Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
4
kurang perhatian kedua orangtuanya yang sibuk. Tokoh utama lainnya, seorang anak laki-laki miskin Anton tinggal berdua dengan ibunya yang sedang sakit
karena tumor. Ia harus mencari uang dengan berjualan tali sepatu pada malam hari demi membayar cicilan uang sewa rumahnya serta mencukupi hidup mereka
sehari-hari. Keduanya bertemu di jembatan Weidendamm, saat sama-sama sedang berjualan. Berawal dari hal tersebut, akhirnya mereka menjalin
persahabatan, saling tolong menolong saat menghadapi kesulitan. Mereka bermain bersama. Satu hal yang menjadi rahasia, Pünktchen dan Anton menyembunyikan
aktivitas malamnya dari keluarga masing-masing. Konflik memuncak saat Pünktchen tertangkap basah sedang mengemis
bersama pengasuhnya. Kemudian ayahnya, Pak Pogge mengajaknya pulang ke rumah. Setelah tiba di rumah, keadaan bertambah rumit oleh percobaan
perampokan oleh tunangan Nona Andacht yang telah digagalkan pembantunya. Pada akhirnya, Pak Pogge berbicara pada Pünktchen untuk tidak mengulang
perbuatan yang akan mengkhawatirkannya dan putrinya menuruti. Di akhir cerita, Pak Pogge mengajak Anton dan ibunya tinggal bersama yang membuat putrinya
bahagia dan tidak merasa kesepian lagi karena sering ditinggal ibunya. Dua tokoh anak dalam roman anak ini memiliki sikap yang bijaksana dan tangguh, sehingga
banyak yang dapat dijadikan contoh untuk anak-anak lainnya. Cerita roman Pünktchen und Anton diterbitkan pertama kali pada tahun
1931. Alasan peneliti meneliti roman ini adalah pertama, peneliti terkesan saat membaca roman Pünktchen und Anton karena kisahnya sangat menarik. Roman
anak ini menceritakan dua anak yang memiliki latarbelakang berbeda namun
5
menjalin persabahatan yang erat. Keduanya memiliki sikap yang bijaksana dalam bertindak. Cerita ini sedikit berbeda dengan kenyataan di zaman sekarang yakni
banyak anak-anak berasal dari golongan kelas atas tidak memiliki kepekaan terhadap sesamanya yang memiliki latar belakang yang berbeda.
Alasan kedua, tokoh-tokoh yang berperan dalam roman ini sangat kuat membangun cerita. Dengan berbagai karakter, banyak tokoh pendukung yang
bermunculan dan mempengaruhi jalan cerita atau alurnya. Alasan ketiga, setting atau latar yang digunakan dalam roman ini juga sangat menarik, yaitu Berlin dan
sekitar jembatan Weidendamm. Kota tersebut menjadi landscape utama dalam cerita ini. Alasan yang terakhir, setiap akhir bab terdapat renungan dari pengarang
yang memberikan petuah-petuah tentang permasalahan atau konflik yang muncul, sehingga dapat memberikan pelajaran moral yang baik untuk pembaca.
Selain empat alasan di atas, roman ini adalah roman anak karya Erich Kästner yang telah difilmkan pada tahun 1953 dan pada tahun 1999 dengan judul
Annaluise und Anton . Roman anak ini adalah karyanya yang kedua. Karya
pertamanya adalah Emil und die Detektiv telah diterjemahkan ke dalam 24 Bahasa www.erichkaestner.de.
Pemaparan di atas membuat peneliti semakin ingin mengetahui lebih mendalam mengenai keseluruhan ceritanya. Peneliti juga ingin mengetahui lebih
mendalam mengenai hubungan antar unsur seperti alur, tokoh, latar serta sudut pandang roman tersebut yang membangun cerita sehingga membuat suatu
kesatuan yang utuh.
6
Erich Kästner lahir pada tanggal 23 Februari 1899 di kota Dresden dan meninggal di kota München pada tahun 1974. Erich muda adalah seorang yang
mencintai dunia kesusteraan. Beberapa kali ia membuat puisi yang telah dimuat dalam Schulerzeitung atau majalah sekolah dari Dresdener König-Georg-
Gymnasium . Semasa studinya, ia juga aktif menulis menjadi Mitarbeiter di
Neuen Leipziger Zeitung . Setelah itu ia bekerja untuk surat kabar yang lainnya
dan menulis kritik teater. Dari hobinya membuat puisi, akhirnya pada tahun 1928 mulailah ia dilirik penerbit buku. Pada tahun tersebut pula Kästner berhasil
menerbitkan kumpulan puisi dengan judul Herz auf Taille dan Lärm im Spiegel. Beberapa kali juga ia pernah mendapatkan penghargaan atas karya-karya yang
bertemakan anak-anak www.erichkaestner.de. Erich Kästner adalah sastrawan Jerman yang hidup di Epoche Literatur im
Exil atau sastra pelarian. Era atau epos ini terjadi pada tahun 1918-1933. Keadaan
pada masa itu pemerintahan NAZI berkuasa yang dipimpin oleh Hitler. Saat itu karya sastra menggambarkan dan memaparkan kondisi masyarakat Jerman yang
mengalami ketertekanan dan ketidakbebasan hidup oleh otoriter Hitler. Hal ini juga berpengaruh pada karya sastra. Karya sastra yang dianggap memprovokasi,
akan mendapatkan pencekalan terhadap karya sastra tersebut dan pengarangnya. Banyak sastrawan yang akhirnya melarikan diri untuk mengamankan karyanya ke
luar negeri. Sastrawan Jerman lainnya yang hidup dan berkarya dalam Epoche
Literatur im Exil atau sastra pelarian di antaranya Heinrich Mann 1871-1930,
Klaus Mann 1906-1949, Bertolt Brecht 1898-1956, Herman Hesse 1877-
7
1962 Baumann, 1996:218-224. Sastrawan tersebut kebanyakan menuliskan penggambaran keadaan masyarakat setelah peperangan. Kelebihan Erich Kästner
dibandingkan dengan sastrawan-sastrawan seangkatannya yakni ia lebih menuangkan ideologinya dalam roman melalui penggambaran sosok anak-anak.
Hal ini terlihat dengan banyaknya karya Kästner yang bertemakan anak-anak. Seperti sastrawan-sastrawan lainnya yang hidup di era Exil, Erich Kästner
juga pernah mengalami pencekalan selama masa pemerintahan NAZI. Pada tahun 1931, ia menulis sebuah roman yang menceritakan kondisi masyarakat yang
mengalami degradasi moral. Dan ia juga pernah mengkritik pengambilalihan kekuasaan oleh NAZI adalah sesuatu yang tidak pernah diinginkan.
Analisis suatu karya sastra diperlukan untuk membantu para pembaca dalam mengerti, memahami dan menikmati suatu karya sastra. Banyak cara
menganalisis karya sastra, namun peneliti ingin mengetahui unsur-unsur intrinsik yang membangun cerita dan keterkaitan antar unsurnya, maka analisis yang tepat
adalah dengan analisis strukural. Selain itu analisis strukural merupakan hal mendasar sebelum menggunakan analisis lainnya.
Teeuw 2003:112 berpendapat bahwa, analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail dan semendalam
mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Analisis Struktural karya sastra
dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik tanpa melibatkan unsur-unsur yang terdapat di luar
karya sastra tersebut. Maka dari itu, Nurgiyantoro 2013:60 juga berpendapat
8
bahwa pada dasarnya analisis struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar unsur yang terdapat dalam karya sastra yang secara
bersama menghasilkan sebuah keseluruhan. Dari uraian di atas, maka penelitian lebih menekankan aspek intrinsik di
dalam karya sastra, karena di dalamnya terdapat unsur-unsur pembangun karya
sastra sendiri, seperti alur, tokoh, latar, serta sudut pandang. Agar dapat
mengetahui unsur-unsur yang membangun karya sastra serta hubungan antar unsur pada roman Pünktchen und Anton, peneliti mengunakan analisis struktural
dari Reinhard Marquaß. Peneliti menggunakan analisis struktural dengan menggunakan pendekatan objektif, yaitu pendekatan yang lebih mendalam pada
karya sastra itu sendiri. Hal tersebut digunakan agar peneliti dapat mengetahui secara jelas keterkaitan unsur-unsur intrinsik karya sastra antara satu dengan yang
lainnya.