Perilaku Kepemimpinan Efektif TINJAUAN PUSTAKA

norma-norma subjektif akan membentuk suatu intensi atau niat untuk berperilaku. Menurut Notoatmodjo 2005, dalam Habni, 2009 berdasarkan intensitasnya sikap memiliki tingkatan, yaitu menerima, menanggapi, menghargai, dan bertanggung jawab. Sikap terbentuk dari pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan agama, dan pengaruh faktor emosional Perilaku juga akan tebentuk dari sebuah pengetahuan yang merupakan suatu proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu sehingga orang tersebut menjadi tahu Habni, 2009 dan dari sebuah tindakan atau keterampilan. Berdasarkan kualitasnya tindakan atau keterampilan memiliki tingkatan praktik terpimpin, praktik secara mekanis dan adopsi. Praktik terpimpin merupakan tindakan yang masih menggunakan panduan atau masih bergantung pada tuntunan, sedangkan praktik secara mekanis merupakan suatu tindakan yang dikerjakan secara spontan. Tindakan yang dilakukan dengan modifikasi atau cara yang baru sehingga tindakan tersebut dilakukan bukan sekadar rutinitas atau mekanisme saja disebut adopsi. 2.1.2 Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan proses komunikasi dalam situasi tertentu untuk memengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam pencapaian suatu tujuan Monica, 1986. Menurut Arwani 2005 kepemimpinan merupakan suatu seni dan proses untuk memotivasi seseorang dengan cara memengaruhi dan mengarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini juga sesuai dengan Loveridge and Cummings 1996 yang mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk memengaruhi orang lain atas penentuan dan prestasi dari tujuan. Kepemimpinan memerlukan pemikiran kreatif, kemampuan komunikasi yang baik, dan kemauan untuk bertindak. Gillies 1994, dalam Arwani, 2005, mendefinisikan kepemimpinan berdasarkan kata kerjanya, yaitu to lead, yang mempunyai arti beragam, seperti untuk memandu to guide, untuk menjalankan dalam arah tertentu to run in a specific direction, untuk mengarahkan to direct, berjalan didepan to go at the head of, menjadi yang pertama to be first, membuka permainan to open play, dan cenderung kehasil yang pasti to tend toward a definite result. 2.1.3 Perilaku Kepemimpinan Efektif Menurut Tappen 2004 inti dari kepemimpinan adalah kemampuan untuk memengaruhi orang lain. Kepemimpinan efektif merupakan pemenuhan dari tujuan bersama oleh pemimpin dengan bawahan. Seorang pemimpin yang efektif dalam keperawatan memiliki kualitas yang mencakup integritas, berani, insiatif, memiliki kekuatan, optimis, memiliki ketekunan, tenang, kemampuan mengatasi stress, dan kesadaran diri. Perilaku dari kepemimpinan yang efektif yaitu: 1. Berpikir secara kritis Inti dari berpikir kritis adalah seorang pemimpin yang efektif harus dapat menanyakan dan menganalisis gagasan, usul, kebiasaan, praktek umum, dan menjaga keamanan sebelum memutuskan untuk menerima atau menolak orang lain. 2. Pemecahan masalah Kepemimpinan yang efektif membantu mengidentifikasi masalah dan bekerja melalui proses pemecahan masalah untuk menemukan jalan keluar yang layak. 3. Menghormati seseorang Setiap manusia memiliki keinginan, kebutuhan dan pengalaman hidup yang berbeda. Kepemimpinan efektif mengenali perbedaan karyawannya dan menolong mereka untuk mencari penghargaan dari pekerjaan mereka sesuai pemahaman mereka. 4. Kemampuan berkomunikasi Kemampuan berkomunikasi mencakup mendengarkan orang lain, memberikan informasi, dan menyediakan umpan balik. Mendengarkan orang lain merupakan cara untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan orang lain dengan melihat apa yang mereka kerjakan dan mendengarkan apa yang mereka sampaikan. Pemimpin berperan sebagai tempat informasi yang terbuka yang dapat memberikan informasi sehingga tidak terjadi salah paham. 5. Menyusun tujuan dan memberikan pandangan Tugas penting dari kepemimpinan adalah membuat urutan dari semua tujuan dan membantu kelompok mencapai mufakat tentang tujuan tersebut. Kepemimpinan efektif mempunyai visi akan masa depan.Memberi tahukan visi ini kepada kelompok dan melibatkan tiap orang dalam bekerja kearah visi. 6. Membangun diri sendiri dan orang lain Kepemimpinan efektif tidak hanya mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya tetapi mendorong orang lain juga untuk melakukan hal yang sama. Menurut Hollander dalam Marquis Huston, 2003 kemampuan yang diharapkan dalam keefektifan kepemimpinan adalah kemampuan dalam proses pemecahan masalah, kemampuan mempertahankan keefektifan kelompok, kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik, mampu untuk bersikap adil, memiliki kompetensi, dapat diandalkan, dapat menunjukkan kreativitas pemimpin dan mampu membangun identifikasi kelompok. Sifat kepemimpinan yang efektif menurut Edwin Ghiselli dalam Sumijatun 2009 yang dapat mempengaruhi kepemimpinan adalah kemampuan dalam kedudukannya sebagai pengawas supervisior ability, kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, kecerdasan, ketegasan decisiveness, kepercayaan diri, inisiatif. The Leader Behavior Checklist merupakan sebuah alat untuk mengetahui keefektifan seorang pemimpin dan untuk meningkatkan perilaku kritis seorang pemimpin di dalam sebuah organisasi. The Leader Behavior Checklist memiliki 9 kategori perilaku kepemimpinan yaitu : 1. Komunikasi visi dan misi. Seorang pemimpin melakukan suatu tindakan untuk memastikan bahwa karyawannya memiliki pemahaman yang jelas tentang visi dan misi dan tetap fokus kepada prioriitas tertinggi organisasi tersebut. 2. Komunikasi dan perilaku menurut nilai Seorang pemimpin melakukan hal-hal yang akan membuat karyawannya memahami dengan jelas prinsip-prinsip kepemimpinannya. 3. Menunjukkan antusisme kepada orang Pemimpin yang efektif memiliki kemampuan untuk menunjukkan dukungan dan antusiasmenya kepada karyawannya. 4. Menanamkan kepada karyawannya rasa percaya bahwa mereka mampu Seorang pemimpin mendorong karyawannya untuk merasa penting dan kuat serta membuat mereka merasa seolah-olah dapat mencapai sesuatu. 5. Konsisten dalam mengatasi kesulitan Seorang pemimpin berpegang pada suatu tindakan saat menghadapi kesulitan. 6. Perencanaan dan memimpin perubahan Seorang pemimpin melakukan perubahan dalam organisasi dan memahami bahwa kepemimpinan memimpin perubahan merupakan peran kepemimpinan klasik . 7. Mencurahkan potensi dan energi Seorang pemimpin melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencurahkan seluruh potensi dan kekuatan, meningkatkan komunikasi didalam organisasi dan untuk memastikan bahwa setiap orang memiliki hal-hal menarik dan menantang untuk dilakukan. 8. Menciptakan budaya fleksibel dan siap untuk perubahan Seorang pemimpin memahami dan bereaksi dengan cepat utnuk setiap perubahan. 9. Mengembangkan pemimpin dalam organisai Seorang pemimpin memahami bahwa peran penting seorang pemimpin adalah untuk mengajar, pelatih dan mengembangkan bakat karyawannya dalam organisasi.

2.2 Motivasi Kerja

Gilmer 1971, dalam Suarli, 2010 menyatakan bekerja merupakan bentuk aktivitas fisik dan mental dalam mencapai tujuannya. Menurut Harsey Blanchard,1997 dalam Monica, 1986 salah satu faktor yang penting dalam menentukan tingkat kinerja karyawan dan kualitas pencapaian tujuan yaitu motivasi. Motivasi adalah tindakan yang dilakukan orang untuk memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi. Motivasi merupakan upaya mencapai tujuan atau penghargaan untuk mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh kebutuhan tersebut Marquis Huston, 2003. Motivasi kerja adalah suatu keadaan yang berpengaruh untuk membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja Mangkunegara 2000 dalam Suarli, 2010. Motivasi dalam bekerja terbagi menjadi 2 yaitu : motivasi intrinsik yang berhubungan dengan tingkat ambisi seseorang, berasal dari dalam diri sendiri dan mendorong untuk menjadi produktif dan motivasi ekstrinsik yang ditingkatkan oleh lingkungan kerja atau penghargaan eksternal yang didapat setelah pekerjaan itu selesai Marquis Huston, 2003. Unsur-unsur motivasi terdiri dari tenaga dinamis manusia yang membutuhkan rangsangan baik dari dalam maupun dari luar, perilaku penuh emosi, reaksi pilihan dalam pencapaian tujuan, dan berkaitan dengan kebutuhan dalam diri manusia Purwanto, 1999. Teori motivasi kerja 2.2.1 Teori Herzberg Teori ini di kenal dengan teori dua faktor dimana terdapat perbedaan faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang dalam bekerja sehingga memengaruhi kondisi pekerjaannya yaitu faktor hygiene atau pemelihara dan faktor motivator. Faktor hygiene atau pemelihara merupakan faktor yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketentraman badaniah Sutrisno, 2009 dan merupakan faktor yang bersumber dari luar diri dan bersifat ekstrinsik seperti kebijakan organisasi, kondisi kerja, relasi antar pribadi, gaji, status, keamanan dan kehidupan pribadi Siagian, 1995. Faktor hygiene pemelihara dapat menjaga karyawan dari ketidak puasan atau kurang motivasi dan bermanfaat dalam perekrutan sejumlah karyawan yang tangguh Marquis Huston, 2003. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Tan Teck-Hong 2001 dalam menganalisa kepuasan kerja dengan menggunakan teori motivasi Herzberg bahwa faktor yang paling signifikan memberi tekanan terhadap kepuasan kerja adalah faktor hygiene yaitu kondisi

Dokumen yang terkait

Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan dengan Burnout Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

21 206 87

Hubungan Supervisi Kepala Ruangan dengan Pelaksanaan Prinsip “Enam Benar” Pemberian Obat yang Dilakukan Perawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan

6 79 106

Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai

22 135 91

Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan Dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana Puskesmas Langsa Lama Tahun 2014

42 214 78

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Ruang Dan Motivasi Intrinsik Perawat Pelaksana Kontrak Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Kontrak Di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan

8 115 135

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan Terhadap Semangat Kerja Perawat Pelaksana di Runag Inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

9 66 161

HUBUNGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI EFEKTIF DAN PENDELEGASIAN OLEH KEPALA RUANGAN DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI UNIT RAWAT INAP RSUD SOLOK.

0 1 10

Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan dengan Burnout Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

0 0 25

Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan dengan Burnout Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

0 0 15

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Ruang Dan Motivasi Intrinsik Perawat Pelaksana Kontrak Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Kontrak Di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan

0 0 17