+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
1
1.1 LATAR BELAKANG
Peran UMKM Usaha Mikro Kecil dan Menengah selama ini diakui berbagai pihak cukup besar dalam perekonomian nasional. Beberapa peran strategis UMKM
menurut Bank Indonesia antara lain: a jumlahnya yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi; b menyerap banyak tenaga kerja dan setiap investasi
menciptakan lebih banyak kesempatan kerja; c memiliki kemampuan untuk memanfaatkan bahan baku lokal dan menghasilkan barang dan jasa yang
dibutuhkan masyarakat luas dengan harga terjangkau. Dalam posisi strategis tersebut, pada sisi lain UMKM masih menghadapi banyak masalah dan hambatan
dalam melaksanakan dan mengembangkan aktivitas usahanya. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama ini telah
sering diungkapkan, antara lain : 1 manajemen, 2 permodalan, 3 Teknologi, 4 bahan baku, 5 informasi dan pemasaran, 6 infrastruktur, 7 birokrasi dan
pungutan, serta 8 kemitraan. Beragamnya masalah dan kendala yang dihadapi UMKM, tampaknya masalah
permodalan masih merupakan salah satu faktor kritis bagi UMKM, baik untuk pemenuhan kebutuhan modal kerja maupun modal investasi dalam
pengembangan usaha. Kemampuan UMKM yang lemah dalam mengakses permodalan terutama kepada lembaga keuangan formal selalu menjadi bahan
perbincangan yang tadak habis-habisnya, seolah-olah menjadi kendala yang sulit dicarikan pemecahannya oleh para ahli di negeri ini. Dari jumlah unit UMKM yang
mencapai angka 49,8 juta yang tersebar di seluruh wilayah di semua sektor usaha BPS, 2008 hanya sekitar 39 atau 19,4 juta yang telah memperoleh kredit
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
2
perbankan, sedangkan sisanya belum sama sekali tersentuh lembaga perbankan. Sebagian besar dari UMKM yang berjumlah 49,8 juta tersebut atau sekitar 95,7
adalah usaha mikro : usaha rumah tangga, pedagang kaki lima, dan berbagai jenis usaha bersifat informal lainnya. Pada skala ini pula paling banyak menyerap tenaga
kerja dan menopang peningkatan taraf hidup masyarakat, diperkirakan 91,8 juta orang 97,3 dari total kesempatan kerja. Selain itu, kontribusi UMKM dalam PDB
nasional mencapai Rp. 2.121,3 triliun 53,6 dari total PDB, kontribusi ekspor mencapai Rp 142,8 triliun 20 dari total ekspor non migas, investasi fisik UMKM,
mencapai Rp 462,01 triliun 46,9. Sebagaimana diketahui, bahwa krisis finansial global telah berdampak besar
pada sektor riil yang sebagian besar digeluti UMKM. Antisipasi dan langkah- langkah penyelamatan agar sektor riil bisa bertahan dan terselamatkan perlu selalu
diupayakan dengan memberikan dukungan permodalan kepada UMKM yang terkena krisis. Untuk itu, diperlukan langkah berani dari pemerintah melalui
kebijakan yang mendorong perbankan untuk memberikan kelonggaran kepada UMKM yang memerlukan modal, karena pada umumnya walaupun UMKM telah
feasibel namun belum bankabel, pada sisi lain perbankan dituntut menerapkan manajemen risiko yang standar dan tidak cocok dengan kondisi UMKM.
Sehubungan dengan upaya mengatasi masalah permodalan UMKM sebagaimana uraian di atas, Kementerian Negara Koperasi dan UKM turut
memprakarsai program perkuatan permodalan melalui Kredit Usaha Rakyat KUR. Adapun tujuan diluncurkannya KUR adalah 1 untuk mempercepat pengembangan
sektor riil dan pemberdayaan UMKM; 2 untuk meningkatkan akses pembiayaan kepada UMKM dan koperasi; 3 untuk penanggulangan kemiskinan dan perluasan
lapangan kerja. KUR adalah skim penjaminan kredit yang khusus diperuntukkan bagi UMKM dan Koperasi yang usahanya layak namun tidak mempunyai agunan
yang cukup sesuai persyaratan yang ditetapkan Perbankan yang dijamin oleh Perum Jamkrindo dan PT Askrindo. Program KUR telah diresmikan oleh Presiden
pada tanggal 5 November 2007. Program ini khusus ditujukan untuk memperkuat permodalan usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah UMKM secara
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
3
perorangan, sedangkan bagi kelompok disalurkan melalui koperasi. Program KUR didukung oleh enam bank umum, yaitu BRI, BNI, BTN, Bank Mandiri, Bank Syariah
Mandiri, dan Bukopin, serta dua perusahaan penjaminan yaitu Perum Sarana Pengembangan Usaha Perum SPU sekarang berubah menjadi Perum Jaminan
Kredit Indonesia Perum Jamkrindo dan PT Asuransi Kredit Indonesia PT Askrindo. KUR
dijamin oleh pemerintah sebesar 70 persen melalui Perum Jamkrindo dan PT Askrindo. Dalam waktu lima tahun ke depan mulai tahun 2010
diharapkan dapat mengucurkan dana kepada UMKM dan koperasi sebesar Rp 100 triliun.
Kebijakan ini
jelas menunjukkan
keseriusan pemerintah
untuk memberdayakan UMKM dan koperasi dalam rangka mengurangi angka kemiskinan
dan pengangguran. Melalui pola perkreditan seperti KUR, yang bersifat kredit masal, maka harapan tersebut optimis terpenuhi mengingat calon penerima kredit
tidak diwajibkan untuk menyediakan jaminan tambahan, seperti pada kredit lainnya yang terikat dengan ketentuan bank teknis.
Terkait dengan percepatan penyaluran KUR, Tim Pengendalian Program Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil TP3UMK dan Tim Koordinator Program
Pengendalian Penanggulangan Kemiskinan TKPK mengeluarkan rekomendasi kebijakan sebagai berikut :
1 Program KUR terdiri dari: KUR Mikro sampai dengan Rp 5 juta, KUR biasa Rp 5 sd Rp 500 juta dan KUR Linkage lebih besar dari Rp 500 juta sampai
dengan Rp 2 miliar; 2 Meningkatkan capacity building untuk konsultan keuangan mitra bank KKMB,
LKM, dan koperasi; 3 Mengadakan sosialisasi dan evaluasi program KUR;
4 Membuat pemeringkatanrating LKM yang ikut program linkage dengan pelaksana rating oleh lembaga independen.
Realisasi penyaluran KUR sampai tanggal 31 November 2009 telah mencapai Rp 16,45 triliun KUR dan KUR Mikro, dimana KUR Mikro hanya disalurkan oleh
BRI dengan nilai sebesar Rp 9,15 triliun. BRI merupakan bank terbesar dalam
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
4
menyalurkan KUR, diikuti oleh Bank Mandiri dan BNI, sedangkan sektor terbesar yang menyerap KUR adalah sektor perdagangan Rp 8,41 triliun 54,8 dan
sektor pertanian sebesar Rp 4,17 triliun 27,2. Pada sisi lain, provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat merupakan provinsi yang cukup besar dalam
menyerap dana KUR yaitu di atas 10 , sedangkan untuk provinsi lain rata-rata berkisar antara 0,3 - 6 .
1.2 PERMASALAHAN