Pengantar KEMISKINAN MASYARAKAT PEDESAAN: STUDI KASUS DI DESA SANGGANG, SUKOHARJO.

ISSN : 02159635, Vol 27 No. 2 Tahun 2011 Ahmad Zuber “Kemiskinan Masyarakat Pedesaan : Studi Kasus di Desa Sanggang, Sukoharjo” 95 KEMISKINAN MASYARAKAT PEDESAAN: STUDI KASUS DI DESA SANGGANG, SUKOHARJO Ahmad Zuber Sosiologi FISIP Universitas Sebelas Maret Abstract This paper aims to analyse the types of poverty found in Sanggang village, Bulu, Sukoharjo District, the governmental and non-governmental organisations in alleviating the poverty in Sanggang village. They are cultural, structural and natural poverties. The cultural poverty can be seen from the minimum participation of people in poverty in the social organisations, either in the community, in sub-district or in district level. They have relatively large number children. They tend to develop a broad family where the husband, wife, children and parents live in one family. They have the long working hour but their income is relatively low. The poor people have made various efforts to alleviate their poverty, including cultivating the barren land for planting cassava or peanuts, and looking for wood in the forest for substituting oil for fire. The government and private sectors have also done some efforts by making some programs. Their efforts, however, are not effective enough to tackle the problems of the rural poverty in Sanggang village. The programs, nevertheless, have been able to create happiness of the rural families, especially those suffering poverty. Keywords: Cultural poverty, Structural poverty, Conjunctural poverty, Natural poverty, Poverty controlling program

A. Pengantar

Dewasa ini masalah kemiskinan merupakan masalah yang penting untuk dikaji dan dicarikan jalan keluarnya. Masalah kemiskinan tidak hanya melanda masyarakat Asia, seperti Indonesia, tetapi masalah kemiskinan juga melanda seluruh masyarakat dunia, termasuk Amerika Serikat yang dikenal sebagai negara adi kuasa super power. Di Amerika Serikat, sebagian besar kekayaan 68 dimiliki oleh hanya 10 penduduk bangsa tersebut. Sedangkan 40 dari kekayaan negara Amerika Serikat ini hanya dimiliki oleh 1 penduduk Sumber: Western, 2000, dalam Henslin, 2007: 207. Secara umum, realitas kemiskinan di Kabupaten Sukoharjo dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Tahun 2006, jumlah penduduk miskin Sukoharjo sebanyak 239.882 jiwa 28,93 dari jumalah total penduduk 829.054 jiwa. Kemudian pada tahun 2007 angka kemiskinan Kabupaten Sukoharjo meningkat menjadi 260.356 jiwa 30,98 dari jumlah penduduk 840.477 jiwa. Kemudian ketika tahun 2008 dibuka kesempatan untuk mengisi kuota Jaminan Kesehatan Masyarakat Jamkesmas, jumlah KK miskin meningkat dari 80.170 KK miskin pada tahun 2007, menjadi 97.333 KK Solopos, 14 Juli 2008: 1 dan 8. Jurnal Sosiologi D I L E M A Ahmad Zuber “Kemiskinan Masyarakat Pedesaan : Studi Kasus di Desa Sanggang, Sukoharjo” 96 Kondisi di atas bertolakbelakang dengan realitas yang ada di Kabupaten Sukoharjo. Sampai saat ini Kabupaten Sukoharjo dikenal sebagai salah satu penyangga pangan di Provinsi Jawa Tengah. Setiap tahun Kabupaten Suko-harjo yang berslogan “Sukoharjo Mak-mur” ini selalu surplus beras. Bahkan produksi padi selalu melampau target yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Kabupaten Sukoharjo. Sebagai contoh, pada tahun 2006, Pemerintah Kabupaten Sukoharjo me- matok target produksi padi sebanyak 292.035 ton, namun reali-sasinya menjadi 322.426 ton. Kemudian pada tahun 2007, Pemerintah Kabupaten Sukoharjo mentar- getkan 305.750 ton, dan terealisasi 319.720 ton Solopos, 14 Juli 2008: 1 dan 8 Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk menulis artikel dengan judul “Kemiskinan Mas-yarakat Pedesaan Sukoharjo Studi Kasus di Desa Sanggang, Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah.

B. Tinjauan Pustaka