TINJAUAN PERKEMBANGAN KREDIT UMKM

+,-.0123. +,-+,.+012345676 89539+-+:+567 10 tujuan yang tertuang dalam kerangka acuan kegiatan sebagai krangka pikir dalam penyelesaian kajian. Secara diagramatis, alur kerangka pikir kegiatan terlihat pada Gambar berikut. Gambar 2.1 Alur Kerangka Pikir

2.2 TINJAUAN PERKEMBANGAN KREDIT UMKM

Berdasarkan data pada statistik Perbankan BI, sejak tahun 1983 pemerintah secara konsisten telah melakukan berbagai upaya deregulasi sebagai upaya penyesuaian struktural dan restrukturisasi perekonomian. Kendati demikian, banyak yang mensinyalir deregulasi di bidang perdagangan dan investasi tidak memberi banyak keuntungan bagi perusahaan kecil dan menengah; bahkan justru perusahaan besar dan konglomeratlah yang mendapat keuntungan. Studi empiris +,-.0123. +,-+,.+012345676 89539+-+:+567 11 membuktikan bahwa pertambahan nilai tambah ternyata tidak dinikmati oleh perusahaan skala kecil, sedang, dan besar, namun justru perusahaan skala konglomerat, dengan tenaga kerja lebih dari 1.000 orang, yang menikmati kenaikan nilai tambah secara absolut maupun per rata-rata perusahaan Kuncoro Abimanyu, 1995. Pada tahun 2008, pertumbuhan total kredit UMKM menunjukkan kenaikan sebesar 26. Pada Oktober 2009 Bank Swasta Nasional tercatat sebagai pemberi kredit UMKM terbesar dengan proporsi sebesar 42 dari total keseluruhan kredit UMKM. Sedangkan untuk penggunaannya, kredit tersebut lebih banyak digunakan untuk konsumsi dengan proporsi sebesar 53 dari total kredit, lalu diikuti untuk penggunaan modal kerja sebesar 38, kemudian untuk keperluan investasi sebesar 9 lihat Tabel 2.1. Tabel 2.1 Pertumbuhan Kredit UMKM Rp miliar + ,--. ,-- ,--0 12,--3 4526768+ 9-0:-; 4+=12 ,--3 +45=5 ?? 3 . ?- ,- ,? . - +4 , 03 . ? 0 . -3 - ,3 +=2=+ 3 ,. ,0 , ,3- -3 - 3 ,, ?, +=++65+ ,, ,- - , ?-. ,0 ? , ? ,685-2. ?- ??, -, 30 . 3? ?0 ,. -- ,+=4+6++ -50 ,-? . ,? ??, , ?? , 1+2=2= ? ?? 0 ? ,-3 . 0- ,, 3 +=6= ,-, , ? , ,3? 0- -- ,685-2. ?- ??, -, 30 . 3? ?0 ,. -- +,-.-0123-34356-75-717+74-853+9::; Untuk mengoptimalkan pemberian kredit oleh bank-bank kepada usaha kecil, Bank Indonesia bersama dengan perbankan selama ini telah menempuh tiga strategi dasar sebagai berikut: Pertama, penerapan batas minimum pemberian kredit sebesar 20 dari keseluruhan kredit bagi semua bank, sesuai dengan ketentuan Paket Kebijakan +,-.0123. +,-+,.+012345676 89539+-+:+567 12 Januari Pakjan 1990 serta penyediaan fasilitas kredit likuiditas untuk membiayai sektor yang menjadi prioritas yaitu pengembangan koperasi, pengadaan pangan dan pemilikan rumah sederhana. Hal ini dilaksanakan dalam pemberian Kredit Likuiditas Bank Indonesia KLBI untuk Kredit Usaha Tani KUT, Kredit Koperasi Unit Desa KKUD, Kredit Ketahanan Pangan Agribisnis KKPA. Kedua, mengembangkan kelembagaan dengan memperluas jaringan perbankan, mendorong kerja sama antarbank dalam penyaluran Kredit Usaha Kecil KUK dan mengembangkan lembaga-lembaga keuangan yang sesuai dengan kebutuhan penduduk berpenghasilan rendah, seperti pendirian Bank Perkreditan Rakyat BPR dan BPR Syariah. Ketiga, pemberian bantuan teknis melalui Proyek Pengembangan Usaha Kecil PPUK, Proyek Hubungan Bank dengan Kelompok Swadaya Masyarakat PHBK, dan Proyek Kredit Mikro PKM. Dengan PPUK diharapkan dapat mengubah sikap, pen-dekatan, dan keterampilan petugas perkreditan bank dalam penanganan kredit usaha kecil. Bantuan kepada perbankan tersebut berupa identifikasi peluang investasi yang layak dibiayai dengan KUK atau dibiayai melalui proyek kemitraan antara usaha besar dengan usaha kecil. Tujuan PHBK adalah mengusahakan tersedianya pelayanan keuangan bagi Kelompok Swadaya Masyarakat KSM yang mempunyai kegiatan simpan pinjam dan beranggotakan petani kecil, serta para pengusaha kecil di sektor informal kegiatan PHBK berdasarkan prinsip-prinsip pokok swadaya, yang antara lain mempromosikan tabungan dan mengkaitkan tabungan tersebut dengan pemberian kredit. Dengan demikian, maka kredit akan diberikan apabila kelompok tersebut berhasil dalam memobilisasi tabungan anggotanya. PKM bertujuan mendorong program pemerintah dalam meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja di pedesaan, pengentasan kemiskinan, dan meningkatkan kemampuan lembaga pedesaan. Sampai dengan akhir tahun 2008, jumlah unit UMKM di Indonesia mencapai angka 51,25 juta unit usaha. Namun demikian, dari jumlah tersebut, yang telah memperoleh kredit dari perbankan hanya sekitar 37,36 atau 19,1 juta, sehingga +,-.0123. +,-+,.+012345676 89539+-+:+567 13 sisanya sejumlah 32,15 juta sama sekali belum tersentuh perbankan. Dari sejumlah 51,25 juta UMKM tersebut ternyata 98,9 persennya adalah Usaha Mikro yang berbentuk usaha rumah tangga, pedagang kaki lima, dan berbagai jenis usaha mikro lain yang bersifat informal, di mana pada skala inilah paling banyak menyerap tenaga kerja pro job dan mampu menopang peningkatan taraf hidup masyarakat pro poor. Apabila tidak ada upaya khusus dari pemerintah, dikhawatirkan perbankan masih akan menghadapi kesulitan untuk dapat memberikan kredit kepada UMKM karena pada umumnya walaupun UMKM telah feasible namun belum bankable. Perbankan dituntut menerapkan manajemen risiko secara international best practices Basel 2 yang tidak cocok dengan kondisi UMKM khususnya dan kondisi makro ekonomi Indonesia. Meskipun sebelum tahun 2007, cukup banyak program pemerintah yang ditujukan untuk mempercepat perkembangan UMKM melalui berbagai jenis kredit perbankan sebagaimana tabel 2.2, namun perkembangan berbagai program tersebut tampaknya belum menarik minat perbankan sehingga dampaknya belum dirasakan secara signifikan oleh para pelaku UMKM di tingkat akar rumput. Berbagai skim kredit yang telah dikeluarkan untuk mengembangkan seKtor riil dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.2 Berbagai Skim Kredit untuk Mengembangkan Sektor Riil Sumber : Djoko Retnadi Kredit Usaha Rakyat KUR, Harapan Dan Tantangan Economic Review No. 212 Juni 2008. +,-.0123. +,-+,.+012345676 89539+-+:+567 14

2.3 KEBIJAKAN PENYALURAN KUR