Konsep Six Sigma Six Sigma

misalnya , dari 500 pesanan yang diterima diketahui bahwa terdapat 12 pesanan yang dikembalikan dan dikeluhkan karena 9 hal defect dengan nilai DPO = 12 500 x 9 = 0,002667 b Defect Per Million Opportunities DPMO Ukuran kegagalan dalam program peningkatan kualitas Six Sigma, yang menunjukkan kegagalan persejuta kesempatan, untuk menghitung menggunakan formula DPMO = DPO  1.000.000 Selanjutnya jika ingin mengetahui tingkat kegagalan per satu juta kesempatan DPMO, dalam Microsoft Excel menggunakan formula berikut : DPMO = 1.000.000-normdist – 1,5 + Nilai Sigma  1.000.000 Dalam metode ini, parameter yang dipakai : DPMO defect per million opportunities, yaitu kegagalan per sejuta kesempatan dan COPQ cost of poor quality, yaitu biaya yang dikeluarkan karena kualitas yang rendah.

2.2.1 Konsep Six Sigma

Pada dasarnya pelanggan akan puas jika mereka menerima nilai sebagaimana yang diharapkan. Apabila produk diproses pada tingkat kualitas Six Sigma, perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan DPMO atau mengharapkan bahwa 99,99966 dari apa yang diharapkan pelanggan akan ada dalam produk tersebut. Pengendalian Kualitas Six Sigma sebesar 3,4 DPMO diinterpretasikan sebagai dalam satu unit produk tunggal terdapat rata–rata kesempatan gagal dari suatu CTQ adalah hanya sebesar 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan DPMO. Semakin tinggi target Sigma yang dicapai, kinerja sistem industri akan semakin baik. Six Sigma dipandang Sebagai pengendalian proses industri berfokus kepada pelanggan, melalui penekanan pada kapabilitas proses process capability.. Menurut Gasperz 2002, terdapat enam aspek kunci utama dalam aplikasi konsep Six Sigma, yaitu : 1. Identifikasi pelanggan. 2. Identifikasi produk. 3. Identifikasi kebutuhan dalam memproduksi produk untuk pelanggan. 4. Definisi proses. 5. Menghindari kesalahan dalam proses dan menghilangkan pemborosan yang ada . 6. Meningkatkan proses secara terus – menerus menuju target Six Sigma. Sedangkan jika konsep Six Sigma akan diterapkan dalam bidang manufacturing terdapat enam aspek yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. Identifikasi karakteristik produk yang akan memuaskan pelanggan sesuai kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. 2. Mengklasifikasikan semua karakteristik kualitas tersebut sebagai Critical To Quality CTQ individual. Critical To Quality adalah atribut–atribut yang penting untuk diperhatikan karena berkaitan langsung dengan kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Merupakan elemen dari suatu produk, proses atau praktek–praktek yang berdampak langsung pada kepuasan pelanggan. 3. Menentukan apakah setiap CTQ tersebut dapat dikendalikan melalui pengendalian material, mesin, proses–proses kerja, dll. 4. Menentukan batas maksimum toleransi untuk setiap CTQ sesuai yang diinginkan pelanggan menentukan nilai USL dan LSL,dari setiap CTQ. 5. Menentukan maksimum variasi proses untuk setiap CTQ menentukan nilai maksimum standar deviasi untuk setiap CTQ. 6. Mengubah desain produk dan atau proses sedemikian rupa agar mampu mencapai nilai target Six Sigma, yang berarti memiliki indeks kapabilitas proses Cpk maksimum sama dengan 2Cpm  2. Gaprersz, Vincent, 2002 : 9. Pendekatan pengendalian proses 6-sigma Motorola Motorola’s Six Sigma process control mengizinkan adanya pergeseran nilai rata-rata mean setiap CTQ individu dari proses industri terhadap nilai spesefikasi target T sebesar  1,5–sigma , sehingga menghasilkan 3,4 DPMO defect per million opportunities. Dengan demikian berdasarkan konsep Six Sigma Motorola, berlaku penyimpangan :mean–Target =   T   =  5 , 1  atau   5 , 1   T . Disini  mu merupakan nilai rata–rata mean dari proses, sedangkan  sigma merupakan variasi proses, ditunjukkan dalam Gambar 2.1. T - 1,5 sigma +1,5 sigma mean LSL USL - 6sigma + 6 sigma - 3sigma - 2sigma - 1sigma + 1sigma + 2sigma + 3sigma Keterangan : sigma dalam bagan menunjukkan ukuran variasi dari proses yang stabil mengikuti distribusi normal Gambar 2.1. Konsep Six Sigma Motorola dengan Distribusi Normal bergeser 1,5–Sigma. Vincent Gaspersz,2002, hal 11 Program peningkatan kualitas Six Sigma berorientasi pada peningkatan kemampuan proses menuju tingkat kegagalan nol atau menuju nilai spesifikasi terget kualitas T yang diinginkan pelanggan, maka terdapat hubungan antara pencapaian peningkatan kualitas dan nilai toleransi standar deviasi maksimum S maks yang diijinkan dalam program peningkatan kualitas Six Sigma. Jika pelanggan mempunyai dua batas spesifikasi yang ditetapkan USL dan LSL maka menggunakan formula : S maks = [1 2 x nilai kapabilitas Sigma] x USL – LSL.Jika pelanggan hanya menetapkan satu batas spesifikasi SL = spesifikasi limit apakah batas spesifikasi bawahLSL atau batas spesifikasi atasUSL, gunakan formula berikut : S maks = [1 nilai kapabilitas sigma] x absolut SL – T, dimana SL = batas spesifikasi yang ditetapkan pelanggan dan T adalah nilai target. Gaspersz, Vincent, 2002 : 10. Tingkat Six Sigma sering dihubungkan dengan kapabilitas proses, yang dihitung dalam defect per million opportunities DPMO. Berapa tingkat pencapaian Sigma berdasarkan DPMO dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.1 DPMO pada sigma level Sigma Yield DPMO 1 – sigma 31,0 691.462 sangat tidak kompetitif 2 – sigma 69,2 308.538 rata-rata industri Indonesia 3 – sigma 93,3 66.807 4 – sigma 99,4 6.210 rata-rata industri USA 5 – sigma 99,97 230 6 – sigma 99,99966 3,4 industri kelas dunia sumber : Gaspersz, 2002

2.2.2 Faktor Penentu Dalam Six Sigma