Latar Belakang Masalah Analisis Pertunjukan Toping-Toping oleh Tiga Kelompok Toping-Toping pada Pesta Rondang Bittang ke XVIII di Saribu Dolok Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masyarakat Simalungun memiliki suatu pertunjukan seni yang dikenal dengan istilah toping-toping.Toping-toping merupakan suatu seni pertunjukan yang menggunakan topeng wajah manusia dan topeng burung enggang dengan iringan musik tradisional Simalungun.Dalam penyajian toping-toping, penari yang memakai topeng burung enggang bergerak sebagaimana layaknya seekor kuda yang dalam bahasa Simalungun disebut dengan huda. Sehingga tari inisering juga disebut dengan tari huda-huda. Tari toping-toping adalah salah satu bentuk kesenian yang telah diwarisi dari masa lampau. Kebudayaan khususnya kesenian tari toping-toping ini merupakan tradisi yang secara turun-temurun diwarisi oleh masyarakat Simalungun. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan 1 , hal ini disebabkan untuk memenuhi kebutuhan upacarasayurmatua 2 1 Wawancara dengan beberapa grup pemain toping-toping pada saat pesta rondang bittang. 2 Jenis-jenis kematian usia lanjut yang dikenal dalam masyarakat Simalungun yaitu 1 namatei sayurmatuah, 2 namatei sayurmatua, dan 3 namatei matua. Namatei sayur matuah adalah seseorang yang meninggal dalam usia lanjut, mempunyai anal laki-laki dan perempuan. Telah mempunyai cucu dari anak laki-laki dan dari anak perempuan, serta tidak ada lagi anaknya yang belum berkeluarga. Namatei sayur matua adalah seseorang yang meninggal dunia dalam usia lanjut yang mempunyai anak laki-laki dan anak perempuan, namun masih ada yang selum berumah tangga. Namatei matua adalah seseorang yang meninggal dalam usia lanjut, telah mempunyai cucu, namun masih ada anaknya yang belum menikah. di daerah kecamatan setempat. Upacara kematian pada masyarakat Simalungun terbagi menjadi dua bagian, yaitu mandingguri dan mangiliki. Mandingguri adalah suatu acara yang Universitas Sumatera Utara 2 ditampilkan pada malam hari dengan memberikan penghormatan melalui penabuhan musik dan tari yang disajikan kepada keluarga yang berduka dengan menari mengelilingi jenazah. Sedangkan mangiliki adalah suatu acara yang dilakukan pada siang hari untuk menyambut para pelayat dengan menampilkan tarian toping-toping. Begitulah pada dasarnya bahwa tarian toping-toping digunakan untuk upacara kematian. Pada zaman kerajaan Simalungunyaitu zaman kerajaan Nagur 3 , tari toping-toping ini pertama kali digunakan pada konteks upacara kemalangan. Hal ini diawali ketika istri raja yang terus-menerus menangis karena puteranya yang meninggal dunia. Dalam hal ini, penyajian tari toping-toping pada awalnya hanya digunakan untuk menghibur istri raja saja dan hal ini dilakukan oleh beberapa paragat 4 tanpa sebuah konsep yang jelas, dan pada dasarnya para penari toping- toping menggunakan gerakan yang lucu-lucu. Pada masa zaman pecahnya kerajaan Nagur, terbagilah kerajaan Simalungun menjadi empat bagian yang disebut dengan kerajaan Maropat 5 . Seiring berjalannya waktu, setelah terjadi pemekaran kerajaan pada masa itu yaitu pada masa kerajaan Napitu 6 3 Kerajaan Nagur merupakan pemerintahan tradisional tertua yang pernah dikenal dalam masyarakat Simalungun. Menurut sumber Tiongkok pada tahun 1416 kerajaan Nagur teletak di daerah Pidie dekat pantai barat Aceh. Buku Tole Den Timorlan Das Evangelium 2003:30-34 4 Paragat dalam masyarakat Simalungun merupakan sebutan orang atau petani yang mengambil tuak di ladang. Kata par orang di sini berupa imbuhan untuk kata dasar agat pohon agat. 5 Pada tahun 1883 daerah Simalungun dibagi menjadi 4 kerajaan yang terdiri dari kerajaan Siantar Damanik, Kerajaan Panei Purba Dasuha, Kerajaan Dolok Silou Purba Tambak, dan Tanah Jawa Sinaga. 6 Setelah datangnya pemerintahan Belanda, keempat kerajaan Simalungun sebelumnya berkembang menjadi 7 kerajaan dari perkembangan kerajaan Silou yaitu kerajaan Siantar Damanik, Kerajaan Panei Purba Dasuha, Kerajaan Dolok Silou Purba Tambak, Tanah Jawa Sinaga, Kerajaan Purba Purba, Raya Garingging, Kerajaan Silima Kuta Purba Girsang , penyajian Universitas Sumatera Utara 3 tari toping-toping ini hanya disajikan kepada orang yang sudah berusia uzur dan masih keturunan raja. Kemudian sesuai dengan perkembangan zaman, penyajian tari toping- toping dapat dimainkan oleh siapapun. Jika ada salah satu dari anggota keluarga dalam masyarakat Simalungun, saat dia sudah sayurmatuamaka pertunjukan tari toping-toping boleh dilaksanakan sebagai hiburan bagi keluarga yang ditinggalkan. Istilah toping-toping berasal dari kata toping yang berarti topeng. Pada penyajiannya semua penari memakai topeng sebagai penutup muka. Topeng yang dipakai terdiri dari beberapa bentuk yaitu topeng laki-laki topingdalahi, topeng perempuan toping daboru dan topeng burung enggang huda-huda. Toping-toping dalam konteks upacara sayurmatuamemiliki beberapa unsur yang tidak dipisahkan, yaitu tor-tor, gual dan upacara sayurmatuaitu sendiri. Tor- tor dalam tradisi Simalungun diartikan sebagai seni gerak yang dapat memberikan arti, dapat melayani kebutuhan adat juga dapat memenuhi kebutuhan religi serta kebutuhan hiburan. Tor-tor yang dipakai dalam penyajian toping-toping sebagai konteks hiburan adalah tor-tor sombah dan tor-tor huda-huda. Tor-tor sombah merupakan tarian yang berfungsi sebagai penyambut tamu pada awal pertunjukan. Sedangkan tor-tor huda-huda merupakan tarian utama dalam pertunjukan tersebut. Penyajian tari toping-toping sekarang ini sudah jarang digunakan oleh masyarakat Simalungun. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya tari Universitas Sumatera Utara 4 toping-toping ini hanya digunakan pada upacara sayurmatua, jadi intensitasnya sedikit sekali. Di samping itu, sudah jarang yang dapat memainkan tari toping- toping ini. Oleh karena itu, seniman-seniman Simalungun mengangkat tari toping-toping menjadi suatu bentuk seni pertunjukan. Seperti yang ditradisikan oleh masyarakat Simalungun, tari toping-toping pada dasarnya disajikan pada upacarasayurmatua. Bagi masyarakat Simalungun kematian seseorang layak untuk dihormati dengan mengadakan acara adat- istiadat. Pada saat itulah ada kalanya kematian menjadi sebuah kebanggaan bagi keluarga yang ditinggalkan, di mana orang yang meninggal tersebut sudah memiliki anak yang sudah berkeluarga dan juga memiliki cucu dari setiap anaknya. Orang yang meninggal dalam keadaan sayurmatua dianggap sempurna dalam tradisi Simalungun. Untuk melengkapi kegiatan upacara sayurmatua maka disajikanlah tari toping-toping pada siang harinya yang dilakukan pada acara mangiliki tersebut. Tari toping-toping dalam upacara ini digunakan untuk menyambut kedatangan pihak tamu tondong dengan persiapan oleh pihak keluarga mendiang suhut. Dan sebalik itu masih ada norma-norma yang dilakukan untuk melengkapi dan mendukung kegiatan ini. Untuk pertunjukan maupun penyajian tari ini, penari toping-toping datang ke rumah duka untuk menghibur para pelayat terkhusus bagi keluarga yang berduka. Para penari toping-toping ini mengawali aksi mereka dengan menjenguk keluarga yang berduka kemudian beraksi dengan bertingkah lucu untuk menghibur orang-orang yang datang ataupun orang yang berada di sekitar lokasi acara tersebut. Dalam acara ini juga tari toping-toping ini juga Universitas Sumatera Utara 5 digunakan untuk mengiring sampai ke tempat penguburan yang disajikan sambil menari-nari yang diiringi dengan musiknya. Masih dalam konteks seni pertunjukan bahwa tari ini sudah disajikan dengan pertunjukan yang berbeda seperti dalam upacarasayur matua. Pada tahun 1980, tari toping-toping sudah digunakan untuk hiburan dan bahkan dipertandingkan. Hal ini dilakukan dalam acara tahunan Simalungun yaitu pesta Rondang Bittang 7 7 Rondang Bittang adalah bentuk rutinitas tahunan masyarakat Simalungun untuk tujuan mempererat persatuan dan kesatuan masyarakat Simalungun, dan pada dasarnya ditujukan untuk kegiatan kawula muda masyarakat Simalungun, di mana dulunya acara ini digunakan untuk ajang mencari jodoh oleh para pemuda-pemudi Simalungun. Dalam kesempatan pesta Rondang Bittang telah dibudayakan bentuk kesenian Simalungun baik itu permainan rakyat, tari tradisioanl, musik tradisional, umpasa pantunpuisi Simalungun, lagu rakyat Simalungun, dihar seni bela diri Simalungun, dan kesenian lainnya. Dengan kegiatan Rondang Bittang ini pula segala jenis bentuk kesenian ini dipertunjukkan dan dipertandingkan antar kecamatan yang ada di kabupaten Simalungun. . Pesta Rondang Bittang ini pada dasarnya merupakan acara pesta untuk para muda-mudi di seluruh kecamatan yang berada di seluruh kecamatan yang berada di kabupaten Simalungun. Di samping itu dalam acara tahunan Rondang Bittang telah diatur oleh pemerintah setempat dalam kabupaten Simalungun di setiap kecamatannya untuk menyediakan seni budaya Simalungun. Dan dalam acara itu dipertandingkan seni budaya Simalungun untuk memeriahkan acara tersebut yang termasuk di dalamnya tari toping-toping. Namun, hanya beberapa kecamatan saja yang menampilkan tari toping- topingdikarenakan hanya sedikit yang dapat memainkan tari toping-toping dan keterbatasan perlengkapan, seperti pakaian kostum dan properti-properti lainnya untuk mendukung tari toping-toping ini. Universitas Sumatera Utara 6 Terkait dengan pertunjukan tari toping-toping dalam pesta rondang bittang tersebut, tari ini disajikan dengan menyerupai kegiatan sayurmatua juga. Dalam hal ini ada sejumlah norma-norma tradisi yang dilewatkan seperti upacara sayurmatua yang biasa dilakukan. Kegiatan toping-toping di sini didukung oleh objek-objek yang membuatnya terasa nyata dipertunjukan. Dalam pesta rondang bittang tersebut mempertunjukkan beberapa tari toping-toping dari berbagai kecamatan untuk diperlombakan sebagai salah satu bentuk kreativitas masyarakat Simalungun. Dari hasil pengamatan di lapangan 8 Tidak hanya dalam seni pertunjukannya saja, keberadaan musik iringan dalam tari toping-toping merupakan hal yang berkaitan juga. Dimana musik menjadi pembentuk suasana, dan juga untuk memperjelas tekanan gerakan. Adapun ensambel musik dalam masyarakat Simalungun yang umum digunakan sebagai musik pengiring diantaranya gonrang sidua-dua dan gonrang sipitu-pitu. penulis melihat bentuk koreografi yang tersusun dengan tarian toping-toping yang diiringi oleh gonrang sipitu-pitu. Dari penampilan tersebut saya juga mengamati beberapa gerakan yang diadaptasi dari beberapa gerakan khas Simalungun yang memiliki makna tersendiri seperti manerser, marsombah, mangondak, lakkah sitolu-tolu, dan lakkah huda-huda. Gerakan-gerakan tersebut sangat menonjol dalam kebudayaan tradisi Simalungun. Setiap gerakan yang ditunjukkan disesuaikan dengan penyajian pertunjukan tersebut dengan suasana yang dibentuk oleh objek yang ada di lokasi pertunjukan dan juga oleh musik pengiringnya sendiri. 8 Pada tanggal 23 Juni 2013 dalam pesta Rondang Bitang di SaribuDolok Universitas Sumatera Utara 7 Untuk mengiringi pertunjukan toping-toping, ensambel yang digunakan awalnya adalah gonrang sidua-dua. Namun, sekarang ini sudah mengalami perubahan. Ensambel yang digunakan adalah gonrang sipitu-pitu. Ensambel gonrang sipitu- pitu terdiri dari satu buah sarune bolon serunai, double reeds aerophone sebagai pembawa melodi, tujuh buah gonrang gendang, double head membranophone sebagai pembawa ritem, dua buah mongmongan sejenis gong ukuran kecil, idiofon, dan dua buah ogung sejenis gong berukuran besar, idiofon sebagai pembawa tempo. Repertoar yang digunakan adalah gual 9 Melihat hal-hal di atas, maka penulis tertarik dan juga layak mengkaji pertunjukan toping-toping ini untuk menjadi bahan ilmiah. Perihal tulisan ini penulis akan melihat tiga kelompok pemain toping-toping yang disajikan dalam pesta rondang bittang tersebut. Dalam hal ini disebabkan karena penulis melihat beberapa perbedaan dan persamaan yang diperagakan oleh setiap kelompoknya. Setiap kelompoknya menampilkan bentuk kreativitas yang berbeda untuk menarik perhatian penontonnya. Dari pertunjukan tersebut juga dapat dilihat bagaimana pengadaptasian yang dilakukan seperti upacara sayurmatua sehingga dapat dilihat makna-makna yang berbeda dalam konteks pertunjukan tersebut. Dan didukung oleh pendapat Barbara Krader huda-huda. 10 9 Repertoar tradisional Simalungun 10 Barbara Krader dalam tulisannya berjudul Ethnomusicology dari buku terjemahan Etnomusikologi: Definisi dan Perkembangannya oleh Rizaldi Siagian. bahwa etnomusikologi pada dasarnya berurusan dengan budaya yang masih hidup yang termasuk di dalamnya musik dan tari. Sehingga tulisan ini dimaksudkan untuk melihat semua komponen-komponen yang terdapat dalam pertunjukan tari toping-toping yang termasuk di dalamnya Universitas Sumatera Utara 8 tari, musik, properti yang digunakan, dan juga persiapan yang dilakukan oleh tiga kelompok pemain toping-toping tersebut. Untuk itu penulis akan meneliti dan mengkaji tulisan ini untuk dijadikan skripsi dengan judul “ANALISIS PERTUNJUKAN TOPING-TOPING OLEH TIGA KELOMPOK TOPING- TOPING PADA PESTA RONDANG BITTANGXXVIII DI DESA SARIBU DOLOK KECAMATAN SILIMAKUTA KABUPATEN SIMALUNGUN” 1.2Pokok Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah di atas, adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah 1. Bagaimana pertunjukan tiga kelompoktoping-topingyang disajikan pada pesta Rondang BittangXXVIII di Saribu Dolok? 2. Perlengkapan apa saja yang diperlukan dalam mendukung pertunjukan oleh tiga kelompok toping-topingtersebut pada pesta Rondang BittangXXVIII di Saribu Dolok? 3. Bagaimana pola gerak yang dibawakan oleh tiga kelompoktoping- topingtersebut dengan musik pengiringnya? Universitas Sumatera Utara 9 1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan