+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
38
Penggunaan analisa AHP dimaksudkan untuk bisa memberikan gambaran terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran KUR.
3.8 ORGANISASI PELAKSANA
Kegiatan ini dilaksanakan secara swakelola dilakukan pada tahun 2009 dengan dana APBN, dibawah pengarahan Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya
UKMK dan Asdep Urusan Penelitian UKM dengan Tim sesuai Surat Keputusan Sekretaris Menteri Negara KUKM, sebagai berikut:
1. Penanggung Jawab :
Indra Idris, SE, MM 2. Koordinator
: Prof. Dr. Ir. Suhendar Sulaiman, MS
3. Anggota :
Drs. Joko Sutrisno, MM Iskandar
Yori Andriani, SS Ferry Indraputra, SE
Sedangkan dalam penulisan laporan dilakukan Tim dan Tenaga ahli dengan anggota Tim sebagai berikut:
1. Pengarah
: Prof. Dr. Ir. Eriyatno, MSAE
Ahmad Junaidi, SE, ME 2. Penulis
: Indra Idris, SE, MM
Dr. Ir. Kholil, MKom Ir. Arfian Muslim, MPI
Saiful Abidin, SE, MM 3. Pengolah data
: Nurul A’isyah, AMd
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
39
Pada bab ini akan diuraikan hasil pengamatan lapangan dan analisis dari data primer maupun data sekunder yang telah diperoleh dalam mengeksplorasi
segala sesuatu yang berkaitan dengan KUR. Adapun penjelasan hasil pengamatan dan analisis dapat dilihat dibawah ini.
4.1 PERKEMBANGAN KREDIT UMKM DI LOKASI KAJIAN
Perkembangan kredit UMKM di lokasi kajian berdasarkan Kajian Ekonomi Regional Bank Indonesia pada masing-masing provinsi menggambarkan kondisi
sebagai berikut :
4.1.1 Provinsi Sumatera Utara
Penyaluran kredit UMKM pada triwulan III-2009 sebesar Rp 33,07 triliun atau mengalami peningkatan 5,45 dibandingkan triwulan II-2009 atau 8,71
dibandingkan triwulan III-2008.
Grafik 4.1 Perkembangan Kredit UMKM di provinsi Sumatera Utara Sumber: Bank Indonesia
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
40
Struktur kredit UMKM didominasi oleh kredit menengah yang nilainya mencapai Rp 19,51 triliun atau 59,00 dari total kredit UMKM. Sementara itu kredit
kecil nilainya mencapai Rp 11,72 triliun atau 35,44 dari total kredit UMKM dan kredit mikro sebesar Rp 1,84 triliun atau 5,56 dari total kredit UMKM. Bila ditelaah
lebih lanjut, meskipun proporsi kredit mikro paling kecil namun pertumbuhannya dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu paling tinggi atau sebesar 20,26.
Kredit kecil dan kredit menengah masing-masing meningkat 10,88 dan 6,50.
Grafik 4.2 Struktur Kredit UMKM Sumatera Utara Sumber: Bank Indonesia
Bila ditinjau lebih jauh, struktur kredit menengah didominasi oleh kredit modal kerja, kontradiktif dengan kredit mikro dan kecil yang justru didominasi oleh
kredit konsumsi. Kredit mikro yang digunakan untuk konsumsi nilainya mencapai Rp 1,15 triliun atau 62,50 dari total kredit mikro, kredit mikro yang digunakan
untuk modal kerja sebesar Rp 0,48 triliun 26,09 dari total kredit mikro, dan kredit mikro yang ditujukan untuk investasi sebesar Rp 0,21 triliun 11,41 dari total
kredit mikro.
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
41
Grafik 4.3 Struktur Kredit Mikro, Kredit Kecil, dan Kredit Menengah provinsi Sumatera Utara
Sumber: Bank Indonesia Kredit kecil yang digunakan untuk konsumsi sebesar Rp 5,59 triliun atau
47,70 dari total kredit kecil. Kredit kecil yang digunakan untuk modal kerja sebesar Rp 4,53 triliun 38,65 dari total kredit kecil. Kredit kecil yang ditujukan
untuk investasi sebesar Rp 1,60 triliun 13,65 dari total kredit kecil. Kredit menengah yang digunakan untuk modal kerja sebesar Rp 11,61 triliun atau 59,51
dari total kredit menengah. Kredit menengah untuk kredit konsumsi sebesar Rp 5,20 triliun 26,65 dari total kredit menengah. Kredit menengah yang ditujukan
untuk investasi sebesar Rp 2,70 triliun 13,84 dari total kredit menengah.
Grafik 4.4 Perkembangan Kredit UMKM menurut Sektor Ekonomi Sumber: Bank Indonesia
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
42
Ditinjau dari sisi sektoral, kredit UMKM didominasi oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor industri pengolahan, dan sektor jasa dunia usaha. Pada
triwulan II-2009 sektor lainnya mencapai Rp 11,91 triliun atau 36,01 dari total kredit UMKM sebesar Rp 33,07 triliun. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran
mencapai Rp 11,48 triliun atau 34,71 dari total kredit UMKM.
4.1.2 Provinsi Jawa Barat
Selama tahun 2009 Januari sampai dengan September, kredit UMKM yang disalurkan bank umum konvensional di Jawa Barat tumbuh 12,55 atau lebih
rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2008 16,60. Seiring dengan perkembangan kredit secara keseluruhan, kredit UMKM yang disalurkan bank
umum konvensional di Jawa Barat pada triwulan III-2009 tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Outstanding kredit UMKM tumbuh 15,07
mencapai Rp 73,47 triliun atau 75,62 dari total kredit, sementara pada triwulan II- 2009, kredit UMKM tumbuh 8,74. Jika dilihat berdasarkan skala nominalnya,
kredit mikro di bawah Rp 50 juta memiliki pangsa terbesar yakni 39,6, kredit kecil di atas Rp 50 juta namun di bawah Rp 500 juta pangsanya mencapai
34,9, dan sisanya 25,5 merupakan kredit menengah di atas Rp 500 juta namun di bawah Rp 5 miliar. Sementara itu, berdasarkan jenis penggunaannya,
kredit UMKM masih didominasi oleh kredit konsumsi dengan pangsa sebesar 58 sedangkan sisanya sebesar 42 merupakan kredit produktif modal kerja dan
investasi.
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
43
Grafik 4.5 Perkembangan Kredit UMKM berdasarkan Skala Usaha Sumber: Bank Indonesia
Grafik 4.6 Perkembangan Kredit UMKM berdasarkan Jenis Penggunaan Sumber: Bank Indonesia
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
44
4.1.3 Provinsi Jawa Timur
Perkembangan penyaluran kredit Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM di Jawa Timur pada triwulan III-2009 tumbuh melambat, seiring perlambatan
penyaluran kredit yang sedang terjadi. Kredit UMKM yang disalurkan perbankan pada periode ini tumbuh 8,49 dengan baki debet sebesar Rp. 62,25 triliun,
tumbuh lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. Secara keseluruhan penyaluran kredit UMKM mempunyai proporsi sebesar 51 dari total penyaluran
kredit di Jawa Timur, dengan resiko kredit yang cenderung lebih tinggi disbanding penyaluran kredit secara umum.
Grafik 4.7 Perkembangan Kredit UMKM Sumber: Bank Indonesia
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
45
Grafik 4.8 Pertumbuhan Kredit UMKM Sumber: Bank Indonesia
Ditengah perbaikan kualitas kredit yang terjadi pada penyaluran kredit secara umum, kualitas kredit UMKM cenderung mengalami tekanan yang tercermin
dari peningkatan NPL kredit UMKM dari 3,81 di triwulan II-2009 menjadi 3,90 pada periode ini.
Grafik 4.9 Pertumbuhan Kredit UMKM per Jenis Bank Sumber: Bank Indonesia
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
46
Grafik 4.10 Tingkat NPL Kredit UMKM dan Kredit Total
Sumber: Bank Indonesia
4.1.4 Provinsi Kalimantan Selatan
Pada triwulan laporan laju peningkatan kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan total kredit,
mengakibatkan pangsa kredit UMKM terhadap total kredit bank umum di Kalimantan Selatan mengalami kenaikan tipis dari 66,96 menjadi 68,34. Namun
demikian, kredit UMKM yang disalurkan bank umum Kalimantan Selatan bergerak pada tren pertumbuhan yang terus melambat sejak triwulan IV-2008. Pada triwulan
III-2009 kredit UMKM hanya tumbuh 19,12 lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 24,2.
Untuk mengetahui perkembangan kredit UMKM di Kalimantan Selatan dapat dilihat pada grafik 4.11.
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
47
Grafik 4.11 Perkembangan Kredit UMKM di Kalimantan Selatan Sumber: Bank Indonesia
Dilihat dari skala usaha yang dibiayai, sebagian besar kredit UMKM disalurkan kepada usaha kecil, dengan tingkat pertumbuhan 38,98, melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 56,31. Penyaluran kredit kepada usaha menengah juga mengalami perlambatan yakni 9,52 menjadi
11,98 pada triwulan laporan. Sementara itu penyaluran kredit kepada usaha mikro pertumbuhannya meningkat dari 9,52 menjadi 11,98 pada triwulan
laporan. Melambatnya pertumbuhan kredit UMKM, antara lain disebabkan oleh semakin selektifnya perbankan dalam memilih calon debiturnya, sementara pelaku
UMKM sendiri masih ragu untuk mengajukan permohonan kredit baru ke bank terkait dengan kondisi usahanya yang belum banyak berkembang dalam tahun ini.
Perbankan cenderung meningkatkan penerapan prinsip kehati hatiannya mengingat kondisi perekonomian yang dinilai berisiko tinggi.
Dalam survei yang dilakukan Bank Indonesia Banjarmasin, mayoritas responden perbankan merasa kesulitan menemukan calon debitur yang potensial
dan didukung administrasi keuangan yang baik. Kondisi ini sebenarnya memperlihatkan bahwa upaya untuk memperluas akses UMKM kepada
pembiayaan perbankan masih menghadapi banyak kendala di lapangan, terutama
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
48
persoalan klasik kesulitan memenuhi persyaratan administrasi bank, pemenuhan agunan, dan suku bunga. Oleh karena itu sosialisasi perbankan dan administrasi
usaha yang bankable sangat diperlukan oleh pelaku UMKM. Selain itu program khusus kredit UMKM seperti KUR perlu diperluas dan dikembangkan sehingga
lebih mudah diterima oleh pelaku UMKM dan tidak terlalu berisiko bagi bank penyalur.
Untuk mengetahui penyaluran dana kredit UMKM pada sektor-sektor ekonomi dapat dilihat pada Grafik 4.12.
Grafik 4.12 Penyaluran dana Kredit UMKM pada sektor-sektor Ekonomi Sumber: Bank Indonesia
. Bila dicermati berdasarkan sektor ekonomi, sebagian besar kredit UMKM diserap oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran PHR, serta sektor ekonomi
lain-lain konsumtif yang secara keseluruhan mendominasi tidak kurang dari 79,46 portofolio kredit UMKM. Kondisi ini tidak banyak berubah dibanding
periode-periode sebelumnya.
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
49
4.1.5 Provinsi Sulawesi Utara
Perkembangan kredit UMKM memperlihatkan perkembangan yang relatif melambat yang ditandai dengan laju pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan
laju pertumbuhan kredit secara umum. Sampai dengan triwulan III–2009, jumlah kredit UMKM yang berhasil disalurkan mencapai Rp 6.270 miliar dengan laju
pertumbuhan sebesar 15,37. Pencapaian ini lebih rendah baik bila dibandingkan pertumbuhan kredit secara umum pada triwulan laporan tumbuh 18,34, maupun
dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat mencapai 21,78.
Grafik 4.13 Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit Sumber: Bank Indonesia
Menurut pangsanya, sebagian besar atau 61,50 dari total kredit UMKM merupakan jenis kredit menengah sedangkan sisanya 32,78 merupakan jenis
kredit kecil dan baru sebagian kecil atau hanya 5,71 merupakan jenis kredit mikro. Kecilnya porsi kredit mikro dan kecil terutama disebabkan oleh cukup
tingginya rasio kredit bermasalah untuk jenis kredit mikro dan kecil yaitu masing- masing sebesar 17,47 dan 7,26, jauh dari batas toleransi Bank Indonesia
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
50
sebesar 5 sedangkan kualitas kredit menengah relatif cukup baik yaitu sebesar 2,92.
Grafik 4.14 Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Rp Miliar Sumber: Bank Indonesia
Grafik 4.15 Non Performing Loan Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Sumber: Bank Indonesia
Berdasarkan penyebarannya, penyaluran kredit UMKM masih belum merata dan lebih banyak terfokus pada daerah-daerah tertentu. Tercatat Kota Manado
menyerap 67,81 dari total kredit UMKM yang disalurkan, diikuti oleh kota dan
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
51
kabupaten lainnya yang ratarata memiliki pangsa pada kisaran 5,9-9,6. Berdasarkan laju pertumbuhannya, perkembangan kredit UMKM di Kabupaten
Bolaang Mongondow merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 27,02 sedangkan wilayah dengan laju pertumbuhan kredit UMKM terendah adalah Kabupaten
Kep.Sangihe Talaud yang tumbuh hanya sebesar 7,26.
Grafik 4.16 Perkembangan Kredit UMKM berdasarkan KabupatenKota Rp Miliar Sumber: Bank Indonesia
Grafik 4.17 Pertumbuhan Kredit UMKM berdasarkan KabupatenKota Rp Miliar
Sumber: Bank Indonesia
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
52
4.2 PERKEMBANGAN PENYALURAN KUR
Dari data yang dikemukakan di atas kelihatan bahwa penyaluran kredit UMKM untuk keperluan investasi dan modal kerja masih rendah. Belum cukup
kuatnya laju pertumbuhan kredit UMKM, serta belum banyak perubahan pangsa kredit UMKM terhadap nilai total kredit bank umum, menunjukkan bahwa upaya
untuk memperluas akses UMKM kepada pembiayaan perbankan masih menghadapi banyak kendala. Selain itu, penyebaran penyaluran kredit UMKM
masih belum merata dan lebih banyak terfokus pada daerah-daerah tertentu terutama daerah perkotaan, sedangkan untuk daerah pedesaan dan sektor
pertanian dan perikanan masih kecil. Menyikapi kondisi ini, upaya untuk mendorong penyaluran skim-skim kredit tertentu yang sifatnya lebih fleksibel, seperti Kredit
Usaha Rakyat KUR dan optimalisasi linkage program masih tetap relevan. Program KUR yang diharapkan bisa mendongkrak penyaluram kredit UMKM
terutama ke sektor investasi dan modal kerja realisasinya hingga 30 Nopember 2009 baru sebesar Rp 16.45 tiliun untuk 2,3 juta debitur, terdiri dari KUR Mikro
sebesar Rp 9,15 triliun untuk 2,2 juta debitur dan KUR retail sebesar Rp 7,30 triliun untuk 84,4 ribu debitur sebagaimana terlihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.1 Penyaluran KUR Mikro dan KUR Retail sd 30 November 2009
+, -,.012.304,
56748 94:0;
-,.056748 =-.0?
=-0, + +
++ 0,0
+ +++
+ + =
+ +
, +,
+ 460 ++
- -
+ +
+ +--
-?- +
.- -?-0,
+ + ++
+,-.0 123452676
582964234: 7;56
:21632155 6;76
012345625789:5:6;:7=18?26:5 2.304,
.?-,.056748
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
53
Dari data di atas kelihatan bahwa penyaluran KUR Mikro mencapai 55,6 dari jumlah plafon yang telah disalurkan dan KUR Mikro hanya disalurkan oleh BRI,
selebihnya adalah KUR Ritail. Penyalur KUR Ritail paling besar adalah Bank BRI 20,7, Bank Mandiri 9,1, dan Bank BNI 6,6, sedangkan bank penyalur lainnya
dibawah 4. Kelihatan bank penyaluran KUR selain Bank BRI masih sangat hati- hati dan belum optimal dalam menyalurkan KUR. Terlepas dari berbagai kendala
yang dihadapi perbankan penyalur KUR, kondisi tersebut mengindentifikasikan bahwa keberpihakan perbankan ke sektor UMKM masih kurang.
4.2.1 Perkembangan Penyaluran KUR per Provinsi
Penyerapan dana KUR terbesar masih berada di Jawa mencapai Rp 7.946.756 juta 38,31 dengan total debitur 1.395.961 60.65 dari total
nasional. Secara nasional dan di pulau Jawa, Jawa Timur menyerap dana KUR terbesar Rp 2.391.964 14,54 dengan debitur 436.838 18,98, Jawa Tengah
sebesar Rp Rp. 2.322.032 14,12 dengan debitur 478.808 20.80, Jawa Barat sebesar Rp 1.953.373 11,87 dengan debitur 342.726 14.89, diikuti DKI
Jakarta hanya sebesar Rp 667.656 4.06 dengan debitur 46.990 2.04 dan Banten Rp 349.102 2,12 dengan debitur 36.258 1.58.
Penyerapan dana KUR di luar Jawa terbesar adalah Sumatera Utara sebesar Rp 935.372 juta ,5,69 dengan debitur 102.680 4.46, Sulawesi
Selatan Rp 893.365 5,43 dengan debitur 119.804 5,21, Kalimantan Selatan Rp. 618.169 3,76 dengan debitur 46.028 2,00, Sumatera Selatan Rp.
581.222 3.53 dengan debitur 49.789 2,16, dan Riau Rp. 516.962 3,14 dengan debitur 32.420 1.41. Provinsi lainnya menyerap KUR dibawah 3 dan
bahkan terdapat 10 provinsi di luar Jawa hanya menyerap dana KUR dibawah 1 dari total penyerapan KUR secara nasional. Berarti penyaluran KUR secara
nasional masih terkonsentrasi di pulau Jawa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat data pada Tabel 4.2 dan Gafik 4.18 berikut:
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
54
Tabel 4.2 Penyaluran KUR masing-masing provinsi di Indonesia
NO PROVINSI
TOTAL PLAFON
Rp Juta OUTSTANDING
Rp Juta TOTAL
DEBITUR Plafon
Outstanding Debitur
1 NANGGROE
ACEH DARUSSALAM
460,988 272,401
48,723 2.80
3.30 2.12
2 SUMATERA
UTARA 935,372
563,257 102,680
5.69 6.82
4.46 3
SUMATERA BARAT
363,179 187,190
45,304 2.21
2.27 1.97
4 RIAU 516,962
354,316 32,420
3.14 4.29
1.41 5 JAMBI
291,666 159,952
35,949 1.77
1.94 1.56
6 SUMATERA
SELATAN 581,220
355,598 49,789
3.53 4.31
2.16 7 BENGKULU
150,891 85,091
18,141 0.92
1.03 0.79
8 LAMPUNG 471,677
307,373 49,739
2.87 3.72
2.16 9
KEPULAUAN RIAU
108,492 60,371
7,919 0.66
0.73 0.34
10 BANGKA
BELITUNG 49,404
23,314 6,207
0.30 0.28
0.27 11 DKI JAKARTA
667,656 362,809
46,990 4.06
4.40 2.04
12 JAWA BARAT 1,953,373
804,397 342,726
11.87 9.75
14.89 13 JAWA TENGAH
2,322,032 896,853
478,808 14.12
10.87 20.80
14 D.I.
YOGYAKARTA 263,627
113,535 54,341
1.60 1.38
2.36 15 JAWA TIMUR
2,391,964 981,628
436,838 14.54
11.89 18.98
16 BANTEN 349,102
187,332 36,258
2.12 2.27
1.58 17 BALI
358,147 186,810
59,819 2.18
2.26 2.60
18 NTB 196,601
94,534 32,031
1.20 1.15
1.39 19 NTT
206,746 110,533
25,982 1.26
1.34 1.13
20 KALIMANTAN
BARAT 365,325
266,255 25,171
2.22 3.23
1.09 21
KALIMANTAN TENGAH
367,545 265,712
23,576 2.23
3.22 1.02
22 KALIMANTAN
SELATAN 618,169
288,057 46,028
3.76 3.49
2.00 23
KALIMANTAN TIMUR
351,624 192,311
39,344 2.14
2.33 1.71
24 SULAWESI
UTARA 223,439
115,895 27,945
1.36 1.40
1.21 25
SULAWESI TENGAH
227,311 124,494
29,228 1.38
1.51 1.27
26 SULAWESI
SELATAN 893,385
471,309 119,804
5.43 5.71
5.21
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
55
Tabel 4.2 Penyaluran KUR masing-masing provinsi di Indonesia Lanjutan
NO PROVINSI
TOTAL PLAFON
Rp Juta OUTSTANDING
Rp Juta TOTAL
DEBITUR Plafon
Outstanding Debitur
27 SULAWESI
TENGGARA 156,363
82,669 20,791
0.95 1.00
0.90 28 GORONTALO
100,232 51,188
15,516 0.61
0.62 0.67
29 SULAWESI
BARAT 98,107
47,510 13,212
0.60 0.58
0.57 30 MALUKU
104,284 57,700
8,458 0.63
0.70 0.37
31 MALUKU UTARA 61,017
39,142 4,505
0.37 0.47
0.20 32
IRIAN JAYA BARAT
93,325 64,589
4,336 0.57
0.78 0.19
33 PAPUA 151,084
79,083 12,997
0.92 0.96
0.56 TOTAL
16,450,308 8,253,212
2,301,575 100.00
100.00 100.00
Sumber: Diolah dari berbagai sumber
Grafik 4.18 Penyaluran KUR secara Nasional Sumber : Diolah dari berbagai sumber
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
56
Berdasarkan grafik diatas kelihatan jelas ketimpangan penyaluran KUR antar provinsi, walaupun secara nasional sudah terserap akan tetapi provinsi yang
paling banyak menyerap KUR adalah provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat, sedangkan diluar Jawa hanya Sumatera Utara, Sulawesi Selatan,
Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan. Secara umum penyaluran KUR masih terkonsentrasi di pulau Jawa sedangkan di pulau lain KUR masih kurang terserap
secara maksimal. Kondisi ini bisa saja disebabkan oleh faktor sosialisasi yang masih terbatas pada daerah di luar Jawa, sehingga masyarakat tidak banyak
mendapat informasi yang jelas tentang program KUR. Pada sisi lain bisa juga disebabkan jumlah penyebaran kantor cabang bank penyalur di daerah luar Jawa
jumlahnya terbatas bila dibandingkan dengan penyebaran jumlah kantor cabang bank penyalur pada daerah di pulau Jawa
4.2.2 Penyaluran KUR Menurut Sektor Ekonomi
Penyaluran KUR didisain untuk kegiatan ekonomi produktif bagi keperluan investasi dan modal kerja yang difokuskan pada sektor usaha yakni pertanian,
perikanan dan kelautan, kehutanan, perindustrian dan perdagangan. Untuk mengetahui sejauhmana penyaluran KUR berdasarkan sektor ekonomi dapat
dilihat pada Tabel 4.3 berikut:
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
57
Tabel 4.3 Penyaluran KUR berdasarkan sektor ekonomi sd 30 November 2009
=? ?
;= ?
..,;;.:,01.? +++
+ + ..,0
++ +
+ ..,23;
..;;4..,;4;0-240:0 +
+ ++
+ 30:,04:050, +
7:+6:240:7 +
++ +
=4:,0..;?7 +
-:,4:0 +
7:+6:,:0?1:8, +
..,427 +
+ +
30+?0 +
+++ 123452676
544;4 582964234:
544;4 7;56
:21632155 012345625789:5:6;:7=18?26:5
-= =-
; ..-
+=,-- -=
=0 .
- -=
;=0
Secara nasional berdasarkan sektor, ternyata sektor perdagangan, restoran dan hotel menyerap KUR paling besar Rp. 11.587.585 juta 70,4 dengan
jumlah debitur 1.878.177 81,6, sektor pertanian Rp. 2.475.152 juta 15,0 dengan debitur 231.193 10, sektor industri pengolahan Rp. 376.188 juta 2,3
dengan debitur 32,899 1,4, jasa-jasa dunia usaha Rp.375.596 juta, kemudian diikuti sektor lainnya. Dalam hal ini kelihatan bahwa penyaluran KUR sebagian
besar masih didaerah perkotaan dalam radius jangkauan yang tidak terlalu jauh dari kantor bank penyalur. Selain itu, dominasi sektor perdagangan, restoran dan
hotel juga memperlihatkan bahwa penyaluran KUR terkonsentrasi pada pusat- pusat keramaian atau daerah perkotaan. Sedangkan penyebaran penyaluran KUR
ke sektor lain yang kebanyakan diluar daerah perkotaan seperti: sektor pertanian, perikanan dan pertambangan masih terbatas. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
grafik berikut:
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
58
Grafik 4.19 Penyerapan Volume KUR menurut sektor ekonomi Sumber : Data diolah
Grafik 4.20 Penyerapan Debitur KUR menurut sektor ekonomi Sumber : Data diolah
4.2.3 Perkembangan Penyaluran KUR di Lokasi Kajian
Dalam penyaluran KUR pasti ditemukan kendala, seperti pemahaman yang belum sama terhadap skim KUR, baik oleh para petugas bank di lapangan maupun
masyarakat, sehingga muncul persepsi yang keliru tentang KUR, misalnya: tentang
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
59
ketentuan agunan, persyaratan administrasi, dan sumber dana KUR. Penyaluran KUR harus dilaksanakan sesuai prinsip kehati-hatian dalam perbankan sehingga
diperlukan kompetensi tenaga kerja yang sesuai. Pemenuhan tenaga pemasaran KUR tidak bisa dilakukan seketika oleh perbankan namun harus dilakukan secara
bertahap. Selain itu, perubahan kondisi makro-ekonomi, misalnya: kenaikan inflasi, dan kenaikan suku bunga, menyebabkan permintaan kredit menurun.
Sungguhpun terdapat
kendala dan
permasalahan sebagaimana
dikemukakan diatas, namun akselerasi penyaluran KUR perlu ditingkatkan mengingat skim kredit ini memberikan akses pembiayaan yang lebih baik kepada
UMKM. Untuk mengetahui gambaran secara umum tentang perkembangan KUR di lokasi kajian yaitu di provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Timur,
Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Utara dapat dicermati pada Tabel berikut : Tabel 4.4 Perkembangan Realisasi Penyaluran KUR pada Provinsi Sumatera
Utara, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Utara priode Januari sd November 2009 dalam Rp miliar
BULAN SUMATERA
UTARA JAWA
BARAT JAWA
TIMUR KALIMANTAN
SELATAN SULAWESI
UTARA JANUARI
697,114 1,584,333
2,011,223 220,680
195,147 FEBRUARI
703,808 1,595,054
2,030,578 241,155
195,736 MARET
812,138 1,664,976
2,056,921 254,801
209,516 APRIL
815,633 1,680,740
2,078,936 481,666
206,422 MEI
843,966 1,704,461
2,143,739 498,384
209,795 JUNI
864,706 1,788,017
2,101,620 510,207
214,833 JULI
870,738 1,804,995
2,240,571 595,469
215,739 AGUSTUS
846,589 1,815,329
2,122,017 599,053
216,217 SEPTEMBER
918,292 1,873,196
2,706,075 604,521
219,422 OKTOBER
927,553 1,927,067
2,376,017 612,886
221,843 NOVEMBER
935,372 1,953,373
2,391,964 618,169
223,439
Sumber : Diolah dari berbagai sumber
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
60
Grafik 4.21 Realisasi Penyaluran KUR pada provinsi kajian priode Januari sd November 2009
Sumber : Diolah dari berbagai sumber
Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata penyaluran KUR pada lokasi kajian selama tahun 2009 s.d November untuk provinsi Sumatera
Utara sebesar 21,6 miliar dengan jumlah debitur 2.791, Jawa Barat sebesar 33,5 miliar dengan debitur 7.176, Jawa Timur sebesar 34,6 dengan debitur 7.787,
Kalimantan Selatan 36.135 miliar dengan debitur 1.517 dan Sulawesi Utara 2,5 miliar dengan debitur 467. Sungguhpun Jawa Timur dan Jawa Barat merupakan
provinsi terbesar dalam penyerapan KUR secara nasional, namun dalam rata-rata penyaluran KUR priode 2009 s.d November ternyata Kalimantan Selatan jauh
melewati penyaluran KUR secara rata-rata pada ke dua provinsi tersebut. Untuk lebih jelas dalam melihat realisasi debitur KUR pada lokasi kajian dapat
diperhatikan Tabel dan Grafik berikut:
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
61
Tabel 4.5 Realisasi Debitur KUR Pada Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan Sulawesi Utara priode Januari sd
November 2009
BULAN SUMATERA
UTARA JAWA
BARAT JAWA
TIMUR KALIMANTAN
SELATAN SULAWESI
UTARA JANUARI
71,981 263,789
351,186 29,338
22,806 FEBRUARI
75,022 264,789
355,996 31,873
22,805 MARET
81,782 286,709
362,833 33,371
24,492 APRIL
84,127 292,631
363,922 37,606
24,878 MEI
86,911 296,680
369,655 38,430
25,294 JUNI
86,364 307,662
386,356 40,338
25,879 JULI
91,502 307,539
403,447 41,225
26,190 AGUSTUS
91,071 317,981
410,423 42,322
26,509 SEPTEMBER
97,237 323,692
519,822 43,191
26,802 OKTOBER
100,367 339,557
426,910 44,384
26,589 NOVEMBER
102,680 342,726
436,838 46,028
27,945
Sumber : Diolah dari berbagai sumber
Grafik 4.22 Realisasi Debitur KUR Pada Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan Sulawesi Utara
Sumber : Diolah dari berbagai sumber
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
62
4.3 KERAGAAN RESPONDEN DEBITUR KUR
Sebelum membahas implementasi kebijakan pelaksanaan KUR, faktor yang mempengaruhi pelaksanaan KUR dan dampak KUR maka perlu ditampilkan
terlebih dahulu keragaan responden berdasarkan hasil survei terhadap debitur KUR Ritail dan KUR Mikro sebanyak 75 orang responden pengusaha di Sumatera Utara,
Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Utara, yang terdiri dari debitur KUR Mikro sebanyak 50 orang dan KUR Retail sebanyak 25 orang. Secara
detail dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Sebaran responden debitur KUR
No. Lokasi
Debitur KUR Mikro Debtur KUR Retail
Jumlah
1. Sumatera Utara
10 5
15
2. Jawa Barat
10 5
15
3. Jawa Timur
10 5
15
4. Kalimantan Selatan
10 5
15
5. Sulawesi Utara
10 5
15
Jumlah 50
25 75
4.3.1 Profil Debitur KUR Mikro
Profil debitur KUR Mikro merupakan informasi penting terkait dengan gambaran tentang jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dan keragaan usaha
Untuk mengetahui hal tersebut dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
63
Grafik 4.23 Profil debitur KUR Mikro berdasarkan jenis kelamin, umur dan tingkat pendidikan
Sumber : Data diolah
Grafik 4.24 Profil debitur KUR Mikro berdasarkan jumlah KUR yang diterima, legalitas usaha
Sumber : Data diolah
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
64
Nasabah KUR Mikro yang menjadi reponden 60 adalah wanita sedangkan pria 40; sebagian besar berpendidikan SLTA 66, SLTP 20 dan SD 8,
dan bergerak dalam bidang usaha restoranwarung 24 orang 48, makanan 17 orang 34, jasa 8 orang 16 dan pedagang kaki lima 1 orang 2.
Penghasilan rata-rata 44 responden antara Rp 500 ribu sd Rp 1 juta; 32 antara Rp 1 juta sd 2 juta; 20 antara Rp 2 juta sd 5 juta; dan 4 antara Rp 5 juta sd
10 juta. Responden KUR Mikro 92 tidak berbadan hokum, hanya 8 berbadan hukum, memperoleh pinjaman 100 dari BRI dengan nilai pinjaman sebanyak 29
responden 58 sebesar Rp 5 juta, 10 responden 20 sebesar Rp 4 juta, sedangkan sisanya rata-rata dibawah Rp. 3 juta.
4.3.2 Profil Debitur KUR Retail
Sama halnya dengan KUR Mikro, maka profil KUR Retail akan dikemukakan terkait dengan usaha yang dilakukan, plafon kredit yang diterima dan bentuk badan
usaha. Untuk mengetahui profil debitur KUR Retail dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 4.25 Profil debitur KUR Mikro berdasarkan usaha yang
dilakukan, dan jumlah omzet yang diterima Sumber : Data diolah
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
65
Grafik 4.26 Profil debitur KUR Retail berdasarkan jenis kelamin, umur dan tingkat pendidikan
Sumber : Data diolah
Grafik 4.27 Profil debitur KUR Retail berdasarkan jumlah KUR yang diterima
Sumber : Data diolah
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
66
Grafik 4.28 Profil debitur KUR Retail berdasarkan jenis usaha dan legalitas usaha
Sumber : Data diolah
Grafik 4.29 Profil debitur KUR Retail berdasarkan bank pemberi kredit Sumber : Data diolah
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
67
Sebagian besar nasabah KUR Retail yang menjadi reponden terdiri dari 68 pria dan 32 wanita; dari segi pendidikan sebagain besar SLTA 84, sarjana
12 dan diploma 4, sebanyak 8 responden adalah pedagang 32, sebanyak 6 responden usaha makanan 24, 5 responden usaha jasa 20, 5
responden pengusaha mebel 20 dan 1 responden usah perkebunan 4. Penghasilan rata-rata antara Rp 5 juta sd Rp 10 juta sebanyak 44; diatas 10 juta
sebanyak 40; antara Rp 2 juta sd 5 juta sebanyak 12; dan antara Rp 1 juta sd 2 juta sebanyak 4. Responden KUR Retail 88 tidak berbadan hukum dan hanya
12 yang berbadan hukum, memperoleh pinjaman sebanyak 44 dari BNI, 28 dari Bank Mandiri, 12 dari Bukopin, 8 dari BRI dan 8 dari BTN dengan nilai
pinjaman rata-rata 24 sebesar Rp 100 juta dan 20 sebesar Rp 400 juta.
4.4 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAKSANAAN KUR
Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM sebagai bagian integral ekonomi rakyat mempunyai kedudukan, potensi, dan peran yang strategis dalam
perekonomian nasional. UMKM merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi yang luas pada
Grafik 4.30 Profil debitur KUR Retail berdasarkan omzet Sumber : Data diolah
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
68
masyarakat, dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan berperan
dalam mewujudkan stabilitas nasional pada umumnya dan stabilitas ekonomi pada khususnya. Hal ini terbukti ketika Indonesia mengalami situasi krisis ekonomi di
tahun 1997, UMKM usaha kecil menjadi penyangga yang mampu bertahan terhadap terpaan badai krisis. Untuk itu, UMKM perlu lebih diberdayakan dalam
memanfaatkan peluang usaha dan menjawab tantangan perkembangan ekonomi di masa yang akan datang.
Salah satu kendala yang sering dihadapi oleh UMKM adalah sulitnya mengakses kredit dari lembaga perbankan. Selain itu, pemerintah daerah melalui
dinas-dinas terkait yang ada di daerah, baik dari aspek permodalan, teknologi, manajemen maupun pemasaran hasil, dirasakan masih kurang membantu UMKM
untuk berkembang. Dengan kendala tersebut UMKM masih belum dapat mewujudkan kemampuan dan peranannya secara optimal dalam perekonomian
nasional. Dalam upaya meningkatkan peran UMKM untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, diperlukan suatu kajian mengenai kebijakan perbankan yang
menghambat pembiayaan UMKM, sehingga diperoleh gambaran mengenai kebijakan apa saja yang menghambat dan rekomendasi apa yang dapat diberikan
guna perbaikan dalam pembiayaan UMKM. Peraturan perbankan dan peraturan di luar peraturan perbankan dapat
mempengaruhi perkembangan UMKM. Setelah dilakukan penelitian maupun kajian secara normatif selain membantu perkembangan UMKM beberapa peraturan
mempunyai potensiberindikasi menghambat pembiayaan dan perkembangan UMKM. Terkait dengan implikasi kebijakan yang merupakan faktor kunci terhadap
sukses tidaknya pelaksanaan KUR maka perlu dibahas beberapa kebijakan yang dianggap merupakan faktor penentu terhadap pelaksanaan KUR di lapangan.
Adapun kebijakan yang berkaitan dengan kajian ini dapat dilihat pada Tabel 4.7. berikut:
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
69
Tabel 4.7 Kebijakan Terkait dengan KUR
NO KEBIJAKAN
TENTANG KETERANGAN
1
Inpres Nomor 6 Tahun 2007 Tanggal 8
Maret
2007 Kebijakan Percepatan Sektor Riil
dan Pemberdayaan UMKM guna meningkatkan pertumbuhan
ekonomi Indonesia;
Kebijakan tersebut
akan memberikan
peluang kepada
UMKM untuk
meningkatkan kapasitas UMKM secara finansial
maupun non finansial
2
MoU antara Departemen Teknis, Perbankan, dan
Perusahaan Penjaminan yang ditandatangani pada
tanggal 9 Oktober 2007 Perjanjian teknis antara
departemen teknis, perbankan dan perusahaan penjaminan
tentang Kredit Usaha Rakyat
Percepatan tentang realisasi KUR yang memberikan dampak positif
kepada UMKM
3
Peraturan Presiden nomor 2 tahun 2008 tanggal 26
Januari
2008 Lembaga Penjaminan;
Adanya penjaminan
terhadap implementasi KUR
4
Keputusan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian
Nomor KEP- 05M.EKON012008
tanggal 31 Januari 2008 Komite Kebijakan
Penjaminan
KreditPembiayaan Kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah,
dan Koperasi;
Terselenggaranya KUR secara cepat sesuai dengan perencanaan
5
Addendum I MoU Departemen Teknis,
Perbankan, dan Perusahaan Penjaminan
yang ditandatangani pada tanggal 14 Februari 2008;
Perjanjian teknis antara departemen teknis, perbankan
dan perusahaan penjaminan tentang Kredit Usaha Rakyat
Terselenggaranya skim KUR dan jenis jenis pinjaman yang dapat di
gunakan oleh
UMKM dalam
menyelenggarakan aktivitasnya
6
Perjanjian Kerja Sama antara Bank Pelaksana dengan
Lembaga Penjaminan. Kerja Sama antara Bank Pelaksana
dengan Lembaga Penjaminan Terselenggaranya KUR secara
cepat sesuai dengan perencanaan
7
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135PMK.052008
tanggal 24 September 2008 Tentang Fasilitas Penjaminan Kredit
Usaha Rakyat berikut perubahannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor
10PMK.052009 tanggal 2 Februari 2009.
Terjaminnya penyaluran KUR oleh lembaga penjamin
8
Kep-14D.I.M.Ekon042009 tanggal 28 April 2009.
Standar Operasional dan Prosedur Pelaksanaan KUR sesuai dengan
Keputusan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro Dan Keuangan,
Kementerian
Koordinator Bidang
Perekonomian Selaku Ketua Tim Pelaksana
Komite Kebijakan
Penjaminan KreditPembiayaan Terselenggaranya
Standar Operasional
dan Prosedur
Pelaksanaan KUR
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
70
NO KEBIJAKAN
TENTANG KETERANGAN
9
Peraturan Bank Indonesia PBI No. 914PBI2007 tanggal 30
November 2007 tentang Sistem Informasi Debitur.
System informasi debitur terkait dengan BI checking
System informasi debitur terkait dengan BI checking akan
mempersulit pihak perbankan untuk menyalurkan KUR demikian
juga dengan pengusaha yang bermaksud mengajukan KUR
terganjal dengan SID BI
Kebijakan diatas merupakan kebijakan yang terkait langsung dalam implementasi KUR dilapangan dan mempengaruhi percepatan realisasi KUR.
Kebijakan yang dibuat tentunya diharapkan sebagai payung hukum yang mendukung Implementasi KUR tetutama bagi bank pelaksana dalam penyaluran
KUR, namun dalam pelaksanaannya ternyata terdapat beberapa peraturan yang sulit untuk diterapkan dan menjadi kendala bagi bank penyalur.
Beberapa masalah yang terdapat pada kebijakan yang disebutkan di atas yang menimbulkan hambatan terutama bagi perbankan dalam penyaluran KUR
dapat dikemukakan antara lain : 1.
Sistem Informasi Debitur SID yang dibuktikan dengan hasil BI Checking menyulitkan bagi bank mendapatkan nasabah. Sebaliknya bagi nasabah yang
telah mendapat kredit konsumsi, investasi dan modal kerja menjadi penghalang untuk akses KUR padahal mereka sangat membutuhkan modal
usaha; 2.
Definisi debitur baru telah menutup peluang bagi nasabah yang sedang menerima kredit dari lembaga perbankan atau kredit program pemerintah
untuk mengajukan KUR; 3.
Ketentuan besarnya agunan tambahan membuat bank penyalur menjadi ragu untuk menyalurkan KUR;
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
71
4. Perpanjangan, suplesi, dan restrukturisasi KUR perlu dirobah atau perpanjang
dalam arti diberi kelonggaran agar tidak menyulitkan nasabah dan bank penyalur;
5. Perlu dilakukan penambahan bank penyalur mengingat jumlah yang ada
sekarang dirasakan sangat terbatas bila menginginkan KUR lebih merakyat terutama dalam menjangkau nasabah sektor pertanian dan perikanan;
6. Tingkat suku bunga masih dianggap tinggi dan perlu diturunkan;
7. Cakupan debitur KUR perlu diperluas, tidak hanya sebatas ketentuan usaha
produktif, layak dan belum bankable; 8.
Linkage program penyaluran KUR belum banyak melalui lembaga keuangan mikro; dll.
Pemecahan masalah yang dikemukakan diatas, memerlukan perubahan dalam kebijakan penyaluran KUR yaitu tekait dengan perubahan MOU, SOP, PMK,
IJP dan PKS. Tim kajian setelah mempelajari kebijakan yang terkait dengan KUR diatas dan mengajukan usulan perubahan yang dituangkan dalam Tabel 4.8
berikut: Tabel 4.8 Usulan Perubahan Ketentuan KUR
NO POKOK MASALAH
SAAT INI USULAN PERUBAHAN
KETERANGAN 1.
Sistem Informasi Debitur SID
Pada saat permohonan KreditPembiayaan diajukan
KreditPembiayaan baru dan bukan kepada Debitur yang sedang
menerima KreditPembiayaan dari perbankan yang dibuktikan dengan
hasil Bank Indonesia Checking Untuk KUR Mikro KUR sd
Rp. 5 juta dan KUR Lingkage Program sd Rp 5 juta per
end user tidak diwajibkan melampirkan SID
Perubahan pada MOU, SOP,
perubahan PMK pasal 5
2. Definisi Debitur Baru
KreditPembiayaan yang dapat disalurkan oleh Bank peserta KUR
kepda setiap UMKM-K yang dijamin oleh perusahaan penjaminan
adalah: KreditPembiayaan Baru dan bukan kepada Debitur yang
Calon Debitur KUR jumlah plafon lebih dari Rp. 5 juta
adalah debitur yang tidak sedang menerima
kreditpembiayaan modal kerja dan atau Investasi dari
Perubahan pada MOU, SOP,
perubahan PMK pasal 5
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
72
sedang menerima KreditPembiayaan dari perbankan
yang dibuktikan dengan hasil Bank Indonesia Checking pada saat
permohonan KreditPembiayaan diajukan.
perbankan dan atau yang tidak sedang menerima kredit
program dari pemerintah, pada saat permohonan
kreditpembiayaan diajukan dan dalam pengertian untuk
debitur yang sedang menerima kredit konsumtif
KPR, KKB, Kartu Kredit, dan lainnya masih diperbolehkan
menerima KUR.
3. Agunan tambahan
Besarnya nilai agunan tambahan sesuai dengan ketentuan Bank
pemberi kredit dan maksimal 50 dari jumlah kredit yang disalurkan
Besarnya agunan tambahan sesuai dengan ketentuan
pada masing-masing Bank Pelaksanan KUR
Perubahan pada SOP
4. Perpanjangan ,
Suplesi Restrukturisasi KUR
Total jangka waktu pinjaman setelah penambahan tidak melebihi
3 tahun untuk KreditPembiayaan modal kerja, atau 5 tahun untuk
KreditPembiayaan investasi terhitung mulai tanggal efektifnya
pengajuan kredit antara bank pemberi KUR atau UMKMK
1. Jangka waktu KUR yang
digunakan untuk modal kerja maksimal 3 tahun
yang dapat diberikan 1 tahun, 2 tahun, atau
sekaligus 3 tahun dan apabila telah mencapai 3
tahun tahun maka tidak dapat diperpanjang
2. Jangka waktu KUR
dalam hal debitur memerlukan tambahan
kreditpembiayaan suplesi maka ketentuan
jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada butir 9.1 atau butir 9.2 tersebut tetap
berlaku
3. Untuk KUR yang
dipergunakan untuk modal kerja KMK
apabila akan direstrukturisasi maka
diberikan tambahan jangka waktu 1 tahun,
terhitung sejak perjanjian kredit jatuh tempo,
sedangkan untuk KUR yang dipergunakan untuk
investasi jika akan direstrukturisasi maka
diberikan tambahan jangka waktu 2 tahun,
sejak perjanjian kredit jatuh tempo dan
Perusahaan Penjamin memperpanjang jangka
waktu penjaminan sesuai usulan Bank Pelasana
Perubahan pada SOP, perubahan
PMK pasal 9 ayat 1
5. Penambahan Bank
Pelaksana Sampai saat ini bank pelaksana
yang terlibat dalam program tersebut adalah : PT Bank BRI Tbk,
PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk, PT Bank
Tabungan Negara Tbk, PT Bank Bukopin Tbk dan PT Bank Syariah
Mandiri. Telah dilakukan pertemuan
rencana perluasan bank pelaksana Guna penyebaran yang
lebih luas, Bank Pelaksanan KUR
direncanakan akan ditambah dengan
beberapa bank daerah terpilih dengan
memperhaikan ketentuan yang berlaku
Perubahan pada MOU
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
73
dengan BPD se Indonesia, Asbanda, BI dengan Ketua Tim
Pelaksanan Komite kebijakan
6. Penyesuaian suku
bunga Tingkat bungamargin
pembiayaan maksimum 16 efektif per tahun untuk
plafon Rp 5 juta – maksimum Rp 500 juta per
UMKMK
Plafond KreditPembiayaan dengan
jumlah setinggi-tngginya Rp. 5 juta kepada setiap
UMKM-K dengan suku bungabagi hasil maksimal
sebesarsetara 24 efektifitas per tahun
Tingkat suku bungamargin diusulkan
untuk disesuaikan Perubahan pada
MOU
7. Masa berlaku SOP
SOP mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, 28 April
2009 dan berlaku surut sejak tanggal 14 Mei 2008
SOP berlaku sejak tanggal ditetapkan
Perubahan dalam SOP
SOP berlkau 1 bulan setelah
ditetapkan
8. Cakupan Debitur
KUR Usaha Cchecing SID, debitur
TKI sarjana baru mengubah definisi dan
ketentuan KUR secara menyeluruh
Rekomendasi: Menggunakan
PNPM
9. Dalam hal terjadi
perbedaan penafsiran dan atau
terjadi perbedaan pelaksanaan dalam
penyaluran KUR sebelum berlakunya
Addedum II ini, maka akan
dimusyawarahkan dan diputuskan
dalam rapat Komite Kebijakan KUR
BI Checking SID, debitur baru, agunan, ketentuan yang
berlaku surut, mendapat KUR lebih dari 1 Bank, jangka
waktu KUR lebih dari ketentuan, alasan penolakan
atau penundaan pembayaran Klaim, KUR awalnya
disalurkan oleh unit syariah tapi sekarang ini unit tersebut
sudah spain off Diusulkan:
Kalim harus dibayar LP memerlukan dasar
hukum untuk membayar klaim tsb
Komite kebijakan untuk membahas dan
memutuskan permasalahan yang
timbul MOU, SOP dan
PMK Akan diatur dengan
surat keputusan tersendiri
10 IJP
Besarnya IJP 1,5 ..... IJP akan disesuaikan
dari 1,5 menjadi .... Perubahan IJP
selanjutnya akan diatur secara
tersendiri oleh PMK Perubahan pasal 5
MOU, SOP, dan PMK
11. Perubahan PMK
Definisi debitur baru, jangka waktu KUR, pemberlakuan
ketentuan antara PMK 135 dan No.10, restrukturisasi
KUR, saat terbittimbul Klaim, IJP
Klausula dalam PMK agar disesuaikan dengan
perubahan MOU, SOP. Perubahan PMK
Mekanisme APBN tidak
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
74
Untuk jangka waktu KUR yang melebihi ketentuan,
maka IJP yang menjadi beban APBN adalah
sesuai dengan ketentuan KUR dan sisa menjadi
beban Bank memungkinkan IJP
dibayar sekaligus di muka
Diatur di SOP
12. Lingkage Program
Penyaluran KUR belum banyak melalui lembaga
keuangan mikro Khusus untuk KUR yang
diberikan oleh PIHAK KETIGA melalui
Lembaga Keuangan Mikro KUR Program
Lingkage Progam ditentukan sebagai
berikut: 12.1 Pola executing
maka plafond KUR yang dapat diberikan kepada
Lembaga Keuangan Mikro LKM tersebut
maksimal sebesar Rp. 500.000.000,-
12.2. Pola Chanellling, maka plafond KUR yang
dapat diberikan kepada LKM tersebut dapat lebih
dari Rp. 500.000.000,- dengan ketentuan KUR
dengan ketentuan KUR yang disalurkan oleh
LKM kepada setiap debitur LKM tersebut
harus sesuai dengan ketentuan plafond KUR
dan ketentuan suku bungabagi hasil dari
KUR Ritel atau KUR Mikro sebagaimana
dimaksud dalam ayat 6 dan ayat 7 tersebut di
atas Peubahan MOU,
SOP, PMK dan PKS
13. Besarnya NPL
Kredit biasa: 5
Usulan perubahan sebagaimana disebutkan pada Tabel diatas akan disampaikan dalam forum FGD untuk dibahas lebih lanjut oleh unsur terkait :
perbankan, instansi pembina, pakar dan UMKM sehingga diperoleh kesepakatan terhadap ketentuan yang benar-benar relevan untuk dirobah, seterusnya akan
diajukan kepada Komite Kebijakan KUR untuk dibahas dan disikapi.
+,-.0123.
+,-+,.+012345676 89539+-+:+567
75
4.5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN KUR