Dengan mel menerus sesuai
dengan prioritas yang telah dusulkan maka, ndatang
pada produksi sepatu article FLAIR,
Secara umum, nilai sigma pada sepatu article FLAIR sudah menunjukkan rata-rata seb
ada bulan
sebesar 4,14 sigma, bulan Oktober sebes ovember sebesar
,03 sigma dan bulan Desember sebesar 4,15 sigma . Tetapi nilai-nilai tersebut tidak b
tikan pengawasan dalam pemilihan bahan baku, perlu adanya control yang ketat dalam perawatan mesin agar berjalan dengan konsisten
mengontrol setting mesin sebelum proses produk
akukan tindakan perbaikan secara terus pada tahun-tahun me
diharapkan terdapat peningkatan kualitas hingga mencapai 6 Sigma.
4.5.2 Pembahasan Hasil Penelitian
nilai yang cukup baik dengan esar 4,06 sigma diantaranya p
Juli sebesar 4,02 sigma, bulan Agustus sebesar 4,00 sigma, bulan September ar 4,03 sigma, bulan N
4 isa dikatakan sudah konsisten karena bisa berubah setiap saatnya. Jadi
proses kontrol yang harus dilakukan yaitu melalui tindakan perbaikan yang utama adalah memberikan teguran tegas kepada operator yang ceroboh dan lalai dan
diharapkan lebih memperha
sesuai jadwal yang telah ditentukan, si berlangsung, melakukan pengecekan pada material sebelum dilakukan
proses produksi, dan lain sebagainya. Setelah tindakan – tindakan perbaikan kualitas dilakukan, selanjutnya
dilakukan pendokumentasian hasil perbaikan dari proyek Six Sigma, kemudian dilakukan standarisasi praktek kerja terbaik untuk memperbaiki kualitas produk
agar menuju target penurunan tingkat kegagalan produk sehingga mendekati zero defect
serta pencapaian level sigma menjadi 6-Sigma.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di PT. ECCO Indonesia dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Jenis cacat paling dominan pada sepatu adalah cacat kulit sebesar 27,
disebabkan karena lemahnya inspeksi dalam pemilihan bahan. 2.
Dari data selama 6 bulan Juli-Desember 2009, diketahui bahwa dari total produksi sebesar 105.055 dan defect sebesar 2.7 diperoleh nilai sigma
sebesar 4,06 sigma serta diperoleh nilai indeks kapabilitas prosesnya = 1,11 atau 1 ini berarti bahwa proses produksi dianggap cukup mampu untuk
bersaing dengan perusahaan lain serta memiliki kesempatan terbaik dalam melakukan program peningkatan six sigma.
3. Prioritas tindakan perbaikan yang diusulkan adalah memberikan teguran tegas
kepada operator yang ceroboh dan lalai dan diharapkan lebih memperhatikan pengawasan dalam pemilihan bahan baku, perlu adanya control yang ketat
dalam perawatan mesin agar berjalan dengan konsisten sesuai jadwal yang telah ditentukan, mengontrol setting mesin sebelum proses produksi
berlangsung, melakukan pengecekan pada material sebelum dilakukan proses produksi, dan lain sebagainya.
5.2 Saran
Pada akhir penelitian ini dapat diberikan beberapa saran bagi perusahaan yaitu sebagai berikut:
1. Sebaiknya fokus perbaikan proses ditujukan pada kualitas gedung,
Memberikan training secara intensif kepada operator, membuat jadwal perawatan mesin dan peralatan, dan yang paling penting memperhatikan
kualitas kulit karena dapat mempengaruhi proses produksi 2.
Meningkatkan inspeksi terhadap penerimaan material awal agar diketahui mana material yang memenuhi spesifikasi dan mana yang tidak memenuhi
spesifikasi sebelum dilakukan proses produksi. 3.
Mengimplementasikan metode six sigma sebagai penilaian kapabilitas proses. Dan untuk mencapai target 3,4 defect dari setiap sejuta proses seperti tujuan
dari six sigma, maka tingkat kewaspadaan terhadap faktor yang berpengaruh harus diperhatikan.