Momentum Pemilukada KEMISKINAN MASYARAKAT PEDESAAN: STUDI KASUS DI DESA SANGGANG, SUKOHARJO.

Jurnal Sosiologi D I L E M A Akhmad Ramdon “Dinamika Kota Surakarta : Gerak Satu Dekade Pelaksanaan Otonomi Daerah” 114

C. Momentum Pemilukada

Pasca reformasi semua agenda yang ada mampu mengakselerasi dan merambah ke ranah politik yang lebih luas. Pembaharuan perundang-undangan tentang mekanisme pemilihan kepala daerah hadir dan diama- natkan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Momentum untuk menentukan kepala daerah, menjadikan segenap warga kota mempunyai kesempatan untuk terlibat dalam menentukan arah dan kebijakan pembangunan minimal dengan memilih calon-calon pemimpin kota selain dengan pola pembangunan partisipatif. Komposisi hasil dari pemilihan anggota legislatif lalu menjadi standart penentu bagi pengajuan calon kepala daerah. Terpilihnya Joko Widodo-Hadi Rud- yatmo menyisakan berbagai agenda bagi perkembangan kota Surakarta. Dengan visi menjadikan Surakarta sebagai ‘Kota Sala Berserl, tanpa Korupsi’ Perda No. 10 Tahun 2001, kota dicoba dimaknai dalam arti bersihnya kota Sala secara fisik dan sehat lingkungannya sehingga mengangkat potensi dalam perdagangan, jasa, pari- wisata, pendidikan dan olah raga. Serta mengembangkan manajerial pemerintahan kota dengan bersih tanpa korupsi, dalam suasana budaya pelestarian kota Sala yang rapi, indah, nyaman dan sejahtera. Untuk itu beberapa agenda pembangunan kemu- dian direncanakan dan digelar. Agenda pengelolaan pemerintahan yang baik, ber- sih dan jujur ; Pengelolaan anggaran yang terbuka, partisipatif, efektif dan efisien ; Pengelolaan kesejahteraan rakyat dengan target pemenuhan tingkat kelayakan kese- jahteraan lahir dan batin ; Pengelolaan pem- bangunan baik fisik dan non fisik perkotaan dalam sarana dan fasilitasnya untuk melayani aktivitas dan kegiatan kota secara maksimal. Dengan latar : pertumbuhan ekonomi selama 2002-2005 telah mencapai angka 5.51 pesen per tahun, nilai PDRB per kapita mencapai besaran 9.55 persen per tahun selama kurun waktu 2000-2005, lalu angka inflasi dibawah 10 persen 2004-2005 angka inflasi kembali meningkat mencapai 13.88 persen, kegiatan ekspor -yang belum dapat bangkit kembali- sampai dengan tahun 2004 nilai ekspor hanya mencapai jumlah US 33.742.243.07. Maka berlatar kebijak- kan-kebijakkan yang telah ada sebelumnya, agenda untuk menjadikan Kota Surakarta sebagai Kota Budaya kemudian implemen- tasikan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Surakarta RPJPD Tahun 2005–2025, yang antara lain menegaskan : Kebijakkan pengembangan masyarakat yang produktif dan berjiwa wirausaha, Mewujudkan ‘good governance’ yang berorientasi pada pelayanan publik yang prima, Peningkatkan dan pengem- bangan SDM melalui pendidikan yang berbasis kompetensi, Pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat melalui optimalisasi potensi wisata dan kebijakkan untuk melestarikan, Mengembangkan dan mengapresiasi nilai-nilai kearifan lokal sebagai jati diri warga kota. Dua point terakhir kemudian menjadi lokomotif atas pengembangan kota, spirit untuk mengem- balikan kota sebagai kota yang beridentitas budaya pariwisata yang menjadi spirit kolektif untuk kemudian ikut menggerakan denyut perdagangan, jasa maupun pendidikan. Strategi unggulan PANCA KRIDA UTAMA ; Pola Dasar Pembangunan Tahun 2003–2008 ; Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2001 ; Propeda Tahun 2003–2008 ; Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2005–2010 ; Rencana Pem- bangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005 - 2025 adalah “Mewujudkan Masya- rakat Kota Surakarta Sejahtera, Berkualitas dan Berbudaya”. Munculnya rumusan visi dan misi kota Surakarta untuk periode 2005- 2025 tersebut didasarkan atas keinginan ISSN : 02159635, Vol 27 No. 2 Tahun 2011 Akhmad Ramdon “Dinamika Kota Surakarta : Gerak Satu Dekade Pelaksanaan Otonomi Daerah” 115 untuk menjadikan Surakarta sebagai kota budaya yang berjiwa progresif dan kompe- titif dalam menghadapi berbagai tantangan dan peluang sesuai dengan tuntutan dan perkembangan jaman. Di dalamnya juga sudah mengadopsi berbagai aspek yang menyangkut perlindungan budaya protec- tive cultural, kemitraan institusi yang mampu memberi kontribusi terhadap kemajuan pembangunan, dan kemampuan warga untuk menjadikan Kota Surakarta yang unggul dalam bidang perdagangan dan jasa.

D. Akselerasi Desentralisasi : 2005-2010