Suatu waktu dalam fase kehidupan seorang tokoh yang memiliki peranan Latar belakang sejarah dalam isi cerita in Historischer Sicht.

plot sangat penting untuk mengekspresikan makna suatu karya fiksi. Ia juga mengatakan bahwa pemahaman terhadap alur merupakan faktor yang paling penting dalam pemahaman fiksi. Jika menurut Aristoteles alur merupakan jiwa tragedi, sesungguhnya dapat pula dikatakan bahwa boleh jadi alur merupakan jiwa fiksi. Roman yang baik yaitu yang di dalamnya terdapat unsur-unsur intrinsik berupa unsur alur, tokoh, latar waktu dan tempat serta sudut pandang yang saling terkait dan koheren di dalamya. Berikut keterkaitan antar unsur tersebut dalam roman anak Pünktchen und Anton karya Erich Kästner. Alur merupakan unsur yang penting di dalam cerita roman, unsur ini mempunyai hubungan erat dengan tokoh. Suatu cerita tanpa alur, kisahnya tidak akan jalan dan tokoh sebagai penghidup jalannya cerita. Kehadiran tokoh mempengaruhi jalannya cerita, karena tanpa alur dan tokoh cerita tidak akan menarik dan hidup. Tokoh dalam cerita membawa pesan kehidupan melewati jalan cerita atau alur. Latar waktu dan tempat dalam cerita merupakan unsur selanjutnya yang juga penting adanya. Kemunculan tokoh didukung oleh latar waktu dan tempat. Dalam roman anak Pünktchen und Anton karya Erich Kästner, pada awal cerita alur dimulai dengan kegiatan makan siang dan perkenalan keluarga Pogge, sebuah keluarga kaya yang tinggal di sebuah flat besar di Berlin. Mereka memiliki seorang anak perempuan bernama Pünktchen. Nyonya Pogge, Ibu Pünktchen adalah istri yang tidak mempedulikan suaminya dan ibu yang mengabaikan anaknya. » Meine Gnädige, die sollte man mit ‘nem nassen Lappen erschlagen. Hat so ein nettes, ulkiges Kind und so einen reizenen Mann, aber denkst du vielleicht, sie kümmert sich um die zwei? Nicht in die Tüte. Den lieben langen Tag kutschiert sie in der Stadt rum, kauft ein, tauscht um, geht zu Fünft-Uhr-Tees und zu Modevorführungen, und abends muss dann der arme Mann auch noch mitstolpern. Sechstagerennen, Theater, Kino, Bälle, daurend ist der Teufel. Noch Hause kommt sie überhaupt nicht mehr. Na, das hat ja nun wieder sein Gutes.« Kästner, 2013:11. » Nyonyaku itu, pantasnya dihajar dengan lap basah. Punya anak manis dan lucu serta suami yang baik hati —tapi kau kira ia mengurus mereka? Sama sekali tidak. Sepanjang hari kerjanya hanya keluyuran di kota, berbelanja menukar barang-barang yang sudah dibeli, pergi ke acara-acara minum teh pada sore hari dan nonton peragaan pakaian lalu malamnya, suaminya yang malang masih harus pula ikut dengannya. Nonton balap sepeda yang enam hari itu, lalu teater, nonton film, pesta dansa —pokoknya selalu ada saja acaranya setiap malam. Ia boleh dibilang tidak pernah pulang ke rumahnya sendiri. Tapi itu ada baiknya juga.« Paragraf di atas memperlihatkan bahwa alur mulai naik dengan pernyataan Berta, pembantu keluarga Pogge yang berkata bahwa Nyonya Pogge adalah sosok istri dan ibu yang tidak mempedulikan keluarganya. Hal ini hanya Berta ungkapkan dalam hati. Ia merasa kasihan pada Pünktchen yang telah diabaiakan ibunya. Dari penjelasan di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa alur erat kaitannya dengan tokoh. Kehadiran tokoh membantu alur menghidupkan jalannya cerita dengan perilaku dari peristiwa-peristiwa yang terbingkai dalam alur. Unsur instrinsik dalam roman selanjutnya yang juga penting adanya adalah penggunaan latar tempat dan waktu. Penggunaan latar tempat dan waktu ada untuk membangun kesatuan cerita. Latar membantu mendeskripsikan alur cerita yang diperankan tokok terkesan nyata. Latar tempat menjadi pendukung kemunculan sang tokoh. Beberapa fungsi latar tempat sesuai teori Marquaß, yaitu sebagai tempat terjadinya suatu peristiwa, sebagai tempat yang dapat mendeskripsikan karakter tokoh secara tidak langsung, sebagai tempat yang menunjukkan suasana hati tokoh dan sebagai simbol.