Kinerja Guru KAJIAN TEORI

Adapun keempat kompetensi tersebut adalah sebagai berikut: a. Kompetensi Kepribadian Menurut Kunandar didalam bukunya menjelaskan bahwa, “kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia ”. 41 Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan merinci kemampuan pribadi guru meliputi: 1 Kemantapan dan integrasi pribadi 2 Peka terhadap perubahan dan pembaharuan 3 Berpikir alternatif 4 Adil, jujur dan objek 5 Disiplin dalam melaksanakan tugas 6 Ulet dan tekun dalam bekerja 7 Berusaha memperoleh hasil kerja yang sebaik-baiknya 8 Simpatik dan menarik, bijaksana dan sederhana dalam bertindak 9 Bersifat terbuka 10 Kreatif 11 Berwibawa 42 Kesebelas point diatas adalah karakter yang harus dimiliki setiap pendidik sebagai tauladan bagi anak didiknya serta menjadi panutan bagi masyarakat. Apalah jadinya jika seorang yang disebut sebagai tauladan dan panutan mempunyai karakter yang bertolak dengan point diatas, tentulah dapat mengakibatkan kerusakan moral pada anak didik serta masyarakat pada umumnya. b. Kompetensi Pedagogik Tugas guru yang utama ialah mengajar dan mendidik murid di kelas dan di luar kelas. Guru selalu berhadapan dengan murid yang 41 Kunandar, Guru Profesional: Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, h. 75 42 Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991, h. 14-21 memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap utama untuk menghadapi hidupnya di masa depan. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, yang dimaksud dengan kompetensi pedagogis adalah: Kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: a pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; b pemahaman tentang peserta didik; c pengembangan kurikulumsilabus; d perancangan pembelajaran; e pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; f evaluasi hasil belajar; dan g pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 43 Ada beberapa hal yang terkait dengan kompetensi pedagogik seorang guru dalam menjalankan tugas keguruannya yaitu: 1 Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, moral, kultural emosional dan intelektual 2 Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan kebutuhan belajar dalam konteks kebhinekaan budaya 3 Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik 4 Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik 5 Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran yang mendidik 6 Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran 7 Merangsang pembelajaran yang dididik 8 Melaksanakan pembelajaran yang mendidik 9 Pengevaluasi proses dan hasil pembelajaran 44 c. Kompetensi Profesional Tugas guru ialah mengajarkan pengetahuan kepada murid. Guru tidak sekedar mengetahui materi yang akan diajarkannya, tetapi memahaminya secara luas dan mendalam. Oleh karena itu, murid harus selalu belajar untuk memperdalam pengetahuannya terkait mata pelajaran yang diampunya. 43 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, Jakarta: Kencana, 2011, h. 30-31 44 Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Sertifikasi Guru dan Upaya Peningkatan Kualitas Kompetensi Kesejahteraan, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007, h. 72-76 Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, kompetensi profesional adalah: Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: 1 konsep, struktur, dan metode keilmuanteknologiseni yang menaungikoheren dengan materi bahan ajar; 2 materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; 3 hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; 4 penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan 5 kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional. 45 Ahmad Samana merinci hal-hal yang harus dikerjakan oleh guru dalam meniti serta mengembangkan karirnya adalah sebagai berikut: 1 Guru dituntut menguasai bahan ajar. 2 Guru mampu mengelola program belajar mengajar. 3 Guru mampu mengelola kelas. 4 Guru mampu menggunakan media dan sumber pengajaran. 5 Guru menguasai landasan-landasan kependidikan. 6 Guru mampu mengelola interaksi belajar mengajar. 7 Guru mampu menilai prestasi belajar siswa untuk kepentingan pengajaran. 8 Guru mengenal fungsi serta program pelayanan bimbingan dan penyuluhan. 9 Guru mengenal dan mampu ikut penyelenggaraan administrasi sekolah. 10 Guru memahami prinsip-prinsip penelitian pendidikan dan mampu menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan pengajaran. 46 d. Kompetensi Sosial “Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tuawali peserta didik, dan masyarakat sekitar ”. 47 Menurut Achmad Sanusi mengungkapkan “kompetensi sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan 45 Jejen Musfah, op. cit., h. 54 46 A. Samana, Profesionalisme Keguruan, Yogyakarta: Kanisius, 1994, h. 61-68 47 Kunandar, op. cit., h. 77 kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru ”. 48 Sudarwan Danim mengemukakan dalam bukunya tentang “kemampuan sosial yang harus dimiliki oleh seorang guru memiliki tiga subranah, yaitu ”: 49 1 Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik 2 Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan 3 Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tuawali peserta didik dan masyarakat sekitar. Kemampuan sosial diatas juga sangat penting dimiliki seorang pendidik, sebagai tauladan bagi anak didik dan panutan bagi masyarakat. Apabila seorang guru dipandang baik oleh masyarakat, akan muncul kepercayaan masyarakat untuk menyekolahkan anak- anaknya ke sekolah tempat guru tersebut mengajar. Akan sebaliknya jika seorang guru dipandang buruk oleh masyarakat, akan timbul kekhawatiran masyarakat dan enggan menyekolahkan putra-putrinya ke sekolah tempat guru tersebut mengajar. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru Sebagaimana kita ketahui, semua hal itu pasti ada faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik itu mempengaruhi secara positif maupun faktor yang mempengaruhi secara negatif, begitu pula dengan kinerja guru dalam kaitan dengan kinerjanya tidak akan terlepas dari faktor-faktor tersebut dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan melalui proses belajar mengajar. 48 Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, Jakarta: Gaung Persada Press, 2009, h. 63 49 Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, Bandung: Alfabeta, 2013, Cet. 3, h. 24 Menurut Kartini, bahwa “faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru antara lain ”: 50 a. Faktor dalam diri sendiri internal faktor Diantara faktor dari dalam diri, yaitu: 1 Kecerdasan 2 Keterampilan dan kecakapan 3 Bakat 4 Kemampuan dan minat 5 Motivasi 6 Kesehatan 7 Kebutuhan psikologis 8 Kepribadian 9 Cita-cita dan tujuan dalam bekerja b. Faktor dari luar diri eksternal faktor 1 Lingkungan kerja 2 Lingkungan tempat bekerja 3 Komunikasi dengan kepala sekolah 4 Sarana dan prasarana 5 Kegiatan guru di kelas 6 Kegiatan guru di sekolah. A.A. Anwar Prabu Mangkunegara didalam bukunya berpendapat bahwa “ada hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan pencapaian kinerja. A.A. Anwar Prabu Mangkunegara juga mengemukakan 6 karakteristik dari guru yang memiliki motif berprestasi tingi, yaitu ”: 51 a. Memiliki tanggung jawab pribadi tinggi. b. Berani mengambil resiko. c. Memiliki tujuan yang realistis. d. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuannya. e. Memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam seluruh kegiatan yang dilakukannya. 50 Kartini Kartino, Menyiapkan dan Memadukan Karir, CV Rajawali, 1985, h. 22-29 51 A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000, h. 68 f. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan. Guru yang memiliki kinerja yang tinggi akan bernafsu dan berusaha meningkatkan kompetensinya, baik dalam kaitannya dengan perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian pembelajaran, sehingga diperoleh hasil kerja yang optimal. “Sedikitnya terdapat sepuluh faktor yang dapat meningkatkan kinerja guru, baik faktor internal maupun eksternal. Kesepuluh faktor tersebut adalah ”: 52 a. Dorongan untuk bekerja Seorang guru dalam mengembangkan persiapan mengajar, tentu dipengaruhi oleh keinginan-keinginan yang ada dalam dirinya. Jika guru memiliki keinginan yang kuat sesuai peranannya, maka akan berusaha melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan upaya penyusunan persiapan mengajar secara optimal. b. Tanggung jawab terhadap tugas Guru sebagai fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, melalui kegiatan mengajar, membimbing, dan melaksanakan administrasi sekolah. c. Minat terhadap tugas Minat guru terhadap tugas yang dibebankan kepadanya dapat dilihat dari kerajinannya dalam bekerja, ketertarikannya untuk mendalami tugas yang diberikan, dan gairahnya dalam menerima tugas-tugas dengan perasaan senang. d. Penghargaan atas tugas Penghargaan atas keberhasilan yang dicapai guru dalam bekerja merupakan salah satu motivasi yang memacu dan mendorongnya untuk bekerja dan berprestasi lebih baik. 52 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. 4, h. 99 e. Peluang untuk berkembang Dalam rangka meningkatkan kompetensi profesionalnya, guru dituntut untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara optimal, sehingga dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat. f. Perhatian dari kepala sekolah Perhatian kepala sekolah terhadap guru sangat penting untuk meningkatkan profesionalisme serta kinerja guru dan tenaga kependidikan lain di sekolah. Perhatian kepala sekolah dalam meningkatkan keprofesionalisme guru dapat dilakukan melalui diskusi kelompok dan kunjungan kelas. g. Hubungan interpersonal dengan sesama guru Hubungan interpersonal sesama guru di sekolah dapat mempengaruhi kualitas kinerja guru, karena motivasi kerja dapat terbentuk dari interaksi dengan lingkungan sosial disekitarnya, disamping hasil perubahan yang bersifat fisik, seperti suasana kerja, dan kondisi fisik gedung sekolah. h. MGMP dan KKG Musyawarah guru mata pelajaran MGMP, dan kelompok kerja guru KKG merupakan dua organisasi atau wadah yang dapat meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru. Dalam MGMP dan KKG, para guru bisa saling bertukar pikiran, dan saling membantu memecahkan masalah yang dihadapi, bahkan bisa saling belajar dan membelajarkan. i. Kelompok diskusi terbimbing Diskusi terbimbing dapat membuahkan hasil yang memuaskan, dapat meningkatkan motivasi dan semangat kerja para guru, dengan demikian upaya ini perlu dikembangkan dengan cara mencari model- model pembinaan yang efektif dan efisien untuk meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru. j. Layanan perpustakaan Salah satu sarana peningkatan profesionalisme guru adalah tersedianya buku sumber yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran dan pembentukkan kompetensi guru. Pengadaan buku pustaka perlu diarahkan untuk mendukung kegiatan pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan guru akan materi pembelajaran. Sedangkan Menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunegara dalam bukunya yang berjudul evaluasi kinerja SDM, “yang menjadi faktor mempengaruhi kinerja diantaranya adalah ”: 53 a. Faktor kemampuan Ability Secara psikologis, kemampuan ability terdiri dari kemampuan potensi IQ dan kemampuan reality knowledge + skill. Artinya, pimpinan dan guru yang memiliki IQ diatas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal. b. Faktor motivasi Motivation Motivasi diartikan suatu sikap attitude guru terhadap situasi kerja dilingkungan kerjanya. Mereka yang bersikap positif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap negatif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja. Semua pekerjaan itu harus dikerjakan bersama-sama antara guru yang satu dengan guru yang lainnya yaitu dengan cara bermusyawarah. Untuk meningkatkan kinerja para guru harus melihat pada keadaan pemimpinnya atau kepala sekolahnya. 53 A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, op. cit., Cet. 2, h. 13

C. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam PAI Menurut Prof. Dr. Simanhadi Widyaprakosa yang dikutip oleh Sudirman, dkk dalam bukunya “pendidikan dalam arti sempit berupa usaha sadar dari orang dewasa untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan anak didik untuk mencapai kedewasaannya, sedangkan dalam arti luas dalah proses perubahan tingkah laku manusia untuk perkembangan kepribadian dan kemampuannya ”. 54 “Pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan kehidupan yang lebih tinggi dalam arti mental ”. 55 “Pendidikan agama diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk membentuk manusia agamis dengan menanamkan aqidah keimanan, amaliah, dan budi pekerti atau akhlak yang terpuji untuk menjadi manusia yang takwa kepada Allah SWT ”. 56 “Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan yang amat penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak dan keagamaan. Oleh karena itu pendidikan agama juga menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah ”. 57 Abdul Majid dan Dian Andayani mendefinisikan Pendidikan Agama Islam adalah “usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau 54 Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan agama terhadap pemecahan problema remaja, Jakarta: Kalam Mulia, 2002, Cet. 2, h. 11 55 Sudirman, dkk. Ilmu Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1988, Cet. 2, h. 5 56 M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, h. 4 57 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, Cet. 9, h. 87 pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ”. 58 Menurut AKBP Soekarno dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam yang dikutip oleh Drs. Sahilun A. Nasir pendidikan agama Islam adalah: Suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung didalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya, sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhiratnya kelak. 59 Adapun Zakiah Daradjat dalam bukunya menjelaskan bahwa pendidikan agama Islam merupakan: Pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak. 60 Dari berbagai pengertian, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan agama islam merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga pendidikan dalam mempersiapkan anak didik yang memiliki pribadi muslim, melalui sumber utama ajaran agama Islam yaitu al- Qur’an dan al-Hadits. 2. Tujuan Pendidikan Agama Islam Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani didalam bukunya menjelaskan bahwa Tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolahmadrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan 58 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004, h. 132 59 Sahilun A. Nasir, op. cit., Cet. 2, h. 11-12 60 Zakiah Daradjat, op. cit., h. 86 serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 61 Sedangkan menurut Depdiknas, pendidikan agama Islam di SMP Bertujuan untuk: a. Untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia Muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya kepada Allah SWT. Serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. b. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi tasamuh, menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah. c. Untuk berkembangnya kemampuan perserta didik dalam mengembangkan, memahami dan mengamalkan nilai-nilai agama Islam, penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. d. Untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut serta meningkatkan tata cara membaca al- Qur’an dan tajwid sampai kepada tata cara menerapkan hukum bacaan mad dan wakaf. 62 Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk menjadikan siswa mampu menghayati, memahami, dan mengamalkan pendidikan agama Islam, sehingga menjadikan siswa muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah serta mampu mengaplikasikan nilai-nilai ajaran agama Islam dalam perilaku sehari-hari. 61 Abdul Majid dan Dian Andayani, op. cit., h. 132 62 Depdiknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, Jakarta: Depdiknas, 2003, hlm. 8 3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian dan keseimbangan antara: 63 a. Hubungan manusia dengan Allah SWT Program pengajarannya meliputi segi iman, Islam dan Ihsan. b. Hubungan Manusia dengan sesama manusia Program pengajarannya berkisar pada pengaturan dan kewajiban antara manusia yang satu dengan manusia yang lain dalam kehidupan bermasyarakat, dan mencakup segi kewajiban dan larangan dalam hubungan dengan sesama manusia. c. Hubungan manusia dengan alam makhluk selain manusia dan lingkungan Sebagai Khalifah di bumi manusia bertugas mengolah dan memafaatkan alam yang telah di anugrahkan Allah manurut kepentingannya sesuai dengan garis-garis yang telah ditentukan agama. Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama SMP terfokus pada aspek: 64 a. Keimanan Yang dimaksudkan dalam keimanan disini adalah beriman kepada Allah SWT dan kelima rukun iman lainnya. Jadi, peserta didik diajarkan bagaimana cara beriman kepada Allah SWT dan kelima rukun iman lainnya. Karena ini menjadi dasar keyakinan peserta didik terhadap agama yang dianutnya. b. Al QuranHadits Sebagaimana diketahui bahwa sumber ajaran Islam yang pertama adalah Al Qur’an dan kedua adalah Hadits. Al Qur’an sendiri merupakan wahyu yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur. Al Qur’an hanya memuat prinsip- 63 Ibid., hlm. 9 64 Ibid. prinsip dasar dan tidak menjelaskannya secara terperinci khususnya dalam masalah ibadah. Penjelasan secara terperinci diberikan oleh Hadits. Hadits adalah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik berupa ucapan, perbuatan maupun ketetapan namun jarang dikerjakan oleh nabi. Oleh karena itu, Al Qur’an dan Hadits ini sangat penting untuk disampaikan kepada peserta didik karena hal itu sebagai sumber ajaran Islam. c. Akhlak Akhlak adalah berasal dari bahas a Arab jama’ dari “khuluq” yang artinya perangai atau tabiat. Sesuai dengan arti bahasa ini, maka akhlak adalah bagian ajaran Islam yang mengatur tingkah laku perangai manusia. Ibnu Maskawaih mendefenisikan akhlak dengan “keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya melakukan perbuatan- perbuatan tanpa melalui pertimbangan fikiran”. Akhlak ini meliputi akhlak manusia kepada tuhan, kepada nabirasul, kepada diri sendiri, kepada keluarga, kepada tetangga, kepada sesama muslim, kepada non muslim. Pendidikan akhlak sangat penting diajarkan kepada peserta didik, hal ini disebabkan karena pendidikan akhlak ini berkisar tentang persoalan kebaikan, kesopanan dan tingkah laku yang terpuji serta berbagai persoalan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana seharusnya seorang peserta didik bertingkah laku. d. FiqhIbadah Ibadah menurut bahasa berarti tunduk hanya kepada Allah, dalam arti luas ibadah meliputi segala amal saleh yang dikerjakan manusia karena mengharap ridha Allah. Tujuan ibadah ini disampaikan kepada peserta didik supaya mereka mengetahui hukum-hukum agama dan dapat melaksanakannya dengan benar dan mengharapkan penerimaan dari Allah.