Hakikat Kinderliteratur KAJIAN TEORI
14
lima abad kemudian, yaitu dengan memberikan prioritas terhadap karya sastra itu sendiri.
Strukturalisme sendiri berkembang diawali oleh formalisme Rusia 1915- 1930, strukturalisme Praha 1930-an, Kritik Baru di Amerika Serikat tahun
1940-an, dan sekitar tahun 1960-an disusul strukturalisme Inggris, gerakan otonomi di Jerman, di Belanda, dan Indonesia sendir melalui Mazhab
Rawamangun 1960-an. Meskipun strukturalisme berhubungan erat dengan formalisme Rusia, Aliran Praha, dan strukturalisme Polandia, strukturalisme pada
umumnya diasosiasiakan dengan pemikiran Perancis tahun 1960-an yang sebagian besar dihubungkan dengan etnografi Levi-Strauss, demikian juga pemikiran
Roland Barthes, Michael Foucault, Gerard Genette, Louis Althusser, Jacques Lacan, J.Greimas, dan Jean Piaget Ratna, 2015: 88-89.
Piaget 1995: 4-12 menegaskan bahwa sebuah struktur memiliki tiga sifat, yakni totalitas, transformasi dan pengaturan diri.
1. Totalitas
Totalitas adalah hal yang jelas yakni menjadi ciri khas struktur-sruktur yang sudah ada dengan sendirinya. Kaidah-kaidah pembentuknya tersebut tunduk
mengikuti secara terstruktur. 2.
Transformasi Sistem transformasi adalah kegiatan membentuk. Secara sinkronis bahasa
proses tersebut tidak tinggal diam. Hal ini menolak atau menerima pembaharuan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan tertentu baik melalui perlawanan-perlawanan
15
maupun hubungan-hubungan. Dalam proses tranformasi secara langsung melahirkan “tatabahasa transformasional”.
3. Pengaturan Diri
Pengaturan diri sendiri merupakan pembatas yang bersifat mengikat membuat stuktur dapat terlindung dan tertutup. Kedua hasil itu membuktikan
bahwa transformasi yang terjadi pada sebuah struktur tidak menjalar ke luar dari perbatasannya, melainkan sekadar melahirkan unsur-unsur yang tetap menjadi
milik struktur tersebut dan melestarikan kaidah-kaidahnya. Seperti pendapat tokoh-tokoh di atas, strukturalisme awalnya merupakan
suatu aliran yang bersumber dari aliran formalisme Rusia yang kemudian berkembang dan maju di seluruh belahan dunia, tak hanya di dunia barat tetapi
juga sampai ke Amerika dan juga sampai ke Indonesia. Menurut Endraswara 2003: 49, strukturalis pada dasarnya merupakan
cara berpikir tentang dunia yang terutama berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur. Maksud pernyatann tersebut bahwa strukturalis
sebagai fenomena yang memiliki struktur yang saling mengikat dan terkait satu sama lain dalam membentuk struktur-struktur. Eagleton 2006: 136
menambahkan, strukturalisme seperti yang tersirat dari istilah itu sendiri, berurusan dengan struktur, dan lebih khusus lagi dengan meneliti peraturan umum
yang mendasari cara bekerjanya. Dari pendapat tersebut maka dapat dikatakan bahwa strukturalisme adalah
gabungan unsur-unsur atau bentuk-bentuk yang membentuk sebuah karya sastra,
16
seperti alur atau plot, tema, tokoh, latar, sudut pandang penceritaan dan gaya bahasa.
Nurgiyantoro 2013: 58 berpendapat bahwa setiap teks kesastraan memiliki sebuah struktur yang unik yang khas yang menandai kehadirannya. Hal
itulah yang membedakannya dengan teks-teks yang lain. Struktur teks itu mengorganisasikan berbagai unsur untuk saling berhubungan antara satu dan yang
lain. Struktur menyebabkan teks itu menjadi bermakna, menjadi masuk akal, menjadi logis, menjadi dapat dipahami sehingga menjadi kesatuan yang utuh.
Nurgiyantoro menambahkan bahwa struktur itu sendiri sebenarnya tidak berwujud, tidak tampak, tetapi ia sangat penting kehadirannya. Ia menjadi benang
merah yang menghubungkan semua elemennya. Ryan 2011: 41 mengatakan bahwa untuk memahami apa yang dimaksud
dengan struktur dalam kesusastraan, bayangkanlah tentang tubuh. Kerangka tubuh sangat penting untuk menggerakkan tubuh, meski kerangka tubuh tidaklah
tampak. Demikian juga dalam kesusastraan, suatu karya sastra memiliki struktur yang tidak pernah tampak tapi membuat karya sastra tersebut menjadi masuk akal
dan berfungsi sebagai karya sastra. Tokoh selanjutnya yang berpendapat mengenai strukturalisme Teeuw
2015: 119, mengatakan bahwa, analisis struktur sebuah karya tak lain dan tak bukan sebuah usaha untuk sebaik mungkin mengeksplisitkan dan
mensistematikkan apa yang dilakukan dalam proses membaca dan memahami karya sastra. Teeuw 2015: 106 juga memperjelas bahwa analisis struktural
bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, mendetail, dan