65
dalamnya mengandung maksud-maksud tertentu dan mengandung maksud- maksud simbolis dalam membentuknya. Untuk itu penulis akan menunjukkan
dalam pendeskripsian gerak tari toping-toping tersebut melalui data yang penulis dapat di lapangan dengan hasil pendokumentasian penulis.
Untuk membahas aspek musik yang disajikan dalam mengiringi tari ini penulis akan menggunakan proses transkripsi musik dengan notasi barat
mengingat notasi ini sifatnya sangat umum digunakan dalam penulisan musik dalam studi etnomusikologi. Untuk pentranskripsian musik, Nettl memberikan
sebuah pendekatan untuk menganalisis musik yang dilihat dari perbendaharaan nada, ritem, modus, nada dasar, bentuk, dan tempo.
4.2 Analisis Pertunjukan Toping-toping
Sebelumnya penulis mengingatkan kembali kepada pembaca dengan bab sebelumnya yang menjelaskan pesta rondang bittang di Saribu Dolok tempat
lapangan penelitian penulis. Karena hal ini membantu melihat pendeskripsian lokasi dan tempat objek penelitoian penulis yang penulis bahas dalam tulisan ini.
Kembali dalam objek penelitian, bahwa pertunjukan toping-toping yang ditampilkan dalam pesta rondang bittang adalah pertunjukan seni yang
ditampilkan dalam konsep non-upacara yang sifatnya “competity” dengan menunjukkan pertunjukan seni yang “sebenarnya” dalam konteks upacara yaitu
upacara mangiliki. Untuk membantu pemahaman ini tentu harus mengerti konteks upacara mangiliki dalam upacara sayurmatua lihat bab III.
Universitas Sumatera Utara
66
Pertunjukan yang ditampilkan dalam pesta rondang bittang tersebut menunjukkan satu keutuhan tradisi budaya dalam bentuk kompetisi antar
kecamatan di kabupaten Simalungun, sehingga penulis melihat tiga sampel yang dijadikan sebagai bahan objek penelitian. Pertunjukan inilah yang dianalisis
dalam bentuk tabel dengan format penjelasan berupa hasil yang didapat dari lapangan. Tentu dalam hal ini penulis membuat suatu patokan secara objektif
dengan kajian utama yang menunjukkan sebuah tradisi tari yang digunakan dalam prospek tradisional yaitu sebuah tradisi lokal Simalungun. Untuk itu penulis
melihat tradisi tari yang digunakan dalam suatu bentuk upacara kebudayaan Simalungun yang merupakan suatu norma tradisi dialihfungsikan dalam bentuk
pertunjukan yang sifatnya pertunjukan saja. Adapun laporan yang disajikan merupakan suatu bentuk morfologi yang menyusun secara keseluruhan
pertunjukantoping-toping yang disajikan dalam pesta rondang bittang tersebut. Berikut penulis lampirkan tabel yang menunjukkan analisis dalam konteks
pertunjukannya dengan pola yang mengikuti pertunjukan toping-toping yang “asli”nya. Hasil ini penulis dapat berdasarkan studi lapangan yang diteliti penulis
dan juga hasil wawancara dengan informan.
Universitas Sumatera Utara
67
Morfologi
Kelompok I
Kelompok II Kelompok III
Musikal aspek ini menunjukkan
bagaimana musik dipertunjukkan dengan
melihat secara objektif instrumen musik yang
mengiringi tari toping- toping
Ciri khas gual huda-huda ini
adalah bunyi sarune yang
dimainkan, pada saat sarune
dimainkan dengan alunan yang
panjang dan bergelombang
maka penari huda- huda akan
meggoyangkan kepala mengikuti
irama. Huda-huda
mengikuti irama permainan
sarune apalagi pada saat
dimainkannya alunan yang
panjang dan bergelombang
tersebut. Tetapi aksen penari
toping-toping lebih banyak
ditunjukkan. Pada kelompok ini
lebih memperhatikan
bunyi gonrang dengan gerakan
yang mengikuti tempo
panggualnya. Aksen sarune yang
panjang dan bergelombang
dimainkan tetapi tetap
mengutamakan gerak dan tempo
gual.
Konsep aspek ini memperhatikan
deretan pertunjukan tari toping-toping
dengan perhatian khusus waktu yang
digunakan dalam pertunjukan dan secara
umum mendeskripsikan
penyajian pertunjukannya
Deretan pertunjukannya
dimulai dari pertunjukan
partangis-tangis, musik+tari toping-
toping huda- huda, huda-huda
membujuk partangis-tangis,
toping-toping mengajak
partangis-tangis Pertunjukan
dimulai dengan masuknya
partangis-tangis yang diiringi
dengan permainan musik
gonrang sipitu- pitu , musik
berhenti ketika martangis-tangis,
kemudian musik+tari
toping-toping huda-huda,
toping-toping membujuk dan
mengajak partangis-tangis
Pertunjukan dimulai dari
partangis-tangis, kemudian
musik+tari toping- toping huda-
huda, penari toping-toping
membujuk partangis-tangis
dan mengajak partangis-tangis
Universitas Sumatera Utara
68
Instrumen aspek ini menunjukkan konsep
musik secara fisik yang dilihat dari instrumen
yang digunakan untuk mengiringi tari toping-
toping dalam upacara maupun non-
upacarahiburan Instrumen yang
digunakan adalah ansambel gonrang
sipitu-pitu dengan pemain gonrang
sebanyak dua orang, sarune satu
orang, mongmongan satu
orang dan pemain ogung satu orang.
Instrumen yang digunakan adalah
ansambel gonrang sipitu-
pitu dengan pemain gonrang
dua orang, sarune satu
orang, mongmongan
satu orang, dan ogung satu orang
Instrumen yang digunakan adalah
ansambel gonrang sipitu-pitu dengan
pemain gonrang dua orang, sarune
satu orang, mongmongan satu
orang, dan ogung satu orang
Fungsi Dalam hal ini dapat dilihat objek
penelitian yang mengacu terhadap tari
toping-toping yang digunakan dalam
pertunjukan non- upacara dengan
melihat fungsinya secara umum dan
secara khusus dengan pertunjukan toping-
toping yang disajikan dalam bentuk non-
upacara Pesta rondang
bittang merupakan pesta perayaan
masyarakat Simalungun yang
dilakukan setiap tahunnya dengan
menunjukkan pertunjukan seni
budaya Simalungun. Tari
toping-toping ditampilkan dalam
pesta rondang bittang untuk
mengisi acara pertunjukannya,
hingga jelas tari ini ditampilkan untuk
acara hiburan dengan tujuan
untuk pelestarian kebudayaan.
wawancara dengan penari
kelompok I Adapun kegiatan
ini menari toping-toping
digunakan tidak semata-mata
untuk hiburan melainkan
menambah kesadaran
masyarakat Simalungun akan
budayanya, mengingatkan
apabila ada seseorang yang
meninggal di saat uzur tetap
menggunakan tradisi ini.
wawancara kelompok II
Kelompok ini megikuti acara
pesta rondang bittang untuk
mendukung pesta rakyat yang
dilakukan masyarakat
Simalungun setiap tahunnya. Pada
saat seperti ini mereka banyak
bertemu dengan keluarga-keluarga
jauh yang belum sempat beertemu
wawancara dengan kelompok
III
Universitas Sumatera Utara
69
Properti aspek ini melihat alat-alat
pendukung yang digunakan dalam
menyajikan tari toping- toping dengan bentuk
proses penyajiannya maupun dalam bentuk
materialnya Properti yang
digunakan oleh penari , yaitu
penari toping- toping daboru
yang menggunakan baju
kebaya lengkap dengan suri-suri,
tandok, topeng berparas wanita
yang terbuat dari tanah liat dengan
kain hitam yang menutupi bagian
kepala topeng dengan ijuk yang
dianggap sebagai rambutnya.
Sedangkan penari topeng dalahi
mengenakan pakaian
bermotifkan hiou Simalungun juga
mengikatkan hiou di badannya secara
diagonal, menggantungkan
bahul-bahul , dan memakai topeng
yang terbuat dari tanah liat berparas
pria dengan kain putih yang
menutupi bagian kepalanya. Penari
huda-huda mengenakan
pakaian merah putih bergaris
dengan sarung yang menutupi
sebagian badan dan kakinya, dan
jelas penari ini berkepala burung
Properti yang digunakan
penari, yaitu penari toping
daboru menggunakan
kebaya dengan suri-suri,
memakai topeng berparas wanita
yang terbuat dari tanah liat,
dengan kain hitam yang
menutupi kepalanya
lengkap dengan ijuk yang
diibaratkan sebagai
rambutnya. Sedangkan
penari toping- toping dalahi
menggunakan pakaian polang-
polang dengan hiou diikat di
badannya, menggantungkan
bahul-bahul, dan memakai topeng
berparas pria yang terbuat dari
tanah liat dengan kain hitam yang
menutupi bagian kepalanya.
Penari huda- huda ditutupi
dengan kain motif warna
Simalungun merah hitam
putih seluruh badan. Pakaian
pemusik tidak Properti yang
digunakan penari,yaitu penari
toping-toping daboru yang
menggunakan topeng berparas
wanita, baju kemeja hitam
lengan panjang dengan memakai
rok bermotif hiou Simalungun, dan
juga memakai hiou yang dikenakaan di
bagaian lengan kanannya.
Penutup kepala daboru menutupi
bagian belakang kepala dengan
kain hitam merah. Sedangkan toping-
toping dalahi menggunakan
topeng berparas pria lengkap
dengan hiou yang diselendangkan
saja di bagian kanan bahu, di situ
juga digantungkan bahul-bahulnya.
Pada topeng dalahi ini ditempelkan
juga ijuk yang menyerupai
rambutdengan kain hitam yang
menutupi bagian kepalanya. Penari
huda-huda masuk ke panggung
dengan uang menempel di
paruhnya. Motif perah hitam putih
Universitas Sumatera Utara
70
enggang yang digerakkan dengan
benang dari balik baju penari
tersebut. Properti penari yaitu
lengkap dengan seragam pemusik
juga menggunakan gotong yang
menjadi simbol sebagai pemusik.
seragam, dan hanya pemain
sarune yang mengenakan
gotong. yang jadi warna
khas Simalunugn menutupi badan
pemain huda-huda seperti yang
lainnya. Adapun topeng pada
kelompok ini terbuatdari plastik
dengan warna merah tua.
Pemusik menggunakan
pakaian yang seragam lengkap
dengan gotongnya.
Ritual hal ini merupakan sebuah
persyaratan dalam pertunjukan tari
toping-toping pra- penyajiannya dengan
menunjukkan aspek religius yang
terkandung di dalamnya
Tidak ada ritual khusus yang
digunakan untuk acara hiburan
seperti di pesta rondang bittang.
Tidak ada ritual yang digunakan
pada saat menampilkan tari
ini. Tidak ada ritual
yang digunakan dalam
menampilkan tari tradisi toping-
toping.
4.3 Analisis Tari