Analisis Sudut Pandang Blickwinkel
vielleicht, sie kümmert sich um die zwei? Nicht in die Tüte. Den lieben langen Tag kutschiert sie in der Stadt rum, kauft ein, tauscht um, geht zu
Fünft-Uhr-Tees und zu Modevorführungen, und abends muss dann der arme Mann auch noch mitstolpern. Sechstagerennen, Theater, Kino, Bälle,
daurend ist der Teufel. Noch Hause kommt sie überhaupt nicht mehr. Na, das hat ja nun wieder sein Gutes.«
Kästner, 2013:11. »
Nyonyaku itu, pantasnya dihajar dengan lap basah. Punya anak manis dan lucu serta suami yang baik hati
—tapi kau kira ia mengurus mereka? Sama sekali tidak. Sepanjang hari kerjanya hanya keluyuran di kota, berbelanja
menukar barang-barang yang sudah dibeli, pergi ke acara-acara minum teh pada sore hari dan nonton peragaan pakaian lalu malamnya, suaminya
yang malang masih harus pula ikut dengannya. Nonton balap sepeda yang enam hari itu, lalu teater, nonton film, pesta dansa
—pokoknya selalu ada saja acaranya setiap malam. Ia boleh dibilang tidak pernah pulang ke
rumahnya sendiri. Tapi itu ada baiknya juga.«
Paragraf di atas memperlihatkan bahwa alur mulai naik dengan pernyataan Berta, pembantu keluarga Pogge yang berkata bahwa Nyonya Pogge adalah sosok
istri dan ibu yang tidak mempedulikan keluarganya. Hal ini hanya Berta ungkapkan dalam hati. Ia merasa kasihan pada Pünktchen yang telah diabaiakan ibunya. Dari
penjelasan di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa alur erat kaitannya dengan tokoh. Kehadiran tokoh membantu alur menghidupkan jalannya cerita dengan
perilaku dari peristiwa-peristiwa yang terbingkai dalam alur. Unsur instrinsik dalam roman selanjutnya yang juga penting adanya adalah
penggunaan latar tempat dan waktu. Penggunaan latar tempat dan waktu ada untuk membangun kesatuan cerita. Latar membantu mendeskripsikan alur cerita yang
diperankan tokok terkesan nyata. Latar tempat menjadi pendukung kemunculan sang tokoh. Beberapa fungsi latar tempat sesuai teori Marquaß, yaitu sebagai tempat
terjadinya suatu peristiwa, sebagai tempat yang dapat mendeskripsikan karakter tokoh secara tidak langsung, sebagai tempat yang menunjukkan suasana hati tokoh
dan sebagai simbol.
»Herr Wachtmeister«, sagte Herr Pogge, »ist es erlaubt, daß kleine Kinder abends hier herumstehen und betteln?«
Der Schutzmann zuckte die Achseln. »Sie meinen die beiden auf der Brücke? Was wollen Sie machen? Wer soll die blinde Frau denn sonst
hierherführen?« »Sie ist blind?«
»Ja freilich. Und dabei noch ziemlich jung. Fast jeden Abend stehen sie dort drüben. Solche Leute wollen auch leben.« Der Schutzmann wunderte
sich, daß ihn der Fremde ziemlich schmerzhaft am Arm packte. Dann sagte er: »Ja, es ist ein Elend.«
»Wie lange stehen denn die zwei normalerweise dort?« »Zwei Stunden wenigstens, so bis gegen zehn.« Herr Pogge trat wieder
von dem Trottoir herunter. Er machte ein Gesicht, als wollte er hinüberstürzen, dann besann er sich und bedankte sich bei dem Beamten.
Der Schutzmann grüßte und ging weiter
Kästner, 2013:114. »Pak Polisi,«, kata Pak Pogge, »apakah malam-malam begini anak kecil
boleh berdiri di sini dan mengemis?« Si petugas polisi mengangkat bahu. »Maksud Bapak, kedua orang di
jembatan itu? Ya, bagaimana lagi? Siapa yang bisa menuntun wanita buta itu ke sini?«
»Wanita itu buta?« »Ya tentu. Padahal ia masih muda. Hampir setiap malam mereka berdiri
di sana. Orang seperti mereka pun ingin tetap hidup.« Si petugas polisi merasa heran bahwa lelaki di hadapannya tiba-tiba menggenggam
lengannya dengan keras. Kemudian ia berkata »Kasihan mereka.« »Berapa lama mereka biasanya berdiri di sana?«
»Paling tidak dua jam, kira-kira sampai jam sepuluh« Pak Pogge maju selangkah. Ia pasang tampang seakan-akan hendak bergegas ke jembatan.
Namun kemudian ia berubah pikiran dan mengucapkan terimakasih pada si petugas polisi...
Dalam penggalan percakapan di atas terlihat bahwa Pak Pogge penasaran sekaligus kaget dengan peristiwa yang ia lihat di jembatan tersebut. Jembatan
merupakan latar tempat yang membuat karakter pak Pogge muncul, ia merasa khawatir sekaligus marah pada dirinya sendiri atas perilaku putrinya yang
mengemis pada malam hari di jembatan Weidendamm. Jembatan Weidendamm juga merupakan tempat tokoh Pünktchen dan Nona Andacht berjualan serta