99,98 99,9997
320 3,4
5 6
2.4 Failure Mode and Effect Analysis FMEA
FMEA adalah sekumpulan petunjuk, sebuah proses dan form untuk mengidentifikasi dan mendahulukan masalah–masalah potensial kegagalan.
Dengan mendasarkan aktivitas mereka pada FMEA, seorang manajer, tim perbaikan, atau pemilik proses dapat memfokuskan energi dan sumber daya pada
pencegahan, monitoring dan rencana–rencana tanggapan yang paling mungkin untuk memberikan hasil.
Metode FMEA mempunyai banyak aplikasi dalam lingkungan Six Sigma, dalam hal mencari berbagai masalah bukan hanya dalam proses serta perbaikan
kerja, tetapi juga dalam akivitas pengumpulan dana, usaha-usaha Voice of Customer, prosedur dan bahkan dalam pelaksanaan inisiatif Six Sigma. Satu-
satunya prasyarat adalah adanya situasi yang kompleks atau berisiko tinggi dimana perlu penekanan khusus untuk menghentikan masalah Pande, 2002.
2.4.1 Bagaimana FMEA Bekerja
Berikut ini langkah–langkah dan konsep–konsep kunci : 1.
Mengidentifikasi proses atau produk jasa. 2.
Mendaftarkan masalah–masalah yang dapat muncul Failure Modes. Ide– ide untuk masalah potensial dapat berasal dari berbagai sumber, meliputi
brainstorming, analisa proses dan sebagainya.
3. Menilai masalah untuk kerumitan severity, probabilitas kejadian
occurancedan detektabilitas detection. Dengan menggunakan skala 1– 10, berikan skor pada masing–masing faktor untuk setiap masalah
potensial. Masalah–masalah yang lebih serius mendapatkan rating yang lebih tinggi, demikian juga masalah yang sulit untuk dideteksi. Hal ini
dapat dinilai atau didasarkan pada data historis. 4.
Menghitung Risk Priority Number RPN dan tindakan–tindakan prioritas. Dengan menggunakan RPN dari semua masalah, maka diperoleh
gambaran resiko total untuk semua proses atau produkjasa. 5.
Melakukan tindakan–tindakan untuk mengurangi resiko. Dengan memfokuskan pertama–tama pada masalah–masalah potensial yang
memiliki prioritas tertinggi, maka kemudian dapat memikirkan tindakan– tindakan untuk mengurangi salah satu atau semua faktor : keseriusan
severity, kejadian occurance dan detekbilitas detection. Pande , 2002
2.4.2 Severity
Severity adalah suatu perkiraan subyektif mengenai kerumitan suatu kegagalan dan bagaimana buruknya akhir akan merasakan akibat dari kegagalan
tersebut. Penilaian terhadap severity menggunakan skala 1–10 sebagai berikut :
Tabel 2.6. Rangking Severity
Rangking Kriteria
1 Neigligible severity pengaruh buruk yang dapat diabaikan. Kita
tidak perlu memikirkan bahwa akibat ini akan berdampak pada kinerja produk. Pengguna akhir mungkin tidak akan memperhatikan
kecacatan atau kegagalan ini.
2 3
Mild severity pengguna buruk yang ringansedikit. Akibat yang ditimbulkan hanya bersifat ringan. Pengguna akhir tidak akan
merasakan perubahan kinerja. Perbaikan dapat dikerjakan pada saat pemeliharaan reguler.
4 5
6 Moderate severity pengaruh buruk yang moderat. Pengguna akhir
akan merasakan penurunan kinerja atau penampilan, namun masih dalam batas toleransi. Perbaikan yang dilakukan tidak akan mahal,
tetapi jika terjadi downtime hanya dalam waktu singkat
7 8
High severity pengaruh buruk yang tinggi. Pengguna akhir akan merasakan akibat buruk yang tidak dapat diterima, berada pada
batas luar toleransi. Akibat ini akan terjadi tanpa pemberitahuan atau peringatan terlebih dahulu.
9 10
Potensial safety problem masalah keselamatankeamanan potensial. Akibat yang ditimbulkan sangat berbahaya, yang dapat terjadi tanpa
pemberitahuan atau peringatan terlebih dahulu. Sumber : Gaspersz, 2002
2.4.3 Occurance