Jurnal Sosiologi D
I
L
E
M
A
Rubangi Al-Hasan “Perspektif Gender dalam Penelitian Kehutangan”
154
Keempat , pemahaman yang mendalam
tentang perempuan dan hubungan- hubungan gender dapat diperoleh dengan
menggunakan teknik analisis data yang tepat. Teknik analisis data tersebut sebisa
mungkin dapat menghadirkan perspektif perempuan. Penelitian sering kali lemah
dalam analisis karena hanya menampilkan dalam bentuk tabel tanpa ada analisis data
yang sesuai dengan menggunakan metode yang tepat sehingga mampu menghadirkan
perspektif perempuan secara lebih luas.
E. Perspektif Gender dalam Penelitian Kehutanan
Berbicara tentang ada tidaknya per- spektif gender dalam penelitian, sebagai-
mana telah dijelaskan oleh Irwan Abdullah, dapat dilihat dari seberapa besar prinsip-
prinsip penelitian tersebut memasukkan perspektif gender ke dalamnya. Prinsip-
prinsip tersebut mengarahkan peneliti pada pemahaman terhadap masalah gender
sehingga masalah yang ada dipahami secara komprehensif. Pemahaman yang kompre-
hensif selanjutnya ditindaklanjuti dengan metodologi penelitian yang tepat sehingga
akan mendapatkan informasi yang benar- benar memiliki perspektif gender.
Prinsip-prinsip penelitian berperspektif gender sebisa mungkin terkandung pada
semua bidang penelitian, tidak terkecuali berlaku juga bagi penelitian bidang
kehutanan. Jika hal tersebut direfleksikan pada institusi di lingkup kementerian
kehutanan, terutama Badan Litbang Kehutanan, maka hal tersebut harus sudah
menjadi mainstream lembaga dalam melak- sanakan penelitian di bidang kehutanan.
Keharusan dimasukkannya perspektif gender dalam penelitian kehutanan tidak
dapat dielakkan dengan alasan, pertama, gender mainstreaming
merupakan gerakan global dan bahkan telah ada dalam
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia tahun 1948, dan sudah diratifikasi oleh
negara-negara anggota PBB, termasuk Indonesia. Ratifikasi tersebut bersifat
mengikat secara hukum legal binding terhadap setiap negara anggotanya. Kedua,
kebijakan gender manstreaming merupakan kebijakan negara dan sekaligus kebijakan
Kementerian Kehutanan yang telah memi- liki kekuatan hukum yakni dengan
dikeluarkannya Keputusan Menteri Kehutanan No. 299 Tahun 2005 tentang
Pembentukan Kelompok Kerja Pengarusu- tamaan Gender Pokja PUG tingkat
Departemen Kehutanan, selanjutnya Kepmenhut Anonim, 2007.
Setelah dibentuk Pokja PUG di lingkup Kementerian Kehutanan, Pokja PUG
tersebut kemudian diberi tugas yaitu, 1 mendorong terwujudnya pelaksanaan
gender di sektor kehutanan dengan menerapkan pengarusutamaan gender ke
dalam setiap perencanaan yang disusun; 2 memfasilitasi pelaksanaan pengarusu-
tamaan gender dalam pembangunan kehutanan; 3 melakukan pembinaan
pengarusutamaan gender kepada aparat kehutanan; 4 melakukan pemantauan dan
evaluasi pelaksanaan pengarusutamaan gender di lingkup departemen kehutanan;
5 melakukan koordinasi lintas instansi lembaga dan unit kerja eselon I lingkup
departemen kehutanan.
Kepmenhut di atas memberikan penjelasan bahwa instansi di lingkup
Kementerian Kehutanan wajib melaksa- nakan program gender mainstreaming dalam
segala level dan tahapan pelaksanaan kegiatannya, termasuk di sini adalah kegi-
atan penelitian. Kegiatan penelitian merupa- kan kegiatan yang sangat strategis dalam
konteks pengambilan kebijakan. Dalam iklim birokrasi modern, setiap pengambilan
keputusan harus didasarkan pada pertim- bangan yang rasional, terukur dan dapat
dipertanggungjawabkan, baik secara moral, maupun keilmuan. Pertimbangan tersebut
menjadi prasyarat dimana sebuah
ISSN : 02159635, Vol 27 No. 2 Tahun 2011
Rubangi Al-Hasan “Perspektif Gender dalam Penelitian Kehutangan”
155
keputusan harus didasarkan pada penelitian yang validitasnya benar-benar teruji. Salah
satu poin validitas penelitian tersebut adalah muatan perpektif gender dalam penelitian.
Poin ini masuk karena Kemenhut telah memasukkan gender mainstreaming pada
seluruh level kebijakan dan kegiatannya.
Pertanyaan selanjutnya, sudahkah penelitian kehutanan selama ini
memasukkan perspektif gender dalam analisisnya. Harus diakui bahwa penelitian
dalam bidang kehutanan yang telah memasukkan perspektif gender masih
sedikit. Memang tidak terdapat angka pasti tentang itu, namun informasi tersebut dapat
dibaca dari beragam publikasi, berupa jurnal-jurnal ilmiah baik terbitan badan-
badan litbang maupun perguruan tinggi. Dari penelusuran yang penulis lakukan
terhadap beberapa publikasi lembaga, terdapat beberapa penelitian dalam
kaitannya dengan kehutanan yang menekankan perspektif gender dalam
analisisnya.
Penelitian yang relatif awal tentang kajian gender dan kehutanan dapat dilihat
pada karya Pudjiwati Sajogjo 1990, yang pernah menjadi ketua PSW IPB. Studi yang
dilakukan berjudul Peranan Wanita dalam Perhutanan Sosial: Suatu Studi Integrasi
Wanita dalam Pembangunan Kehutanan Menuju Era Tinggal Landas
. Karya lain yang diterbitkan IPB adalah penelitian yang
dilakukan oleh Didik Suhardjito dan S. Sarwoprasodjo 1996. Judul penelitian
tersebut adalah Organisasi Keluarga dan Status Wanita: Studi Kasus Peranan Wanita
pada Keluarga Penyadap Getah Pinus dan Keluarga Petani Hutan Rakyat
. Kedua penelitian tersebut memiliki
kecenderungan pada pendekatan Women in Development
WID dengan lebih menekankan pada aspek integrasi
perempuan dalam pembangunan kehutanan. Penelitian kehutanan dengan
perspektif gender yang menggunakan paradigma Gender and Development GAD
dapat ditemukan pada karya LWF. Rahayu dengan judul Gender dalam Program
Pembangunan Hutan
. Penelitian ini dimuat dalam Jurnal Hutan Rakyat UGM.
Sementara itu, Badan Litbang Kehutanan Kementerian Kehutanan juga
menerbitkan tulisan tentang kehutanan dan perempuan. Tulisan tersebut antara lain
karya Kresno Agus Hendarto 2002, Ekowisata dan Peranan Perempuan
. Tulisan ini banyak mengupas sisi keterlibatan
perempuan dalam mendukung pembangunan pariwisata alam berwawasan
ekologi atau yang dikenal dengan ekowisata. Selain tulisan tersebut, Hendarto
2003 juga menulis tema lain, Peningkatan Peran Perempuan dalam Perhutanan Sosial
. Tulisan ini lebih banyak berbicara pada
aspek peran perempuan dalam program perhutanan sosial. Perempuan diharapkan
memiliki peran yang setara dengan laki-laki terkait kontribusinya dalam pembangunan
perhutanan sosial.
Selain penelitian di atas, terdapat juga penelitian dan makalah yang merupakan
produk lembaga penelitian kehutanan internasional, salah satunya adalah dari
Center for International Forestry Research CIFOR. Publikasi CIFOR menunjukkan
beberapa tulisan yang berdiskusi tentang gender dan kehutanan. Salah satunya
adalah penelitian Agusnawati 2006 yang berjudul Peran Kaum Perempuan dalam
Pengambilan Keputusan pada Masyarakat Pengelola Hutan Kemiri di Mario Pulana
. Dari judul tulisan sudah dijelaskan
mengenai fokus kajian penelitian ini yaitu melihat peran kaum perempuan dalam
pengambilan keputusan dalam pengelolaan hutan kemiri. Publikasi CIFOR yang lain
berupa buku yang berisi kumpulan tulisan berjudul Dari Desa Ke Desa: Dinamika
Gender dan Pengelolaan Kekayaan Alam
. Buku terbitan tahun 2007 tersebut memuat
11 tulisan yang mengupas masalah sekitar
Jurnal Sosiologi D
I
L
E
M
A
Rubangi Al-Hasan “Perspektif Gender dalam Penelitian Kehutangan”
156
gender dan kehutanan dari para akademisi perguruan tinggi, peneliti lembaga litbang
pemerintah, aktivis LSM perempuan, dan dari staf peneliti CIFOR sendiri. Tulisan
dalam buku tersebut merentang dari penye- lamatan kupu-kupu di Bantimurung,
konservasi bakau di Kutai Timur, Kaltim, sampai dengan rehabilitasi lahan di
Sukabumi, Jawa Barat. Tulisan-tulisan yang ada sebagian besar bernuansa lokal namun
berbicara pada konteks yang sama, pem- berdayaan perempuan dalam upaya penye-
lamatan hutan dan lingkungan hidup.
Penelitian tentang gender dan kehu- tanan ada juga yang merupakan penelitian
mahasiswa sebagai karya skripsi. Penelitian tersebut misalnya karya Ageng Rara
Cindoswari 2008, mahasiswa IPB. Judul penelitiannya, Analisis Gender dalam
Gerakan Rehabilitasi Lokal Hutan Mangrove Pada Kelompok Masyarakat Peduli Ling-
kungan Papeling di Desa Sidodadi, Kec. Padang Cermin, Kab. Lampung Selatan,
Propinsi Lampung
. Penelitian ini mengambil tema studi akses dan kontrol kaum perem-
puan terhadap gerakan rehabilitasi mangrove dengan mengambil sampel pada
kelompok masyarakat peduli lingkungan Papeling. Penelitian lain yang merupakan
karya skripsi misalnya adalah penelitian Abdul Rohman 2005 yang mengambil
judul Analisis Gender dalam Kontribusi Pembangunan Sumber Daya Hutan Studi
Kasus RPH Krucil, BKPH Bermi, KPH Probolinggo.
Penelitian ini menganalisis diferensiasi gender dalam hubungannya
dengan akses dan kontrol terhadap sumber daya hutan.
F. Penutup