International Criminal Tribunal for Former Yugoslavia ICTY

g perkosaan ; h penganiayaan atas dasar politik, ras dan agama; i tindakan tidak manusiawi lainnya Terjemahan Penulis Dalam Statuta ICTY, kejahatan yang disebutkan di atas haruslah dilakukan pada saat perang sejak tahun 1991, dan dilakukan di negara bekas Yugoslavia termasuk Macedonia dan Kosovo. 97

2.3.2.2. International Criminal Tribunal for Rwanda ICTR

Statuta ICTR memberikan pengaturan tentang kejahatan kemanusiaan yang sedikit berbeda dengan Statuta ICTY. Pengaturan kejahatan kemanusiaan diatur dalam Pasal 3 Crime Against Humanity sebagai berikut: Pengadilan Internasional untuk Rwanda memiliki kemampuan untuk menuntut setiap orang yang bertanggung jawab atas kejahatan berikut ini yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang sistematis dan meluas terhadap penduduk sipil atas dasar kebangsaan, politik, etnis, ras, atau agama: a pembunuhan; b pemusnahan; c perbudakan; d deportasi; e pengekangan; f persekusi; g pemerkosaan ; h penganiayaan atas dasar politik, ras dan agama; i tindakan tidak manusiawi lainnya Terjemahan Penulis Perbedaan mendasar pengaturan mengenai kejahatan kemanusiaan dari kedua Statuta ICTY dan ICTR di atas dapat dilihat dari kondisi saat perbuatan tersebut dilakukan. Dalam Statuta ICTY ditegaskan bahwa syarat terjadinya kejahatan terhadap kemanusiaan adalah perbuatan tersebut dilakukan pada saat situasi konflik bersenjata baik bersifat internasional maupun bersifat domestik. Sedangkan dalam Statuta ICTR, kejahatan kemanusiaan terjadi ketika perbuatan 97 Tolib Effendi, Op.Cit. h. 103 tersebut dilakukan sebagai bagian dari serangan yang bersifat meluas dan sistematis serta perbuatan penyerangan tersebut dilakukan atas dasar diskriminasi kebangsaan, politik, etnis, ras, atau agama.

2.3.2.3. Rome Statute of The International Criminal Court ICC

Perkembangan hukum internasional dalam memerangi kejahatan terhadap kemanusiaan mencapai puncaknya pada 17 Juli 1998. Konferensi Diplomatik PBB mengesahkan Statuta Roma tentang Pendirian Mahkamah Pengadilan Internasional, yang akan mengadili pelaku kejahatan yang paling serius dan menjadi perhatian masyarakat internasional, yaitu: Genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang, dan kejahatan agresi. Dimasukkannya kejahatan terhadap kemanusiaan ke dalam Statuta Roma mengokohkan konsep tersebut menjadi suatu treaty norm. 98 Penciptaan Pengadilan juga membuka jalan untuk pengembangan badan yurisprudensi internasional tentang kejahatan terhadap kemanusiaan, yang membantu memandu delegasi dalam pertemuan pada Konferensi Roma. 99 Pasal 7 ayat 1 dari Rome Statute menjadi rujukan yuridis mengenai definisi tentang kejahatan terhadap kemanusian dalam penilaian-penilaian kasus- kasus kemanusiaan yang isinya: 1 Untuk tujuan Statuta ini, kejahatan terhadap kemanusiaan berarti salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematis terhadap penduduk sipil, dengan pengetahuan terhadap serangan : a Pembunuhan ; b Pembasmian; 98 Mahkamah Agung Republik Indonesia bekerjasama dengan Kedutaan Besar Kerajaan Denmark, The Asia Foundation dan Lembaga Studi dan Advokat Masyarakat ELSAM,Op.Cit., h. 23 99 Darryl Robinson, Op.Cit. h.45