International Criminal Tribunal for Rwanda ICTR

tersebut dilakukan sebagai bagian dari serangan yang bersifat meluas dan sistematis serta perbuatan penyerangan tersebut dilakukan atas dasar diskriminasi kebangsaan, politik, etnis, ras, atau agama.

2.3.2.3. Rome Statute of The International Criminal Court ICC

Perkembangan hukum internasional dalam memerangi kejahatan terhadap kemanusiaan mencapai puncaknya pada 17 Juli 1998. Konferensi Diplomatik PBB mengesahkan Statuta Roma tentang Pendirian Mahkamah Pengadilan Internasional, yang akan mengadili pelaku kejahatan yang paling serius dan menjadi perhatian masyarakat internasional, yaitu: Genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang, dan kejahatan agresi. Dimasukkannya kejahatan terhadap kemanusiaan ke dalam Statuta Roma mengokohkan konsep tersebut menjadi suatu treaty norm. 98 Penciptaan Pengadilan juga membuka jalan untuk pengembangan badan yurisprudensi internasional tentang kejahatan terhadap kemanusiaan, yang membantu memandu delegasi dalam pertemuan pada Konferensi Roma. 99 Pasal 7 ayat 1 dari Rome Statute menjadi rujukan yuridis mengenai definisi tentang kejahatan terhadap kemanusian dalam penilaian-penilaian kasus- kasus kemanusiaan yang isinya: 1 Untuk tujuan Statuta ini, kejahatan terhadap kemanusiaan berarti salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematis terhadap penduduk sipil, dengan pengetahuan terhadap serangan : a Pembunuhan ; b Pembasmian; 98 Mahkamah Agung Republik Indonesia bekerjasama dengan Kedutaan Besar Kerajaan Denmark, The Asia Foundation dan Lembaga Studi dan Advokat Masyarakat ELSAM,Op.Cit., h. 23 99 Darryl Robinson, Op.Cit. h.45 c Perbudakan; d Deportasi atau pemindahan penduduk secara paksa; e Pemenjaraan atau perampasan berat kebebasan fisik lain yang melanggar aturan dasar hukum internasional; f Penyiksaan; g Pemerkosaan, perbudakan seksual, prostitusi, kehamilan paksa, sterilisasi paksa, atau bentuk lain dari kekerasan seksual yang memiliki titik berat sebanding; h Persekusi Persecution terhadap kelompok yang diidentifikasi atau secara kolektiv merujuk pada politik, rasial, nasional, etnis, budaya, agama, jenis kelamin sebagaimana didefinisikan dalam Ayat 3, atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional, sehubungan dengan tindakan apapun yang disebut dalam Ayat ini atau kejahatan dalam yurisdiksi Pengadilan; 100 i Penghilangan paksa orang; j Kejahatan apartheid; k Perbuatan tak manusiawi lainnya dengan sifat yang sama secara sengaja menyebabkan penderitaan, atau luka serius terhadap badan atau mental atau kesehatan fisik. Terjemahan Penulis Pasal 7 ayat 1 dari Rome Statute adalah kontribusi yang signifikan terhadap perbaikan hukum pidana internasional, karena hal itu merupakan contoh pertama dari definisi kejahatan terhadap kemanusiaan yang dikembangkan oleh negosiasi multilateral antara 160 negara. 101 Dimasukkannya tindakan penghilangan paksa dan kejahatan apartheid secara eksplisit mengakui dua jenis tindakan tidak manusiawi yang menjadi perhatian khusus pada masyarakat internasional. Istilah ini relatif jelas seperti penganiayaan dan tindakan tidak manusiawi lainnya yang dipertahankan dengan memperjelas dan mempertegas ruang lingkup mereka dalam Ayat 2 dan 3. 102 100 Persekusi Persecution dijelaskan dalam Pasal 7 ayat 2, point g bahwa: Persekusi berarti perampasan secara intentional dan keras dari hak-hak fundamental yang bertentangan dengan Hukum Internasional dengan alasan dari identitas dan kolektivitas kelompok tertentu. 101 Darryl Robinson, Op.Cit. h.45 102 Ibid