj apahit maupun il mu kot or dengan j urus-j urus kej i yang penuh gerak t ipuan. Semua it u t ernyat a t ak mampu dipergunakan unt uk menyent uh t ubuh Gaf ur.

“ Dasar t ak t ahu diri ! ” t iba-t iba Tekuk Penj al in angkat bicara. “ Kal au mau sebenarnya sudah mampu mencabut nyawamu sej ak t adi ! ”

Jul ung Puj ud makin panas mendengar ej ekan rekannya it u. Tekuk Penj al in memang selal u j adi saingannya dal am segal a hal . Il mu mereka berimbang t api Tekuk Penj al in nampak l ebih t enang dan penuh perhit ungan. Tak gampang t erbawa arus naf su amarah yang merusak segal a pert imbangan akal sehat . Kini Jul ung Puj ud menyerang Gaf ur dengan membabi but a. Hingga suat u ket ika Gaf ur merasa sudah saat nya member ikan pel aj aran kepada pemimpin gerombol an perampok it u.

“ Trang ! Desss ! Desss ! ”


(11)

Gaf ur yang dil ancarkan secara berunt un. Tubuh Jul ung Puj ud t erj ungkal ke bel akang dengan t erj embab ke t anah dengan keras sekal i. Mul ut nya mengel uarkan darah segar. Naf asnya t erengah-engah. Tiga bel as anak buahnya hanya memandanginya dengan bengong, t ak t ahu apa yang harus dil akukannya.

Gobl ok ! ” umpat nya dengan naf as t ersenggal . “ Mengapa kalian diam saj a. Cepat serbu bangsat it u ! Bunuh dia ! ”

Del apan belas praj urit it u l angsung t urun dari kudanya masing-masing. Dengan menghunus gol ok di t angan mereka menyerbu ke arah Gaf ur.

Namun pul uhan penduduk yang t adinya hanya berdiri di belakang Gaf ur segera mengambil senj at a seadanya. Dan mereka segera menyerbu ke arah kawanan perampok yang hendak mengeroyok Gaf ur.

Ternyat a ada beberapa pemuda desa yang t el ah mempunyai kepandaian il mu silat . Dan cukup membuat kawanan rampok it u repot mel adeni serangannya. Bel um l agi puluhan penduduk yang menyerang dengan nekad dengan senj at a parang, gol ok, t ombak, cangkul , t ongkat penumbuk padi, l emparan bat u dan sebagainya.

Sel ama menj arah desa pul uhan kal i bel um pernah kawanan rampok it u mendapat perlawanan sesengit ini. Biasanya para penduduk desa sudah mengkeret begit u mendengar gert akan mereka. Tak ada yang berani melawan.

Apa yang dikat akan Tekuk Penj al in bahwa mereka sedang bert emu dengan macan rupanya benar-benar menj adi kenyat aan. Sel uruh penduduk desa Tanggul angin agaknya t el ah berubah menj adi sekawanan harimau t erl uka. Siap menerkam siapa saj a yang coba-coba mengusik ket enangannya. Jul ung Puj ud mel angkah t ert at ih-t at ih ket epian. Menj auhi pert empuran. Mendekat i kudanya yang dit ambat kan pada sebat ang pohon sawo. Sement ara delapan bel as anak buahnya bert arung sengit dengan pul uhan penduduk desa. Tekuk Penj al in l angsung mel oncat ke depan Gaf ur.

“ Senang sekal i bert emu denganmu anak muda. ” Kat anya dengan waj ah berseri-seri.


(12)

Habis berkat a demikian dia l angsung mel ancarkan serangan dari j arak j auh.

Serangkum hawa panas mel uncur ke dada Gaf ur. Pemuda it u, sudah merasakan kesiuran angin sebel um t enaga dalam yang dil ancarkan Tekuk Penj al in mengenai t ubuhnya. Cepat ia membaca beberapa ayat Al -Qurán. Kedua t el apak t angannya dibent angkan lebar-l ebar unt uk menangkis.

“ Wesssss . . . ! Hiaaaaat ! Tap ! ”

Cerdik sekal i Tekuk Penj al in. Ia sudah menduga serangannya bakal membalik. Maka dia mel oncat t inggi-t inggi ke arah pohon mangga. Dan hinggap disal ah sat u dahannya. Gaf ur memandangnya sej enak. Kemudian menol eh ke arah penduduk desa yang sedang bert empur mel awan kawanan perampok. Ia mengerut kan dahi. Buas dan brut al sangat cara para perampok it u bert empur. Beberapa penduduk berhasil dil ukainya, bahkan ada l ima orang penduduk yang sudah roboh di at as t anah dengan l uka parah t erbabat gol ok.

“ Aku t ak bisa membiarkan ini t erj adi. ” Gumannya l irih. Lal u meloncat ke arah Tekuk Penj al in yang masih t ert engger diat as dahan pohon mangga.

Tampa diduga t iba-t iba Tekuk Penj al in menyambit kan sebuah daun ke arahnya. Gaf ur berj umpal it an di udara beberapa kal i unt uk menghindari daun mangga yang mel uncur bagai sebat ang anak panah.

“ Tasss ! Jreppp ! ”

Gaf ur berhasil menghindari sembit an daun mangga yang t el ah diisi dengan t enaga sakt i. Daun it u mengenai bat ang pohon pisang di sebelahnya, t embus dan mel uncur l agi ke arah bat ang pohon kel apa. Ambl as dan menancap do bat ang pohon kel apa it u.

Gaf ur bergidik ngeri. Bagaimanakah j ika daun it u mengenai t ubuhnya ?


(13)

Nal urinya berkat a l awannya kal i ini bukan sembarang orang. Mel ainkan l awan t angguh yang mempunyai il mu sangat t inggi. Ia sudah berhasil hinggap di salah sat u dahan pohon mangga, t epat diseberang Tekuk penj al in.

“ Ki Tekuk Penj al in, andika seorang pendekar perkasa, “ Tegur Gaf ur dengan sopan sekal i. “ Mengapa harus berloncat an ke dahan pohon sepert i t upai ? Mari kit a t unt askan pert arungan ini di at as t anah. ”

“ Kau t akut bert empur di at as pohon ? Ej ek Tekuk Penj al in.

“ Andika sal ah sangka. Saya hanya t idak mau merusak pohon ini t anpa suat u alasan yang benar. Kasihan penduduk desa yang t el ah menanamnya dengan susah payah sel ama pul uhan t ahun” uj ar Gaf ur dengan suara dat ar.

Tekuk Penj al in mel angak. Hanya sebat ang pohon mangga. Pemuda it u demikian menghargainya. Ia merasa mal u karena sel ama bert ahun - t ahun membunuh dan memperl akukan manusia bagaikan barang yang t idak berharga.

“ Baikl ah, kut urut i apa maumu ! ” kat a Tekuk Penj al in sembari mel ayang t urun. Dengan ringan t ubuhnya hinggap di at as t anah.

Gaf ur mel akukan hal serupa. Bahkan gerakannya membuat Tekuk Penj al in t ercekat .

Cepat bagai kil at namun indah bagaikan sehel ai daun kuning j at uh ke t anah.

“ Nah, maj ul ah anak muda ! ” t ant ang Tekuk Penj al in.

Gaf ur memang bermaksud segera menyudahi pert empuran it u. Ia merasa kasihan pada para penduduk desa yang t erus menerus berj at uhan karena kalah pengal aman dibanding kawanan perampok yang asal nya memang dari pasukan t empur keraj aan Maj apahit .


(14)

Tampa basa basi l agi Gaf ur mengerahkan ilmunya. Il mu sil at yang berasal dari Perguruan Al -Karomah. Tekuk Penj al in l angsung roboh t erj ungkal ke t anah. Naf asnya t erengah-engah. Mul ut nya mengel uarkan darah segar. Beberapa bagian t ubuhnya nampak mat ang biru.

Mel ihat kenyat aan it u. Jul ung Puj ud yang sudah naik ke at as punggung kuda menj adi kecut hat inya. Ia menggiring kudanya secara diam-diam unt uk menj auhi arena pert arungan. Rupanya Jul ung Puj ud bersiap-siap hendak mel arikan diri j ika t ernyat a pihaknya menderit a kekal ahan.

“ Il mu set an ………. ! ” Desis Tekuk Penj al in dengan pandang mat a penasaran.

“ Andika keliru ! ” sahut Gaf ur sembari melangkah mendekat i Tekuk Penj al in yang t erkapar t anpa dapat bangun l agi. ” Kami bahkan sangat membenci ilmu set an. Ilmu yang barusan kupergunakan t adi adal ah il mu Pencak Sil at Karomah. ”

“ Kau berasal dari perguruan mana ?”

Garawesi ! ” Sahut Gaf ur menol eh ke arah penduduk yang masih t erus bert empur dengan kawanan perampok.

Kemudian berpal ing dan mendekat i ke arah Tekuk Penj al in.

“ Cepat perint ahkan anak buahmu unt uk menyerah ! ” Bent ak Gaf ur dengan pandang mat a mencorong.

Tekuk Penj alin hanya diam saj a. Gaf ur j adi gelisah. Ia mel angkah makin dekat . Sepasang kakinya berdiri di sisi t ubuh Tekuk Penj al in yang t erkapar. “ Jika kau t ak mau perint ahkan anak buahmu menyerah, maka sekal i kuinj akkan kakiku ke dadamu, past i kau akan mat i ! ” ancamnya t anpa main-main.

Tekuk Penj alin masih t ak mau buka suara. Sepasang mat anya memandang Gaf ur dengan penuh penasaran. Rasanya dia masih bel um percaya j i ka t el ah dirobohkan pemuda it u hanya dalam


(15)

“ Cepat ! perint ahkan anak buahmu unt uk menyerah ! “ Ancam Gaf ur dengan hat i gal au. Kini ia mengangkat t angannya t inggi-t inggi. Siap dihant amkan ke dada Tekuk Penj al in.

Tekuk Penj al in sendiri masih bungkam. Hat inya bergol ak, “ Bert ahun-t ahun aku mengembara. Ingin bert emu dengan t okoh silat t ingkat t inggi , kini t okoh it u t ernyat a hanya seorang anak muda. Aku kecewa, daripada hidup menanggung malu, l ebih baik aku mat i dit angannya. ”

Tanpa diduga ol eh Gaf ur, t iba-t iba Tekuk Penj al in menggerakkan mul ut nya. Bukan unt uk memberi perint ah agar anak buahnya menyerah. Mel ainkan j ust ru mel udahi waj ah Gaf ur yang hendak menginj ak dadanya.

“ Juhhhhh . . . ! ”

Gaf ur t ak sempat mengel ak. Ludah it u menempel di waj ahnya. Seket ika waj ahnya yang put ih bersih berubah j adi merah padam pert anda marah.

Sepasang t angannya t erkepal erat . Kaki kanannya berget ar hebat menahan amarah. Sekali inj ak t ent u ambrol dada Tekuk Penj al in. Mel ihat waj ah Gaf ur yang merah membara it u t erget arlah hat i Tekuk Penj al in, bagaimanapun sebenarnya dia t idak rel a mat i begit u saj a. Kini l enyapl ah kepongahan hat inya. Berubah j adi kecut dan ci ut . Waj ahnya seket ika berubah j adi pucat pasi.

“ Kal i ini t amat l ah riwayat ku . . . ” Desis Tekuk Penj al in mel ihat kaki kanan Gaf ur diangkat t inggi-t inggi. Siap menggempur dadanya.

Tiba-t iba t erj adil ah keanehan. Gaf ur mengrungkan niat nya menghant am dada Tekuk Penj al in dengan kakinya. Dia menarik kaki kanannya dan berdiri dengan sikap biasa. Terdengar ia menyebut , “ Ast aghf irul l ah . . ”

Waj ahnya yang t adi merah pedam karena dialiri darah amarah yang menggel egak mendadak berubah l agi j adi put ih bersih. Perlahan di a membersihkan l udah Tekuk Penj al in yang menempel di waj ahnya.


(16)

“ Mengapa ? mengapa aku t ak j adi kau bunuh ?” t anya Tekuk Penj al in keheranan.

“ Karena t adi kau t el ah membuat ku marah ! ” j awab Gaf ur dat ar.

“ Aku t idak bol eh menghukum orang dalam keadaan marah. It u t ermasuk dosa ! ”

“ Kenapa berdosa ?” uj ar Tekuk Penj alin masih penasaran. ” Bukankah aku ini perampok j ahat yang pant as di bunuh ?”

“ t adi . . . “ kat a Gaf ur. ” Sebel um kau mel udahiku dan sebel um aku marah. Aku bol eh membunuhmu karena niat ku membunuhmu adalah unt uk j ihad f i sabilil l ah, memerangi kej ahat an. Tet api set elah kau mel udahi, maka hat iku j adi marah. Yang marah adal ah aku pribadi. Karena diri pribadiku t ersinggung. Sedangkan aku t ak bol eh mencampur adukkan ant ara kepent ingan pribadi dengan niat berj uang di j al an Al l ah. Saat aku marah hat iku sudah menyel eweng dari j alan Al l ah, j adi aku akan menanggung dosa besar j ika membunuhmu at as dasar kebencian pribadi. Bukan at as dasar perang di j al an Al l ah, yang sesuai dengan aj aran agamaku ! ”

Tekuk Penj al in t ert egun. Hat inya bergolak.

“ Bet apa l uhur aj aran agamamu, apakah nama agama yang kau anut it u ?” t anya Tekuk Penj al in.

“ Isl am ! ” j awab Gaf ur. “ Islam art inya sel amat . Siapa yang memel uk agama Isl am akan sel amat hidupnya di dunia dan akhirat . ”

“ Aku ………. adal ah bekas perwira Maj apahit yang membel ot dan menj adi pemimpin rampok. Kej ahat anku bert umpuk-t umpuk, apakah Tuhanmu masih mau mengampuniku ?” t anya Tekuk Penj al in.


(17)

“ Benarkah begit u ?” sahut Tekuk Penj al in ragu.

“ Aku bicara apa adanya. Dust a adal ah suat u dosa ! ” sahut Gaf ur.

Tiba-t iba Tekuk Penj al in berusaha bangkit unt uk berdiri. Karena t ubuhnya masih l emah maka ia segera roboh lagi. Gaf ur cepat menyambarnya. Sement ara it u, pert empuran ant ara penduduk desa dengan kawanan perampok masih berl angsung seru. Tiba-t iba t erdengar bent akan yang membahana.

“ Berhent i ! Hent ikan pert empuran ! ”

Semua orang t erkej ut dan segera menghent ikan pert empuran. Ternyat a bent ak it u berasal dari Tekuk Penj al in. Dia berdiri t egak di samping Gaf ur. Gaf ur t elah menolong Tekuk Penj al in sehingga t ubuhnya kembal i segar bugar sepert i semul a.

“ Dengarkan ! Mul ai sekarang kut inggal kan dunia kej ahat an. Aku t ak mau lagi hidup bergemil ang dosa. Hari ini j uga aku masuk agama Isl am dam menj adi pengikut saudara Gaf ur Sat ria Mega Pet hak ! ”

Semua orang t erkej ut mendengar perkat aan it u. Baik dari kal angan penduduk desa maupun para perampok it u sendiri. Sement ara bagi Pul ung Puj ud ucapan Tekuk Penj al in it u bagaikan pet ir menyambar di t el inganya. Jika Tekuk Penj al in yang t adi nya andal an gerombolannya sudah menyeberang ke pihak l ain, maka t amat lah riwayat nya. Tekuk Penj al in menat ap waj ah sel uruh anak buahnya.

“ Kal ian bol eh pil ih, t et ap menj adi gerombolan perampok dengan risiko diburu pet ugas pemerint ah Maj apahit dan dimusuhi sel uruh rakyat at au hidup baik-baik, bert obat dan membaur dengan masyarakat ! ”

Del apan bel as perampok it u sekarang t inggal lima bel as. Tiga rekannya t el ah mat i di t angan penduduk desa. Del apan orang l angsung membuang senj at anya dit anah begit u mendengar seruan Tekuk Penj al in.


(18)

Tuj uh l ainnya berl ari ke arah kudanya masing-masing dan bergerak menuj u Jul ung Puj ud. “ Ki Tekuk Penj alin ! Tidak sudi kami mengikut i j ej akmu. Biarkan kami menempuh j al an kami sendiri ! ”

“ Terserah kal ian ! ” sahut Tekuk Penj al in. “ Tapi j angan coba-coba mengganggu desa ini lagi. Bil a it u kal ian l akukan maka aku sendiri yang bakal membasmi kalian ! ”

“ Ha ha ha ha . . . ! ” Jul ung Puj ud t ert awa keras. “ Mari anak buahku yang j ant an ! ” kit a t inggal kan Tekuk Penj al in yang t el ah menj adi banci ! ”

Jul ung Puj ud mendahul ui memacu kudanya kel uar desa. Diikut i t uj uh orang anak buahnya yang t idak mau menerima f it rah kebenaran abadi. Beberapa penduduk desa yang masih merasa geram dan dendam segera menendang dan memukul i del apan perampok yang t el ah menyerah, duduk bersimpuh di at as t anah t anpa mengadakan perl awanan sama sekal i.

Gaf ur segera membent ak ke arah penduduk desa, “ Hent ikan ! t idak pant as menyerang orang yang sudah menyerahkan diri ! ”

“ Mereka sudah membuj uk t eman-t eman kami ! ” prot es penduduk.

“ Serahkan mereka padaku. Aku akan mengurusnya ! ” j awab Gaf ur dengan suara berwibawa. Kemudian ia memberi isyarat kepada sel uruh penduduk unt uk berkumpul . Ki Tekuk Penj al in dan anak buahnya duduk bersimpul di bel akang Gaf ur, menghadap ke arah penduduk desa yang segera berkumpul di hadapan Gaf ur.

“ Sudah kalian saksikan sendiri, “ Gaf ur membuka suara. ” Musl im yang kuat l ebih disukai All ah. Dengan adanya kekuat an kit a dapat mempert ahankan diri dari pemaksaan kehendak orang l ain, it ul ah sebabnya para pemuda di desa ini kuaj ari il mu pencak sil at di samping bel aj ar il mu agama ! ”

Demikianl ah, secara panj ang l ebar Gaf ur memberikan bimbingan kepada penduduk set empat unt uk mengenal dan memperdal am agama Isl am. Bukan hanya sekedar ceramah saj a. Mel ainkan dibukt ikan dengan perbuat an nyat a. Gaf ur adal ah murid si Kakek Bant al yang dit ugaskan


(19)

bert anam padi dengan cara yang l ebih baik. Dengan il mu pengobat an yang dipel aj ari dari gurunya ia j uga t el ah banyak menolong para penduduk yang menderit a sakit .

Penduduk set empat akhirnya menaruh simpat i. Di saat it ul ah Gaf ur baru menawarkan dan mengenal kan keindahan dan kel uhuran agama Islam kepada mereka. Tekuk Penj al in dan anak buahnya dibina di desa it u. Akhirnya mereka menj adi orang baik-baik dan menj adi pel indung desa dari rongrongan para perampok.

It ul ah cara dakwah yang dit empuh ol eh Gaf ur yang ol eh Tekuk Penj al in disebut sebagai Sat ria Mega Pet hak at au Sat ria Awan put ih. Seput ih hat i dan sebersih j iwa pemuda dal am menempuh perj al anan hidupnya.

Gaf ur sangat t ol eran t erhadap kepent ingan pribadi, pat uh t erhadap aj aran agama.

Teguh menj auhi kemungkaran dan t iada hent i-hent inya menegakkan kebenaran yang dinodai sekel ompok orang t ak bert anggung j awab. Gaf ur hanyal ah sal ah sat u di ant ara sekian banyak murid Kakek Bant al yang t inggal di Garawesi at au Gresik. Lal u siapakah si Kakek Bant al it u. “ Ya, siapakah sebenarnya Guru saudara Gaf ur yang disebut Kakek Bant al it u ?” t anya Tekuk Penj al in pada suat u hari.

Gaf ur t ersenyum l al u menj awab, “ Kakek Bant al adal ah seorang ul ama besar dari Negeri Seberang. Bel iau t inggal di Jawa, t epat nya di Gresik. Bant al art inya Bumi. Disebut demikian karena bel iau mampu membaur dengan penduduk set empat sehingga bol eh dikat akan sudah membumi dengan l ingkungan dan masyarakat sekit ar. Ada pul a yang mengat akan Bant al adal ah bant al unt uk al as t idur, sebab bel iau sangat beril mu t inggi. Pet uah dan nasehat nya mel egakan semua orang yang mendengarkannya sehingga hat i dan j iwa menj adi t enang, set enang saat mereka t idur nyenyak diat as bant al empuk. ”

2. Menanti Tet es Air

Sej ak kemat ian Maha Pat ih Gaj ah Mada dan Prabu Hayam Wuruk, keraj aan Maj apahit mengalami kemunduran drast is. Berangsur-angsur keraj aan yang dahul u pernah dipersat ukan Gaj ah Mada, mul ai memisahkan diri, baik secara t erang-t erangan maupun dengan sembunyisembunyi. Namun demikian Maj apahit masih merupakan keraj aan t erbesar di Pul au Jawa.


(20)

Wibawanya masih t erasa kuat di dunia l uar, wal aupun sesungguhnya dari dal am keraj aan it u sudah sangat keropos. Perang saudara ant ara kerabat ist ana t iada hent i-hent inya. Rakyat menj adi korban. Kesengsaraan dan bahaya kel aparan mel anda di mana-mana. Keset iaan para pembesar dan bupat i mulai menipis. Banyak upet i keraj aan yang t idak sampai ke t angan raj a. Kej ahat an mel anda di mana-mana, banyak t indak kekerasan, perampokan dan pencurian. Bahkan banyak sat uan-sat uan t ent ara keraj aan yang mel epaskan diri dan beral ih prof esi sebagai gerombolan perampok yang menj arah hart a benda kaum bangsawan dan rakyat j elat a.

Karena t ak ada j aminan st abil it as keamanan maka para penduduk merasa t ak t enang dal am mengol ah l ahan pert anian mereka. Akibat nya bahaya kelaparan mel anda di mana-mana. Dit ambah adanya musim kemarau panj ang di beberapa t empat , maka sit uasi j adi semakin menggenaskan.

Di saat demikian sesekal i si Kakek Bant al dan beberapa muridnya mengadakan peninj auan l angsung ke beberapa daerah. Ingin mel ihat sendiri keadaan dan nasib penduduk set empat . Pada suat u hari Kakek Bant al dan l ima orang muridnya sampai di sebuah desa yang t eramat gersang. Hampir t ak ada pepohonan yang hidup. Tanah-t anah yang t erinj ak sangat kering, t ak ada rerumput an sama sekal i.

Mereka t erus berj alan hingga t iba di suat u t anah lapang yang cukup l uas. Di t engah-t engah t anah l apang it u nampak pul uhan penduduk sedang berkerumun. Mengelil ingi dua orang pemuda bert ubuh kurus sedang berl aga. Dua orang pemuda it u hanya mengenakan cel ana, t ubuh bagian at asnya t erbuka. Mereka sal ing memukul kan sebat ang rot an ke punggung masing-masing. Set iap pukul an nampaknya disert ai t enaga yang sangat kuat sehingga punggung yang t erkena menj adi mat ang biru bahkan ada beberapa dari mel int ang yang penuh darah.

Terus menerus kedua pemuda it u saling menghant amkan rot an dit angannya. Hingga kedua punggung anak muda it u penuh l uka yang mel epuh. Beberapa l el aki yang mengel ilinginya menabuh gending unt uk memberi semangat . Hingga pada akhirnya kedua pemuda it u roboh ke t anah dal am keadaan pingsan.

Irama gending segera berhent i.

Seorang pendet a berpakaian kuning, yang agaknya menj adi ket ua adat segera memberi perint ah unt uk menyeret kedua pemuda it u kel uar arena. Kemudian pendet a it u menuding ke arah seorang gadis yang sedang dicekal kedua l engannya ol eh dua orang l el aki bert ubuh kekar. “ Bawa kemari anak perawan it u ! ” Teriak sang pendet a.


(21)

Kedua l el aki bert ubuh kekar menyeret si gadis ke t engah l ingkaran menusia berkerumun. Di t engah-t engah l ingkaran it u ada bat u alt ar persembahan.

“ Jangan ! Jangan bunuh aku ! ” t eriak gadis it u ket akut an. Dia berusaha beront ak, namun t enaganya kal ah kuat dibanding ke dua l el aki bert ubuh kekar yang mencekal dan menyeret nya dengan paksa.

Si gadis yang sudah diberi pakaian put ih segera dibaringkan di at as al t ar. Empat orang l elaki memegangi kedua t angan dan kakinya yang dipent angkan. Gadis it u meront a-ront a ket akut an. Kakek Bant al makin t ert arik, ia kelima muridnya makin mendekat i kerumunan orang it u. Kini sang pendet a mengangkat t ongkat nya t inggi-t inggi sembari mendongkak ke at as l angit .

“ Wahai Dewa Huj an ! Terimal ah perembahan kami ! Hent ikan kemarau panj ang ini. Curahkan l impahan airmu ke bumi yang gersang ini ! ” Demikian t eriaknya berkal i-kal i. Si pendet a t ua segera mendekat i si gadis dengan senyum menyeringai. Ia mel emparkan t ongkat nya lal u mencabut belat i dari balik pinggangnya.

Hai perawan suci, serahkan dirimu dengan rel a kepada Dewa Huj an. Sederas darah yang kel uar dari j ant ungmu sederas it u pul a huj an yang akan dit urunkan oleh sang Dewa. Pengorbanan mu t idak akan dilupakan ol eh sel uruh penduduk desa ini ! ”

“ Jaj . . . j angan . . . ! Aku t idak mau . . . ! ” rint ih si gadis cant ik dengan t ubuh gemet ar ket akut an.

“ Diam ! ” bent ak l el aki berwaj ah seram yang memegangi t angan si gadis. Waj ah si gadis l angsung mengkeret , pucat pasi.

“ Ayo kit a mul ai ! ” kat a sang pendet a. Keempat l elaki yang memegangi sepasang t angan dan kaki si gadis makin mempererat cekal annya. San pendet a mendekat i al t ar persembahan.

Ia mengangkat bel at i it u di at as dada si gadis. Tepat di at as j ant ungnya. Agaknya ia hendak menikam j ant ung si gadis cant ik dengan bel at i it u.


(22)

Kakek Bant al dan kel ima orang muridnya menerobos kerumunan orang. Langsung menghampiri si pendet a yang memegang bel at i, siap dihuj amkan ke j ant ung si gadis. “ Unt uk apa gadis ini dikorbankan ?” t anya Kakek Bant al .

Kami mengharap t urunnya huj an ! ” sahut sang Pendet a dengan nada ket us. Dia sangat t idak suka at as kedat angan Kakek Bant al it u.

“ Huj an ?” t anya Kakek Bant al . “ Mengharap huj an dengan mengorbankan seorang gadis gadis cant ik ?”

“ Ya, hanya dengan mengorbankan gadis it u kepada Dewa Huj an maka kami akan mendapat air. ” Sahut sang pendet a.

“ Sudah berapa kal i acara sepert i ini dil akukan ?” t anya Kakek Bant al l agi. Sang pendet a t idak segera menj awab. Dia t idak suka urusannya dicampuri orang l ain. Maka ia segera memberi isyarat agar kedua orang kaki t angannya yang bert ubuh kekar unt uk mengusir Kakek Bant al.

Dua orang bert ubuh kekar segera menghunus goloknya masing-masing l al u menghampiri Kakek Bant al . Tanpa basa-basi mereka l angsung mengayunkan goloknya unt uk membel ah kepal a Kakek Bant al.

Namun sungguh aneh. Saat keduanya mengangkat gol ok, t iba-t iba gerakannya t erhent i. Mereka berdiri kaku dengan gol ok di t angan sedang t erangkat t inggi-t inggi. Sang pendet a t erbelal ak menyaksikan hal it u.

Namun ia t ak mau rencananya berant akan. Segera dit ikamnya bel at i yang dipegangnya ke j ant ung si gadis cant ik. Namun ia bert eriak kaget . Tangannya t ak dapat digerakkan unt uk mel uncurkan bel at i it u ke dada si gadis.

“ Kau . . . ? Kau . . . ?” t eriak sang pendet a sembari menuding ke arah Kakek Bant al . ” Mau apa kau mengganggu j al annya upacara ini ?”


(23)

Kakek Bant al dan kel ima muridnya maj u ke t engah arena.

“ Maaf kisanak, sudah berapa kali kau korbankan gadis-gadis suci it u kepada Dewa Huj an ?” t anya Kakek Bant al .

“ Sudah dua kal i ! ” j awab pendet a dengan sengit .

“ Hem, dua kal i, “ ul ang Kakek Bant al . ” Jadi sudah dua j iwa mel ayang sia-sia ! ”

“ Pengorbanan mereka t idak sia-sia, “ Tukas pendet a t ua.

“ Apakah dengan mengorbankan kedua gadis t adi huj an sudah t urun ke desa ini ?” t anya Kakek Bant al .

Pendet a t ua t idak segera menj awab, t et api orang yang berkerumun t anpa dapat dicegah l agi menj awab dengan serent ak, “ Bel um …… “ .

Waj ah sang pendet a nampak j adi beringas mendengar j awaban orang-orang desa it u. Dengan l ant ang ia berkat a, “ Huj an bel um t urun karena pengorbanan baru dil akukandua kal i. Dewa Huj an akan menerima pengorbanan yang dipersembahkan t iga kal i. Barul ah sesudah it u huj an akan dit urunkan ! ”

Bagaimana j ika pengorbanan dil akukan ket iga kal inya t et api huj an bel um t urun j uga? Tanya Kakek Bant al.

Merah padam waj ah sang pendet a. Dia memberi isyarat kepada dua l el aki kekar dibel akangnya unt uk meringkus Kakek Bant al yang dianggapnya sebagai pengacau. Dua l el aki it u, yang agaknya adalah pengikut set ia sang pendet a segera bergerak maj u. Mereka bermaksud menghaj ar Kakek Bant al hingga babak bel ur. Tapi sungguh aneh, sepasang kaki mereka t iba-t iba iba-t erasa kej ang iba-t anpa ada sebabnya. Keduanya melol ong kesakiiba-t an sembari memegangi pahanya.


(24)

“ Kau bermaksud menent ang kami hai orang asing ! ” bent ak pendet a t ua. ” Kau sengaj a mengganggu upacara kami ! ”

“ Aku t idak bermaksud mengganggu. uj ar Kakek Bant al . “ Aku dan kel ima muridku bermaksud menolong orang-orang desa ini. ”

“ Puih ! ” pendet a t ua meludah sambil bert ol ak pinggang. ” Apa yang dapat kau berikan kepada warga desa ini ?”

“ Apa yang kal ian inginkan dari kami ?” Kakek Bant al bal ik bert anya.

“ Huj an ! Kami mint a huj an ! ” j awab para penduduk desa serent ak.

“ Cuma huj an ?” uj ar Kakek Bant al .

Huh ! ” Dengus pendet a t ua. ” Lagak bicaramu seolah dunia ini berada dal am genggamanmu ! Coba t urunkan kal au kau bisa. Tapi ingat , j ika kau gagal melakukannya maka kami t ak segan-segan akan membunuhmu, karena kau berani mengganggu upacara kami ! ”

“ Jika Al l ah mengij inkan maka huj an pun akan segera t urun ! ” kat a Kakek Bant al dengan t enang.

“ Al l ah ? Siapa Al l ah ?” t anya pendet a t ua. ” Mengapa mint a ij in segal a kepadanya ?”

“ Al l ah adal ah Tuhan yang mencipt akan l angit dan bumi besert a segal a isinya. Termasuk yang mencipt akan kit a semua, ” Uj ar Kakek Bant al .

“ Sudah ! Jangan bicara ! Jika kau memang bisa menurunkan huj an cepat l akukan saj a! ” bent ak pendet a t ua.


(25)

“ Bol eh saj a, t api dengan syarat , j ika kami bisa menurunkan huj an aras ij in All ah, maka kal ian harus membebaskan gadis it u ! ” kat a Kakek Bant al .

“ Unt uk apa ?” t ukas pendet a t ua. ” Kedua orang t ua gadis it u sudah mat i. Dia t ak punya sanak kadang, sudah pant as j ika dia t erpil ih sebagai persembahan unt uk Dewa Huj an ! ”

Kakek Bant al menghadap ke arah kerumunan orang-orang desa, kemudian bert anya, Kalau kami dapat menurunkan huj an. Maukah kal ian membebaskan gadis it u ?”

“ Mauuuuu …… ! ” j awab orang-orang desa dengan serent ak.

“ Terima kasih, ” j awab Kakek Bant al . ” Dal am aj aran agama kami, seorang anak yang dit inggal mat i kedua orang t uanya disebut yat im piat u. Tidak bol eh disia-siakan dan dit el ant arkan, mel ainkan harus disant uni dan diperhat ikan nasibnya. Bukannya dikorbankan kepada Dewa Huj an ! ”

Para penduduk desa nampak t ercenung mendengar ucapan Kakek Bant al . Sement ara Kakek Bant al dan kel ima muridnya yang sel alu berusaha dal am keadaan suci (t ak bat al wudhu’ nya) segera melaksanakan shalat ist isqo’ dan berdoá dengan khusyu’ nya.

Tak berapa l ama kemudian, l angit t iba-t iba berubah menj adi hit am ol eh mendung yang berarak. Dan huj an t urun dengan derasnya. Membasahi bumi yang kering keront ang. Semua orang yang berkumpul l angsung bersorak-sorai kegirangan. Hanya pendet a t ua dan keempat l el aki yang masih memegangi t angan dan kaki gadis yang berdiam diri dal am keangkuhannya.

“ Sihir ! Past i kal ian mempergunakan il mu sihir, “ t eriak pendet a t ua, “ Huj an it u t idak nyat a, hanya khayalan saj a ! ”

Kakek Bant al segera menghampiri pendet a t ua sembari berkat a, “ Kisanak, sihir it u t erl arang bagi orang Isl am. Kami t idak bol eh mempel aj arinya apal agi mengamal kannya. Huj an ini adal ah nyat a rahmat dari Al l ah yang mencipt akan l angit dan bumi ! ”


(26)

Agaknya pendet a t ua it u t ak mau mengakui kenyat aan yang ada. Dia memberi isyarat kepada keempat anak buahnya yang memegangi si gadis cant ik unt uk mel epaskannya dan segera mengikut i l angkahnya pergi meninggal kan desa it u.

Ket ika huj an sudah reda, orang-orang yang bersor ak sorai kegirangan segera menj at uhkan diri berl ut ut di hadapan Kakek Bant al dan kel ima muridnya. Termasuk si gadis cant ik yang hampir saj a dikorbankan nyawanya ol eh pendet a t ua.

“ Bangunl ah Kisanak semua ! ” kat a Kakek Bant al . “ kal ian t idak bol eh bersuj ud kepada sesama manusia. Hanya Tuhan Al l ah yang pant as kal ian sembah dal am suj ud. ”

Set el ah mendengar ucapan Kakek Bant al , semua orang segera bangkit unt uk bersil a, sal ah seorang dari mereka yang nampaknya berusia l anj ut berkat a, “ Kami sangat bert erima kasih kepada Tuan, karena Tuan t el ah menol ong kami menurunkan huj an yang t el ah l ama kami t unggu-t unggu. Bol ehkah kami mint a diaj arkan t at a cara memint a huj an sepert i t adi ?”

Ya ! ” sahut penduduk l ainnya. “ Aj arkan kepada kami cara menurunkan huj an t anpa mengorbankan manusia ! ”

Kakek Bant al t ersenyum arif . Orang-orang desa it u t el ah manaruh simpat i kepadanya. Rasa simpat i it ul ah modal ut ama unt uk memperkenal kan aj aran Isl am kepada mereka.

“ Kal au kal ian ingin diaj ari cara mint a huj an sepert i t adi, ” kat a Kakek Bant al . “ Maka kal ian harus mengenal dan mempel aj ari dul u agama Isl am. Maukah kal ian ?” “ Mauuuuuu . . . ! j awab para penduduk dengan serent ak.

Demikianl ah, sel ama beberapa hari Kakek Bant al t inggal di desa it u. Membimbing para penduduk desa unt uk mempel aj ari agama Isl am sesuai dengan t ingkat pemahaman mereka sel aku orang awam.

Sel anj ut nya Kakek Bant al meneruskan perj al anan pul ang ke Gresik. Ia t elah menugaskan dua orang muridnya yang ahl i dal am mengol ah l ahan pert anian dan bangunan unt uk membimbing penduduk desa it u. Sehingga t erbinal ah imam dan t araf hidup penduduk desa it u.


(27)

Pada set iap desa yang dilal uinya Kakek Bant al selal u berbuat kebaj ikan. Jika dipandang perl u unt uk menempat kan muridnya di desa yang disinggahi maka murid it upun dit ugaskan unt uk membimbing penduduk desa yang dil al uinya.

3. Siapa Kakek Bantal?

Jauh sebel um Kakek Bant al dat ang ke Pul au Jawa, sebenarnya sudah ada masyarakat Islam di daerah-daerah pant ai ut ara. Termasuk di desa Leran. Hal it u bisa dibukt ikan dengan adanya makam seorang wanit a bernama Fat imah Bint i Maimun yang meninggal pada t ahun 475 Hij riyyah at au pada t ahun 1082 M.

Bahkan pada t ahun 99 H, Sri Maharaj a Serindrawarman dari keraj aan Sriwij aya di Sumat ra t el ah masuk Isl am. Kemudian pada abad pert ama Hij riyyah, menurut K. H. Siraj uddin Abbas, di Pul au Jawa sudah ada seorang raj a yang masuk agama Isl am yait u Rat u Sima. Menurut dokumen disebut Rat u Simon. Dal am dokumen it u disebut kan bahwa Rat i Sima adalah penguasa keraj aan Kal ingga di Jepara Jawa Timur (mungkin dahul u wil ayah Jawa Timur, t et api sekarang kot a Jepara adal ah daerah Jawa Tengah).

Seorang Khalif ah Bani Umaiyah, penggant i Khalif ah Sul aiman Bin Abdul Mal ik, yait u Khalif ah Umar bin Abdul Aziz yang berkuasa dari t ahun 99 – 101 H, pernah berkorespondensi dengan Maharaj a Jambi (Sriwij aya) dan Rat u Sima t ersebut . Kumpul an dari surat -surat it u masih t ersimpan baik di Musium Granada Spanyol sampai sekarang.

Jadi, sebel um j aman Wali Songo, Isl am sudah ada di Pul au Jawa yait u daerah Jepara dan Leran. Tet api Islam pada masa it u bel um berkembang secara besar-besaran. Kakek Bant al diperkirakan dat ang ke Gresik t ahun 1404 M. Bel iau berdakwah di Gresik hingga akhir waf at nya yait u pada t ahun 1419.

Pada masa it u keraj aan yang berkuasa di Jawa Timur adal ah Maj apahit . Raj a dan rakyat nya kebanyakan masih beragama Hindu at au Budha. Sebagaian rakyat Gresik sudah ada yang beragama Islam t et api masih banyak yang beragama Hindu. At au bahkan t idak beragama sama sekal i.

Dal am berdakwah Kakek Bant al menggunakan cara yang bij aksana dan st rat egi yang t epat berdasarkan aj aran Al -Qurán yait u :


(28)

“ Hendaknya engkau aj ak kej al an Tuhanmu dengan hikmah (kebij aksanaan) dan dengan pet unj uk-pet uhj uk yang baik sert a aj akan mereka berdial oq (bert ukar pikiran) dengan cara yang sebaik-baiknya. (QS An Nahl 125).

Ada yang menyebut kan bahwa beliau berasal dari Turki. Dan pernah mengembara di Guj arat sehingga bel iau cukup berpengal aman menghadapi orang-orang Hindu di Pul au Jawa.

Guj arat adalah wil ayah negeri Hindia yang kebanyakan penduduknya beragama Hindu. Di Jawa, Kakek Bant al bukan hanya berhadapan dengan masyarakat Hindu, mel ainkan j uga harus bersabar t erhadap mereka yang t ak beragama maupun mereka yang t erlanj ur mengikut i aliran sesat , j uga mel uruskan imam dari orang-orang Isl am yang bercampur dengan kegiat an Musyrik. Caranya : Bel iau t idak langsung menent ang kepercayaan mereka yang salah it u mel ainkan mendekat i mereka dengan penuh hikmah, bel iau t unj ukkan keindahan dan ket inggian akhl ak Isl ami sebagaimana aj aran Nabi Muhammad SAW.

Dari huruf -huruf Arab yang t erdapat di bat u nisannya dapat diket ahui bahwa Syekh Maul ana Mal ik Ibrahim adal ah si Kakek Bant al , penol ong f akir miskin, yang dihormat i para pangeran dan para sul t an ahl i t at a negara yang ul ung, hal it u menunj ukkan bet apa hebat perj uangan bel iau t erhadap masyarakat , bukan hanya pada kal angan at as mel ainkan j uga pada golongan rakyat bawah yait u kaum f akir miskin.

Ayat -ayat Al -Qurán yang t ert ul is di bat u nisannya t erdiri dari :

Surat Al -Baqarah ayat 255, t erj emahannya :

“ Al l ah, t idak ada Tuhan malainkan Dia, yang hidup kekal lagi t erus menerus mengurus (makhl uk-Nya), t idak mengant uk dan t idak t idur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syaf aat di sisi Al l ah t anpa izin-Nya. Al l ah menget ahui apa-apa yang ada di hadapan mereka dan di bel akang mereka, dan mereka t idak menget ahui apa-apa dari il mu Al l ah mel ainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi (il mu dan kekuasaan) Al l ah mel iput i l angit dan bumi. Dan Al l ah t idak merasa berat memel ihara keduanya. Dan Allah Mahat inggi dan Mahabesar. ”

Surat Al i Imran ayat 185, t erj emahannya :


(29)

“ Tiap-t iap yang berj iwa akan merasakan mat i . Dan sesungguhnya pada hari kiamat saj al ah disempurnakan pahal amu, barang siapa dij auhkan dari neraka dan dimasukkan ke dal am surga maka sesungguhnya ia berunt ung. Kehidupan di dunia t idak l ain hanyal ah kesenangan yang memperdayakan. ”

Surat Ar-Rahman ayat 25, 27, t erj emahannya :

“ Semua yang di bumi akan binasa. Dan t et ap kekal waj ah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemul iaan. ”

Surat At -Taubah ayat 21, 22, t erj emahannya :

“ Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari pada-Nya, keridhaan dan surga. Mereka memperol eh di dalamnya kesenangan yang kekal , mereka kekal di dal amnya sel ama-l amanya. Sesungguhnya di sisi Al l ah pahal a yang besar. ”

Sel anj ut nya t ert ul is dat a siapa yang dimakamkan di kuburan it u. “ Inil ah makam Almarhum Al maghf ur, yang berharap rahmat Tuhan, kebanggaan para Pangeran, sendiri Sult an dan para Ment eri, penol ong para f akir dan miskin, yang berbahagia l agi syahid, cemerl angnya simbol negara dan agama, Mal ik Ibrahim yang t erkenal dengan Kakek Bant al . Al l ah mel iput inya dengan Rahmat -Nya dan keridhaan-Nya, dan dimasukkan ke dal am surga. Tel ah waf at pada hari senin 12 Rabiul Awwal t ahun 822 H. ”

Menurut l it erat ur yang ada, bel iau j uga ahl i pert anian dan ahl i pengobat an. Sej ak bel iau berada di Gresik hasil pert anian rakyat Gresik meningkat t aj am. Dan orang-orang sakit banyak yang di sembuhkannya dengan daun-daunan t ert ent u.

Sif at nya l emah l embut , wel as asih dan ramah t amah kepada semua orang, baik sesama musl im at au dengan non muslim membuat nya t erkenal sebagai t okoh masyarakat yang disegani dan dihormat i. Kepribadiannya yang baik it ul ah yang menarik hat i penduduk set empat sehingga mereka berbondong-bondong masuk agama Isl am dengan suka rela dan menj adi pengikut bel iau yang set ia.

Sebagai misal , bil a bel iau menghadapi rakyat j el at a yang penget ahuannya masih awam sekal i, bel iau t idak menerangkan Isl am secara nj el imet . Kaum bawah t ersebut dibimbing unt uk bisa


(30)

mengol ah t anah agar sawah dan l adang mereka dapat dipanen l ebih banyak l agi, sesudah it u mereka dianj urkan bersyukur kepada Yang Memberikan Rezeki, yait u Al l ah SWT.

Dikal angan rakyat j el at a Syekh Maul ana Mal ik Ibrahim sangat t erkenal , t erut ama dari kalangan kast a rendah. Sebagaimana diket ahui agama Hindu membagi masyarakat menj adi empat kast a; kast a Brahmana, Ksat ria, Waisya dan Sudra. Dari keempat kast a t ersebut kast a Sudra adal ah yang pal ing rendah dan sering dit indas ol eh kast a-kast a yang j auh l ebih t inggi. Maka ket ika Syekh Maul ana Mal ik Ibrahim menerangkan kedudukan seorang di dal am Isl am, orang-orang Sudra dan Waisya banyak yang t ert arik, Syekh Maul ana Mal ik Ibrahim menj el askan bahwa dalam agama Islam semua manusia sama sederaj at . Orang sudra bol eh saj a bergaul dengan kal angan yang l ebih at as, t idak dibeda-bedakan. Di hadapan Al l ah semua manusia adal ah sama, yang pal ing mul ia di ant ara mereka hanyal ah yang pal ing t aqwa kepadaNya.

Taqwa it u let aknya di hat i, hat i yang mengendalikan segala gerak kehidupan manusia unt uk berusaha sekuat -kuat nya mengerj akan segal a peri nt ah Al l ah dan menj auhi segal a l arangannya. Dengan t aqwa it ul ah manusia akan hidup berbahagia di dunia hingga di akhirat kelak, orang yang bert aqwa, sekalipun dia dari kast a Sudra bi sa j adi l ebih mul ia dari pada mereka yang berkast a Ksat ria dan Brahmana.

Mendengar ket erangan ini, mereka yang berasal dari kast a Sudra dan Waisya merasa l ega, mereka merasa dibel a dan dikembalikan haknya sebagai manusia ut uh sehingga waj arlah bila mereka berbondong-bondong masuk agama Islam dengan suka cit a. Set el ah pengikut nya semakin banyak, bel iau kemudian mendirikan masj id unt uk beribadah bersama-sama dan mengaj i. Dalam membangun masj id ini bel iau mendapat bant uan yang t i dak sedikit dari Raj a Carmain.

Dan unt uk mempersiapkan kader ummat yang nant inya dapat meneruskan perj uangan menyebarkan Isl am ke sel uruh Tanah Jawa yang sel uruh Nusant ara maka bel iau kemudian mendirikan pesant ren yang merupakan perguruan Isl am. Tempat mendidik dan menggembleng para sant ri sebagai cal on mubaligh. Pendirian Pesant ren yang pert ama kali di Nusant ara it u diil hami ol eh kebiasaan masyarakat Hindu yait u para Biksu dan pendet a Brahmana yang mendidik cant rik dan cal on pemimpin agama di mandal a-mandala mereka.

Inil ah salah sat u st rat egi para wal i yang cukup j it u; orang Budha dan Hindu yang mendirikan mandal a-mandal a unt uk mendidik kader t idak dimusuhi secara f ront al , mel ainkan bel iau-beliau it u mendirikan bent uk Pesant ren yang mirip mandala-mandal a milik kel ompok Hindu dan Budha t ersebut unt uk menj aring ummat . Dan t ernyat a hasilnya sungguh memuaskan, dari pesant ren Gresik kemudian muncul para mubal igh yang menyebar ke sel uruh Nusant ara.


(31)

Tradisi Pesant ren t ersebut berl angsung hingga di j aman sekarang. Dimana para ul ama menggodok cal on Mubal igh di pesant ren yang diasuhnya.

Bil a orang bert anya sesuat u masal ah agama kepada bel iau maka bel iau t idak menj awab dengan berbel it -bel it mel ainkan di j awabnya dengan mudah dan gambl ang sesuai dengan pesan Nabi yang menganj urkan agama disiarkan dengan mudah, t idak dipersulit , ummat harus dibuat gembira, t idak dit akut -t akut i.

Sepert i t ersebut dal am buku Hist ory of Java karangan Sir St amf ord Raf f l es; pada suat u hari Syekh Maul ana Mal ik Ibrahim dit anya : “ Apakah yang dinamakan Al l ah it u ?” Bel iau t idak menj awab bahwa Al l ah it u adal ah Tuhan yang memberi pahal a sorga hambaNya yang berbakt i dan menyiksa sepedih-pedihnya bagi hamba yang membangkang kepadaNya. ”

Jawabnya cukup singkat dan j el as yait u, “ Al l ah adalah Zat yang diperl ukan adaNya. ” Dua t ahun sudah Syekh Maul ana Mal ik Ibrahim berdakwah di Gresik, beliau t idak hanya membimbing ummat unt uk mengenal dan mendal ami agama Islam, melainkan j uga memberikan pengarahan agar t ingkat kehidupan rakyat Gresik menj adi l ebih baik. Bel iau pul a yang mempunyai gagasan mengalirkan air dari gunung unt uk mengairi l ahan pert anian penduduk. Dengan adanya sist im pengairan yang baik ini l ahan pert anian menj adi subur dan hasil panen bert ambah banyak, para pet ani menj adi makmur dan mereka dapat mengerj akan ibadah dengan t enang.

Andai kat a Syekh Maul ana Mal ik Ibrahim t idak ikut membenahi dan meningkat kan t araf hidup rakyat Gresik t ent ul ah mereka sukar diaj ak beribadah dengan baik dan t enang.

Sebagaimana sabda nabi bahwa kaf akiran menj urus pada kekaf iran. Bagaimana mungkin bisa beribadah dengan t enang j ika sehari-hari disibukkan dengan urusan sesuap nasi. Inilah resep yang harus dit iru.

Seorang imam surau, mushol l a at au masj id adalah pemimpin j amaahnya. Pada saat imam mengucapkan, “ Iya kana’ budu waiyya kanast a’ in, “ KepadaMu kami menyembah dan kepadaMu kami mohon pert olongan. Kemudian makmumnya mengaminkanya. Bisakah sang imam at au pemimpin t adi menj amin bahwa makmumnya benar-benar hanya mengabdi, menyembah dan mohon pert olongan hanya kepada Al l ah ?

Bagaimana j ika shal at makmumnya t idak khusyu’ ? sebabnya t idak khusyu’ karena masal ah ekonomi. Apakah imam yang menj adi wakil makmum menghadapkan diri kepada Tuhan it u bersiap masa bodoh dan t idak menghiraukan masal ah ekonomi makmumnya. Sehingga set iap kal i memimpin shal at sang imam t erus saj a berbohong kepada Tuhannya bahwa dia menyat akan


(32)

siap mengabdi, menyembah hanya kepada Al l ah saj a, t et api makmum at au orang yang dipimpinnya t ernyat a bel um siap dikarenakan masal ah duniawi. It ul ah sebabnya para Wal i t idak hanya membimbing agama kepada ummat nya mel ainkan j uga berusaha meningkat kan t araf kehidupan ummat nya.

4. Tamu dari Negeri Cermain

Ada ganj al an di hat i Syekh Maul ana Mal ik Ibrahim, dia t el ah berhasil mengisl amkan sebagaian besar rakyat Gresik adal ah bagian dari wil ayah Maj apahit . Kal au sel uruh rakyat sudah memel uk Isl am sement ara Raj a Brawij aya penguasa Maj apahit masih beragama Hindu apakah di belakang hari t idak t imbul ket egangan ant ara rakyat dengan raj anya. Unt uk menghindari hal it u maka Syekh Maul ana Mal ik Ibrahim mempunyai rencana mengaj ak Raj a Brawij aya unt uk masuk agama Islam.

Hal it u diut arakan kepada sahabat nya yait u Raj a Cermain. Ternyat a Raj a Cermain j uga mempunyai maksud serupa. Sudah lama Raj a Cermain ingin mengaj ak Prabu Brawij aya masuk agama Isl am. Pada t ahun 1321 M. Raj a Cermain dat ang ke Gresik disert ai put rinya yang cant ik rupawan. Put ri Raj a Cermain it u bernama Dewi Sari, t uj uannya dal am misi t ersebut adal ah unt uk memberikan bimbingan kepada para put r i ist ana Maj apahit mengenal agama Isl am.

Bersama Syekh Maul ana Mal ik Ibrahim rombongan dari negeri Cermain it u menghadap Prabu Brawij aya. Usaha mereka t ernyat a gagal . Prabu Brawij aya bersikeras mempert ahankan agama l ama dengan ucapan yang dipl omat is. Bahwa dia bersedia masuk Isl am bila Dewi Sari bersedia dipersunt ingnya sebagai ist ri. Dewi Sari menolak. Tidak ada gunanya masuk Islam bila dit unggangi dengan kepent ingan duniawi. Beragam sepert i it u hanya hanya akan merusak keagungan agama Isl am.

Rombongan dari negeri Cermain l al u kembali ke Gresik. Mereka berist irahat di Leran sembari menunggu sel esainya perbaikan kapal unt uk berl ayar pul ang. Sungguh sayang sekal i, sel ama berist irahat di Leran it u banyak anggot a rombongan dari negeri Cermain yang diserang wabah penyakit . Banyak diant ara mereka yang t ewas, t ermasuk Dewi Sari.

Kabar kemat iannya Dewi Sari t erdengar ke t el inga Prabu Brawij aya. Raj a yang memang t ert arik dan merasa j at uh cint a kepada Dewi Sari it u kemudian menyempat kan diri besert a ponggawa keraj aan ke desa Leran. Brawij aya sang raj a Maj apahit it u memerint ahkan kepada para ponggawa keraj aan unt uk menggal i kubur dan memakamkan Dewi Sari dengan upacara kebesaran. Di desa Leran it ul ah Dewi Sari dikuburkan.


(33)

Set el ah rombongan dari negeri Cermain meninggal kan pant ai Leran maka Prabu Brawij aya menyerahkan sel uruh daerah Gresik kepada Syekh Maul ana Mal ik Ibrahim unt uk diperint ah sendiri dibawah kedaul at an Maj apahit . Penyerahan daerah it u adalah siasat dari sang Raj a agar rakyat Gresik yang beragama Isl am it u t i dak memberont ak kepada raj anya yang masih beragama Hindu.

Amanat raj a Maj apahit it u dit erima Syekh Maul ana Mal ik Ibrahim denga suka rel a. Sesuai dengan aj aran Isl am yang menganj urkan perdamaian wal aupun dengan kaf ir zimmi yait u orang-orang bukan musl im yang mau hidup bersampingan dengan aman dal am sat u negara.

Demikianl ah sekil as t ent ang Syekh Maul ana Mal ik Ibrahim, seorang Wal i yang dianggap sebagai ayah dari Wali Sanga. Bel iau waf at di Gresik pada t ahun 882 H at au 1419M.

*****

BAB III

Sunan Ampel

Di Rusia selat an ada sebuah daerah yang disebut Bukhara. Bukhara ini t erl et ak di Samarqand. Sej ak dahul u daerah yang disebut Bukhara. Bukhara ini t erl et ak di Samarqand. Sej ak dahul u daerah Samarqand dikenal sebagai daerah Isl am yang menelorkan ul ama-ulama besar sepert i sarj ana hadist t erkenal yait u Imam Bukhari yang mashur sebagai perawi hadit s sahih.

Di Samarqand ini ada seorang ul ama besar bernama Syekh j amal l uddin Jumadil Kubra, seorang Ahl ussunnah bermahzab Syaf i’ i, bel iau mempunyai seorang put ra bernama Ibrahim. Karena berasal dari Samarqand maka Ibrahim kemudian mendapat t ambahan Samarqandi. Orang j awa sangat sukar mengucapkan Samarqandi maka mereka hanya menyebut kan sebagai Syekh Ibrahim Asmarakandi.

Syekh Ibrahim Asmarakandi ini diperint ah ol eh ayahnya yait u Syekh Jamal l uddin Jumadil Kubra unt uk berda’ wah ke negara-negara Asia. Perint ah ini dil aksanakan, dan bel iau kemudian diambil menant u ol eh raj a Cempa, dij odohkan dengan put ri raj a Cempa yang bernama Dewi Candrawul an. Negeri Cempa ini menurut sebagian ahl i sej arah t erl et ak di Muangt hai. Dari perkawinannya dengan Dewi Candrawul an maka Ibrahim Asmarakandi mendapat dua orang put ra yait u Raden Rahmat at au Sayyid Al i Rahmat ul l ah dan raden Sant ri at au Sayyid Al im Murt ol o.


(34)

Sedangkan adik Dewi Candrawul an yang bernama Dewi Dwarawat i diperist ri ol eh Prabu Brawij aya Maj apahit . Dengan demikian Raden Rahmat it u keponakan Rat u Maj apahit dan t ergolong put ra bangsawan at au pangeran keraj aan. Raj a Maj apahit sangat senang mendapat ist ri dari negeri Cempa yang waj ahnya t idak kal ah menarik dengan Dewi Sari.

Sehingga ist ri-ist ri l ainnya diceraikan, banyak yang diberikan kepada para adipat inya yang t ersebar di sel uruh Nusant ara.

Sal ah sat u cont oh adal ah ist ri yang bernama Dewi Kian, seorang put ri Cina yang diberikan kepada Adipat i Ario Damar di Pal embang.

Ket ika Dewi Kian di ceraikan dan diberikan kepada Ario Damar saat it u sedang hamil t iga bul an. Ario Damar t idak diperkenankan menggaul i put ri Cina it u sampai si j abang bayi t erlahir ke dunia.

Bayi dari rahim Dewi Kian it ul ah yang nant inya bernama Raden Hasan at au l ebih t erkenal dengan nama Raden Pat ah, sal ah seorang muri d Sunan Ampel yang menj adi raj a di Demak Bint oro.

Keraj aan Maj apahit sesudah dit inggal mahapat ih Gaj ah Mada dan Prabu Hayam Wuruk mengalami kemunduran drast is. Keraj aan t erpecah bel ah karena t erj adinya perang saudara, dan para adipat i banyak yang t ak l oyal l agi kepada Prabu Hayam Wuruk yait u Prabu Brawij aya Kert abhumi. Paj ak dan upet i keraj aan t ak banyak yang sampai ke ist ana Maj apahit .

Lebih sering dinikmat i ol eh para adipat i it u sendiri. Hal ini membuat sang Prabu bersedih hat i. Lebih-l ebih l agi dengan adanya kebiasaan buruk kaum bangsawan dan para pangeran yang suka berpest a pora dan main j udi sert a mabuk-mabukan. Prabu Brawij aya sadar bet ul bil a kebiasaan semacam it u dit eruskan negara akan menj adi l emah dan j ika negara sudah kehil angan kekuat an bet apa mudahnya bagi musuh unt uk menghancurkan Maj apahit Raya.

Rat u Dwarawat i, yait u ist ri Prabu Brawij aya menget ahui kerisauan hat i suaminya. Dengan memberanikan diri ia mengaj ukan pendapat kepada suaminya.


(35)

pangeran dan kaum bangsawan sudah mul ai ikut -ikut an. Sungguh berbahaya bil a hal ini dibiarkan berlarut -l arut . Negara bisa rusak karenanya. ”

“ Ya, hal it ul ah yang membuat ku risau sel ama ini, ” sahut Prabu Brawij aya.

“ Lal u apa t indakan Kanda Prabu ?”

“ Aku masih bingung, ” kat a sang Prabu. “ Sudah kuusahakan menambah bikhu dan brahmana unt uk mendidik dan memperingat kan mereka t api kelakuan mereka masih t et ap sepert i semula, bahkan guru-guru agama Hindu dan Budha it u dianggap sepel e. ”

“ Saya mempunyai seorang keponakan yang ahl i mendidik dalam hal mengat asi kemerosot an budi pekert i, ” kat a rat u Dwarawat i.

“ Bet ul kah ?” t anya sang Prabu.

“ Ya, namanya Sayyid Al i Rahmat ul l ah, put ra dari kanda Dewi Candrawul an di Negeri Cempa. Bil a kanda berkenan saya akan memint a Ramanda Prabu di Cempa unt uk mendat angkan Ali Rahmat ul l ah ke Maj apahit ini. ”

“ Tent u saj a aku akan merasa senang bil a Rama Prabu di Cempa bersedia mengirimkan Sayyid Al i Rahmat ul lah ke Maj apahit ini. ” Kat a Raj a Brawij aya.

Maka pada suat u hari diberangkat kanl ah ut usan dari Maj apahit ke negeri Cempa unt uk memint a Sayyid Al i Rahmat ul l ah dat ang ke Maj apahit .

Kedat angan ut usan Maj apahit disambut gembira ol eh raj a Cempa, dan raj a Cempa t idak keberat an mel epas cucunya ke Maj apahit unt uk mel uaskan pengal aman. Keberangkat an Sayyid Al i Rahmat ke Tanah Jawa t idak sendirian. Ia dit emani ol eh ayah dan kakaknya. Sebagaimana disebut kan di at as, ayah Sayyid Ali Rahmat adal ah Syekh Maul ana Ibrahim Asmarakandi dan kakaknya bernama Sayyid Al i Murt adho.


(36)

Diduga mereka t idak l angsung ke Maj apahit , mel ainkan mendarat di Tuban. Tet api di Tuban, t epat nya di desa Gesikharj o, Syekh Maul ana Ibrahim Asmarakandi j at uh sakit dan meninggal dunia, bel iau dimakamkan didesa t ersebut yang masih t ermasuk ke camat an Pal ang kabupat en Tuban.

Sayyid Murt adho kemudian meneruskan perj al anan, bel iau berda’ wah kel il ing ke daerah Nusa Tenggara, Madura dan sampai ke Bima. Disana beliau mendapat sambut an raj a Pandit a Bima, dan akhirnya berda’ wah di Gresik mendapat sebut an Raden Sant ri, bel iau waf at dan dimakamkan di Gresik. Sayyid Ali Rahmat ul l ah meneruskan perj al anan ke Maj apahit menghadap Prabu Brawij aya sesuai permint aan Rat u Dwarawat i.

“ Nanda Rahmat ul l ah, bersediakah engkau memberikan pel aj aran at au mendidik kaum bangsawan dan rakyat Maj apahit agar mempunyai budi pekert i mul ia ?” t anya sang Prabu. Dengan sikapnya yang sopan t ut ur kat a hal us Sayyid Al i Rahmat ul l ah menj awab. “ Dengan senang hat i Gust i Prabu, saya akan berusaha sekuat -kuat nya unt uk mencurahkan kemampuan saya mendidik mereka. ”

“ Bagus ! ” sahut sang Prabu. “ Bil a demikian kau akan kuberi hadiah sebidang t anah berikut bangunannya di Surabaya. Di sanal ah kau akan mendidik para bangsawan dan pangeran Maj apahit agar berbudi pekert i mul ia. ”

“ Terima kasih saya hat urkan Gust i Prabu, ” j awab Sayyid Al i Rahmat ul l ah.

Disebut kan dal am l it erat ur bahwa sel anj ut nya Sayyid Al i Rahmat ul l ah menet ap beberapa hari di ist ana Maj apahit dan dij odohkan dengan sal ah sat u put ri Maj apahit yang bernama Dewi Candrawat i. Dengan demikian Sayyid Al i Rahmat ul l ah adalah sal ah seorang Pangeran Maj apahit , karena dia adal ah menant u raj a Maj apahit . Sel anj ut nya, pada hari yang t el ah dit ent ukan berangkat l ah rombongan Sayyid Al i Rahmat ul l ah ke sebuah daerah di Surabaya yang disebut sebagai Ampel dent a.

Sel ama dal am perj alanan banyak hal -hal aneh di j umpai rombongan it u. Diant aranya adal ah pert emuan Sayyid Al i Rahmat ul l ah dengan seorang gadis bernama Sit i Karimah yang kemudian menj adi ist erinya. Dan sepanj ang perj al anan it u bel iau j uga mel akukan da’ wah sehingga bert ambahl ah anggot a rombongan yang mengikut i perj al anannya ke Ampeldent a. Semenj ak Sayyid Ali Rahmat ul l ah diambil menant u Raj a Brawij aya maka bel iau adal ah anggot a kel uarga keraj aan Maj apahit at au sal ah seorang pangeran, para pangeran pada j aman dul u di t andai dengan nama depan Raden. Sel anj ut nya bel iau l ebih dikenal dengan sebut an Raden Rahmat . Dan karena bel iau menet ap di desa Ampel dent a, menj adi penguasa daerah t ersebut maka


(1)

Dat uk Kahf i, mereka ingin memperdal am agama Isl am sepert i aj aran Nabi Muhammad SAW. Tapi keinginan mereka dit ol ak ol eh Prabu Sil iwangi.

Pangeran Wal angsungsang dan adiknya nekad, keduanya mel arikan diri dari ist ana dan pergi berguru kepada Syekh Dat uk Kahf i di Gunung Jat i . Set el ah berguru beberapa l ama di Gunung Jat i, Pangeran Walangsungsang diperint ahkan ol eh Syekh Dat uk Kahf i unt uk membuka hut an di bagian sel at an Gunung Jat i. Pangeran Wal angsungsang adal ah seorang pemuda sakt i, t ugas it u disel esaikannya hanya dalam beberapa hari. Daerah it u dij adikan pendukuhan yang makin hari banyak orang berdat angan menet ap dan menj adi pengikut Pangeran Wal angsungsang. Set elah daerah it u ramai Pangeran Wal angsungsang diangkat sebagai kepal a Dukuh dengan gel ar Cakrabuana. Daerahnya dinamakan Tegal Al ang-al ang.

Orang yang menet ap di Tegal Alang-al ang t erdiri dari berbagai rasa at au ket urunan, banyak pul a pedagang asing yang menj adi penduduk t ersebut , sehingga t erj adil ah pembauran dari berbagai ras dan pencampuran it u dalam bahasa Sunda disebut Caruban. Maka Legal Alang-al ang disebut Caruban.

Sebagian besar rakyat Caruban mat a pencariannya adal ah mencari udang kemudian dibuat nya menj adi pet is yang t erkenal .

Dal am bahasa Sunda Pet is dari air udang it u, Cai Rebon. Daerah Carubanpun kemudian l ebih dikenal sebagai Cirebon hingga sekarang ini. Set el ah dianggap memenuhi syarat , Pangeran Cakrabuana dan Rarasant ang di perint ah Dat uk Kahf i unt uk mel aksanakan ibadah haj i ke Tanah Suci. Di Kot a Suci Mekkah, kedua kakak beradik it u t inggal di rumah seorang ul ama besar bernama Syekh Bayanil lah sambil menambah penget ahuan agama.

Sewakt u mengerj akan t awaf mengel ilingi Ka’ bah kedua kakak beradik it u bert emu dengan seorang Raj a Mesir bernama Sul t an Syarif Abdul l ah yang sama-sama menj al ani Ibadah haj i. Raj a Mesir it u t ert arik pada waj ah Rarasant ang yang mirip mendiang ist rinya.

Sesudah ibadah haj i diselesaikan Raj a Mesir it u mel amar Rarasant ang pada Syekh Bayanil l ah. Rarasant ang dan Pangeran Cakrabuana t idak keberat an. Maka dil angsungkanl ah pernikahan dengan cara Mazhab Syaf i’ i. Nama Rarasant ang kemudian digant i dengan Syarif ah Mudaim. Dari perkawinan it u l ahirl ah Syarif Hidayat ul l ah dan Syarif Nurul l ah.

Pangeran Cakrabuana sempat t inggal di Mesir sel ama t iga t ahun. Kemudian pul ang ke Jawa dan mendirikan Negeri Caruban Larang. Negeri Caruban Larang adal ah perluasan dari daerah


(2)

Caruban at au Cirebon, pol a pemerint ahannya menggunakan azas Isl ami. Ist ana negeri it u dinamakan sesuai dengan put ri Pangeran Cakrabuana yait u Pakungwat i.

Dal am wakt u singkat Negeri Caruban Larang t elah t erkenal ke sel uruh Tanah Jawa, t erdengar pul a ol eh Prabu Sil iwangi sel aku penguasa daerah Jawa Barat . Set el ah menget ahui negeri baru t ersebut dipimpin put ranya sendiri, maka sang Raj a t idak keberat an walau hat inya kurang berkenan. Sang Prabu akhirnya j uga merest ui t ampuk pemerint ahan put ranya, bahkan sang Prabu memberinya gelar Sri Manggana.

Sement ara it u dal am usia muda Syarif Hidayat ul l ah dit inggal mat i ol eh ayahnya. Ia dit unj uk unt uk menggant ikan kedudukannya sebagai Raj a Mesir, t api anak muda yang masih berusia dua pul uh t ahun it u t idak mau. Dia dan ibunya bermaksud pul ang ke t anah Jawa berdakwah di Jawa Barat . Kedudukan ayahnya it u kemudian diberi kan kepada adiknya yait u Syarif Nurul l ah.

Sewakt u berada di negeri Mesir, Syarif Hidayat ul l ah berguru kepada beberapa ulama besar didarat an Timur Tengah. Dal am usia muda it u ilmunya sudah sangat banyak, maka ket ika pul ang ke t anah l el uhurnya yait u Jawa, ia t idak merasa kesul it an mel akukan dakwah.

2. Perj uangan Sunan Gunung Jati

Sering kal i t erj adi kerancuan ant ara nama Fat ahil l ah dengan Syarif Hidayat ul l ah yang bergel ar Sunan Gunung Jat i. Orang menganggap Fat ahil l ah dan Syarif Hidayat ul l ah adal ah sat u, t et api yang benar adal ah dua orang. Syarif Hidayat ul l ah cucu Raj a Paj aj aran adal ah seorang penyebar agama Islam di Jawa Barat yang kemudian disebut Sunan Gunungj at i.

Sedang Fat ahil l ah adal ah seorang pemuda Pasai yang dikirim Sul t an Trenggana membant u Sunan Gunungj at i berperang mel awan penj aj ah Port ugis.

Bukt i bahwa Fat ahil l ah bukan Sunan Gunungj at i adal ah makam dekat Sul t an Gunungj at i yang ada t ul isan Tubagus Pasai Fat hul l ah at au Fat ahil l ah at au Fal et ehan menurut l idah orang Port ugis. Syarif Hidayat ul lah dan ibunya Syarif ah Muda’ im dat ang di negeri Caruban Larang Jawa Barat pada t ahun 1475 sesudah mampir dahul u di Guj arat dan Pasai unt uk menambah pengal aman. Kedua orang it u disambut gembira oleh Pangeran Cakrabuana dan kel uarganya. Syekh Dat uk Kahf i sudah waf at , guru Pangeran Cakrabuana dan Syarif ah Muda’ im it u dimakamkan di Pasambangan. Dengan al asan agar selal u dekat dengan makam gurunya, Syarif ah Muda’ im mint a agar diij inkan t inggal di Pasambangan at au Gunungj at i.


(3)

Syarif ah Muda’ im dan put ranya yait u Syarif Hi dayat ul l ah meneruskan usaha Syekh Dat uk Kahf i membuka Pesant ren Gunungj at i. Sehingga kemudian dari Syarif Hidayat ul lah l ebih dikenal dengan sebut an Sunan Gunungj at i.

Tibalah saat yang dit ent ukan, Pangeran Cakrabuana menikahkan anaknya yait u Nyi Pakungwat i dengan Syarif Hidayat ul l ah. Sel anj ut nya yait u pada t ahun 1479, karena usianya sudah l anj ut Pangeran Cakrabuana menyerahkan kekuasaan Negeri Caruban kepada Syarif Hidayat ul l ah dengan gel ar Susuhunan art inya orang yang dij unj ung t inggi. Disebut kan, pada t ahun pert ama pemerint ahannya Syarif Hidayat ul l ah berkunj ung ke Paj aj aran unt uk mengunj ungi kakeknya yait u Prabu Sil iwangi. Sang Prabu diaj ak masuk Isl am kembal i t api t idak mau. Mest i Prabu Sil iwangi t idak mau masuk Isl am, dia t idak menghal angi cucunya menyiarkan agama Isl am di wil ayah Paj aj aran. Syarif Hidayat ul l ah kemudian mel anj ut kan perj al anan ke Serang. Penduduk Serang sudah ada yang masuk Isl am dikarenakan banyaknya saudagar dari Arab dan Guj arat yang sering singgah ke t empat it u.

Kedat angan Syarif Hidayat ul l ah disambut baik ol eh adipat i Bant en. Bahkan Syarif Hidayat ul l ah dij odohkan dengan put ri Adipat i Bant en yang bernama Nyi Kawungt en. Dari perkawinan inil ah kemudian Syarif Hidayat ul lah di karuniai orang put ra

yait u Nyi Rat u Winaon dan Pangeran Sebakingking. Dal am menyebarkan agama isl am di Tanah Jawa, Syarif Hidayat ul l ah at au Sunan Gunungj at i t idak bekerj a sendirian, bel iau sering ikut bermusyawarah dengan anggot a wal i lainnya di Masj id Demak. Bahkan disebut kan bel iau j uga membant u berdrinya Masj id Demak. Dari pergaulannya dengan Sul t an Demak dan para Wal i l ainnya ini akhirnya Syarif Hidayat ul l ah mendirikan Kesul t anan Pakungwat i dan ia memproklamirkan diri sebagai Raj a yang pert ama dengan gel ar Sult an.

Dengan berdirinya Kesul t anan t ersebut Cirebon t idak l agi mengirim upet i kepada Paj aj aran yang biasanya disal urkan l ewat Kadipat en Gal uh. Tindakan ini dianggap sebagai pembangkangan ol eh Raj a Paj aj aran. Raj a Paj aj aran t ak pedul i siapa yang berdiri di bal ik Kesul t anan Cirebon it u maka dikirimkannya pasukan praj urit pil ihan yang dipimpin ol eh Ki Jagabaya. Tugas mereka adalah menangkap Syarif Hidayat ul l ah yang dianggap l ancang mengangkat diri sebagai raj a t andingan Paj aj aran. Tapi usaha ini t idak berhasil , Ki Jagabaya dan anak buahnya mal ah t idak kembal i ke Paj aj aran, mereka masuk Isl am dan menj adi pengikut Syarif Hidayayul l ah.

Dengan bergabungnya praj urit dan perwira pil ihan ke Cirebon maka makin bert ambah besarl ah pengaruh Kesul t anan Pakungwat i. Daerah-daerah l ain sepert i : Surant aka, Japura, Wana Giri, Tel aga dan lain-l ain menyat akan diri menj adi wi l ayah Kasul t anan Cirebon. Lebih-l ebih dengan diperl uasnya Pel abuhan Muara Jat i, makin bert ambah besarlah pengaruh Kasul t anan Cirebon. Banyak pedagang besar dari negeri asing dat ang menj al in persahabat an. Diant aranya dari negeri Tiongkok. Sal ah seorang kel uarga ist ana Cirebon kawin dengan Pembesar dari negeri Cina yang berkunj ung ke Cirebon yait u Ma Huan. Maka j al inan ant ara Cirebon dan negeri Cina makin erat .


(4)

Bahkan Sunan Gunungj at i pernah diundang ke negeri Cina dan kawin dengan put ri Kaisar Cina yang bernama Put ri Ong Tien. Kaisar Cina yang pada saat it u dari dinast i Ming j uga beragama Isl am. Dengan perkawinan it u sang Kaisar ingin menj al in erat hubungan baik ant ara Cirebon dan negeri Cina, hal ini t ernyat a mengunt ungkan bangsa Cina unt uk dimanf aat kan dal am dunia perdagangan.

Sesudah kawin dengan Sunan Gunungj at i, Put ri Ong Tien di gant i namanya menj adi Nyi Rat u Rara Semanding. Kaisar ayah Put ri Ong Tien ini membekali put ranya dengan hart a benda yang t idak sedikit , sebagian besar barang-barang peninggal an put ri Ong Tien yang dibawa dari negeri Cina it u sampai sekarang masih ada dan t ersimpan di t empat yang aman. Ist ana dan Masj id Cirebon kemudian dihiasi dan diperl uas l agi dengan mot if -mot if hiasan dinding dari negeri Cina. Masj id Agung Sang Cipt arasa dibangun pada t ahun 1480 at as prakar sa Nyi Rat u Pakungwat i at au ist ri Sunan Gunungj at i. Dari pembangunan masj id it u mel ibat kan banyak pihak, diant aranya Wal i Songo dan sej uml ah t enaga ahl i yang di kirim ol eh Raden Pat ah. Dal am pembangunan it u Sunan Kal ij aga mendapat penghormat an unt uk mendirikan Soko Tat al sebagai l ambang persat uan ummat .

Sel esai membangun masj id, diserukan dengan membangun j al an-j al an raya yang menghubungkan Cirebon dengan daerah-daerah Kadipat en l ainnya unt uk memperl uas pengembangan Isl am di sel uruh Tanah Pasundan. Prabu Sil iwangi hanya bisa menahan diri at as perkembangan wil ayah Ci rebon yang semakin l uas it u. Bahkan wil ayah Paj aj aran sendiri sudah semakin t erhimpit .

Pada t ahun 1511 Mal aka diduduki ol eh bangsa Port ugis. Selanj ut nya mereka ingin mel uaskan kekuasaan ke Pul au Jawa. Pel abuhan Sunda Kel apa yang j adi incaran mereka unt uk menancapkan kuku penj aj ahan. Demak Bint oro t ahu bahaya besar yang mengancam kepulauan Nusant ara. Ol eh karena it u Raden Pat ah mengirim Adipat i Unus at au Pangeran Sabrang Lor unt uk menyerang Port ugis di Mal aka. Tapi usaha it u t ak membuahkan hasil , persenj at aan Port ugis t erl al u l engkap, dan mereka t erl anj ur mendirikan bent eng yang kuat di Mal aka.

Ket ika Adipat i Unus kembal i ke Jawa, seorang pej uang dari Pasai (Mal aka) bernama Fat ahil l ah ikut berl ayar ke Pul au Jawa. Pasai sudah t idak aman l agi bagi mubal igh sepert i Fat ahil l ah karena it u bel iau ingin menyebar kan agama Isl am di Tanah Jawa.

Raden Pat ah waf at pada t ahun 1518, berkedudukannya digant ikan ol eh Adipat i Unus at au Pangeran Sabrang Lor, baru saj a bel iau dinobat kan muncul l ah pemberont akanpemberont akan dari daerah pedal aman, didal am usaha memadamkan pemberont akan it u Pangeran Sabrang Lor meninggal dunia, gugur sebagai pej uang sahid. Pada t ahun 1521 Sul t an Demak di pegang ol eh Raden Trenggana put ra Raden Pat ah yang ket iga. Di dal am pemerint ahan Sul t an Trenggana inil ah Fat ahillah diangkat sebagai Pangl ima Perang yang akan dit ugaskan mengusir Port ugis di Sunda Kel apa.


(5)

Fat ahil l ah yang pernah berpengal aman mel awan Port ugis di Mal aka sekarang harus mengangkat senj at a lagi. Dari Demak mul a-mula pasukan yang dipimpinnya menuj u Cirebon. Pasukan gabungan Demak Cirebon it u kemudian menuj u Sunda Kel apa yang sudah dij arah Port ugis at as bant uan Paj aj aran.

Mengapa Paj aj aran membant u Port ugis ? Karena Paj aj aran merasa iri dan dendam pada perkembangan wil ayah Ci rebon yang semakin l uas, ket ika Port ugis menj anj ikan bersedia membant u merebut wilayah Paj aj aran yang dikuasai Cirebon maka Raj a Paj aj aran menyet uj uinya.

Mengapa Pasukan gabungan Demak-Cirebon it u t i dak dipimpin ol eh Sunan Gunungj at i ? Karena Sunan Gunungj at i t ahu dia harus berperang melawan kakeknya sendiri, maka diperint ahkannya Fat ahil l ah memimpin serbuan it u. Pengal aman adal ah guru yang t erbaik, dari pengal amannya bert empur di Mal aka, t ahul ah Fat ahil l ah t it ik-t it ik l emah t ent ara dan siasat Port ugis. It u sebabnya dia dapat memberi komando dengan t epat dan set iap serangan Demak-Cirebon sel al u membawa hasil gemilang.

Akhirnya Port ugis dan Paj aj aran kalah, Port ugis kembal i ke Mal aka, sedangkan Paj aj aran cerai berai t ak menent u arahnya. Sel anj ut nya Fat ahi l lah dit ugaskan mengamankan Bant en dari gangguan para pemberont ak yait u sisa-sisa pasukan Paj aj aran. Usaha ini t idak menemui kesul it an karena Fat ahillah dibant u put r a Sunan Gunungj at i yang bernama Pangeran Sebakingking. Di kemudian hari Pangeran Sebakingking ini menj adi penguasa Bant en dengan gel ar Pangeran Hasanuddin.

Fat ahil l ah kemudian diangkat segenap Adipat i di Sunda Kel apa. Dan merubah nama Sunda Kel apa menj adi Jayakart a, karena Sunan Gunungj at i sel aku Sul t an Cirebon t el ah memanggil nya unt uk mel uaskan daerah Cirebon agar Isl am l ebih merat a di Jawa Barat . Bert urut -t urut Fat ahil l ah dapat menakl ukkan daerah TALAGA sebuah negara kecil yang dikuasai raj a Budha bernama Prabu Pacukuman. Kemudian keraj aan Gal uh yang hendak meneruskan kebesaran Paj aj aran l ama. Raj a Galuh ini bernama Prabu Cakraningrat dengan senopat inya yang t erkenal yait u Aria Kiban. Tapi Gal uh t ak dapat membendung kekuat an Cirebon, akhirnya raj a dan senopat inya t ewas dalam peperangan it u.

Kemenangan demi kemenangan berhasil diraih Fat ahil l ah. Akhirnya Sunan Gunungj at i memanggil ulama dari Pasai it u ke Cirebon. Sunan Gunungj at i menj odohkan Fat ahil l ah dengan Rat u Wul ung Ayu. Sement ara kedudukan Fat ahi llah sel aku Adipat i Jayakart a kemudian diserahkan kepada Ki Bagus Angke. Ket ika usia Sunan Gunungj at i sudah semakin t ua, bel iau mengangkat put ranya yait u Pangeran Muhammad Arif in sebagai Sul t an Cirebon ke dua dengan gel ar Pangeran Pasara Pasarean. Fat ahillah yang di Ci rebon sering disebut Tubagus at au Kyai Bagus Pasai diangkat menj adi penasehat sang Sul t an.


(6)

` Sunan Gunungj at i l ebih memusat kan diri pada penyiaran dakwah Isl am di Gunungj at i at au Pesant ren Pasambangan. Namun lima t ahun sej ak pengangkat annya mendadak Pangeran Muhammad Arif in meninggal dunia mendahul ui ayahandanya. Kedudukan Sul t an kemudian diberikan kepada Pangeran Sebakingking yang bergel ar sul t an Maul ana Hasanuddin, dengan kedudukannya di Bant en. Sedang Cirebon wal aupun masih t et ap digunakan sebagai kesul t anan t api Sul t annya hanya bergel ar Adipat i. Yait u Adipat i Carbon I. Adpat i Carbon I ini adalah menant u Fat ahil l ah yang diangkat sebagai Sul t an Cirebon ol eh Sunan Gunungj at i.

Adapun nama asl inya Adipat i Carbon adal ah Aria Kamuning.

Sunan Gunungj at i waf at pada t ahun 1568, dalam usia 120 t ahun. Bersama ibunya, dan pangeran Carkrabuasa bel iau dimakamkan di gunung Sembung. Dua t ahun kemudian waf at pul a Kyai Bagus Pasai, Fat ahil l ah dimakamkan dit empat yang sama, makam kedua t okoh it u berdampingan, t anpa diperant arai apapun j uga.

Demikianl ah riwayat perj uangan Sunan Gunungj at i.