33
media dalam sebuah upacara ritual, dan hal ini menunjukkan suatu bentuk ekspresi marah dari roh yang merasukinya.
2.5.4 Seni Rupa
Seni rupa dalam masyarakat Simalungun disebut dengan gorga yaitu motif-motif hiasan berbentuk hewan, manusia, tumbuhan, dan berbentuk
geometris. Motif-motif ini biasanya terdapat pada kain adat hiou, rumah adat, alat musik, sarung, gagang pedang, dan peralatan-peralatan lainnya. Motif-motif
khas Simalungun ini diaplikasikan terhadap benda-benda yang merupakan bentuk maupun ciri tradisi masyarakatnya dan yang sudah biasa digunakan dalam
kehidupan sehari-hari terkhusus dalam aktivitas budayanya.
2.6 Agama dan Kepercayaan
Menurut Purba 1998:28-31, sebelum masuknya agama Islam dan Kristen di Simalungun, masyarakat Simalungun masih menganut Aninisme yang disebut
supajuh begu-begu dan politeismeyaitu kepercayaan pada sang pencipta alam yang bersemayam di langit tertinggi yang disebut Ompung Naibata yang terdiri
tiga Naibata yaitu: 1.
Naibata na I babou benua atas 2.
Naibata na I tongah benua tengah 3.
Naibata na I toruh benua bawah
Universitas Sumatera Utara
34
Selain mempercayai adanya ketiga Naibata tersebut, penganut supajah begu- begu juga mempercayai roh nenek moyang mereka. Masyarakat Simalungun juga
mempercayai roh-roh orang mati begu dan dianggap memiliki kekuatan gaib dan biasanya berdiam di tempat-tempat tertentu yang dianggap keramat. Selain itu
ada juga kepercayaan masyarakat Simalungun bhwa suatu tempat juga memiliki penghuni, misalnya penghuni perladangan yang disebut dengan pangianni talun.
Masyarakat Simalungun juga mengenal pemberian sesajen atau persembahan terhadap hal-hal yang dipercayai mereka dengan tujuan meminta berkah dan
keselamatan. Tempat pemberian sesajen tersebut disebut dengan parsinumbahan. Berdasarkan kepercayaan sipajuh begu-begu, ada beberapa ritual yang mereka
lakukan seperti : 1.
Maranggir yaitu upacara ritual untuk membersihkan diri dari gangguan roh jahat.
2. Manumbah yaitu upacara ritual untuk mendekatkan diri pada sembahan
mereka. 3.
Ondos Hosah yaitu upacara ritual untuk seluruh penduduk suatu desa atau satu keluarga agar terhindar dari marabahaya.
4. Manabarimanulak bala yaitu upacara ritual untuk mengusir marabahaya
dalam suatu desa atau diri seseorang. 5.
Marbahbah yaitu upacara ritual untuk menjauhkan penyakit atau menunda kematian seseorang dengan membuang patung orang tersebut. Patung ini
biasa terbuat dari batang pisang.
Universitas Sumatera Utara
35
6. Mangindo pasu-pasu yaitu upacara ritual untuk meminta berkah dan doa
restu dari roh nenek moyang agar tetap sehat dan mendapat rezeki. 7.
Mardilo tonduy yaitu upacara ritual pegobatan untuk memanggil roh seseorang yang mengalami sakit yang disebabka roh jahat.
Masuknya agama ke daerah masyarakat Simalungun memberikan pengaruh terhadap bentuk dan sistem tradisi yang ada di dalam masyarakat
tersebut. Ada sebagian norma-norma yang ditinggalkan dan bahkan ditambahi juga yang sesuai dengan aliran agama tersebut. Agama Islam masuk ke
Simalungun pada abad ke-15 melalui daerah Asahan dan Bedagai yang dibawa oleh orang-orang dari kerajaan Aceh. Awalnya perkembangan agama Islam
berada di daerah sekitar Perdagangan dan Bandar Sihotang 1993:23. Sedangkan agama Kristen masuk ke Simalungun pada awal abad ke-20 tepatnya pada tanggal
2 September 1903, yang dibawa oleh misionaris bernama August Theis di pematang Raya. Pada mulanya agama Kristen mendapat kesulitan untuk
berkembang karena kuatnya pengaruh kepercayaan mereka dan kalangan bangsawan dan raja yang juga enggan untuk menerimanya. Melihat masuknya
agama dalam masyarakat Simalungun tidak juga mempengaruhi rasa kebudayaan akan nilai-nilai tradisi dalam masyarakatnya.
Universitas Sumatera Utara
36
BAB III Pertunjukan
Toping-toping dalam Upacara SayurMatua dan Pesta Rondang Bittang
3.1 Sejarah Toping-Toping