Mata Pencaharian Analisis Pertunjukan Toping-Toping oleh Tiga Kelompok Toping-Toping pada Pesta Rondang Bittang ke XVIII di Saribu Dolok Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun

24 lima kelompok kerabat yang terdiri dari tondong kelompok istri, sanina sanak saudara satu keturunanmarga, anak boru pihak ipar, tondong ni tondong kelompok pemberi istri kepada tondong, anak boru mintori kelompok boru dari ipar. Dalam setiap upacara adat, para kerabat-kerabatnya akan membawa rombongan masing-masing dengan bawaannya buah tangan masing-masing juga. Tetapi karena mereka terdiri dari satu kaum kerabat, maka buah tangannya dibuat menjadi satu. Sebagai contoh misalnya pada saat upacara perkawinan, rombongan dari tiap kaum kerabat membuat acaranya secara bergiliran dalam upacara tersebut. Pihak perwakilan pesta akan memanggil mereka untuk mempersembahkan sesuatu untuk pihak yang melakukan upacara perkawinan tersebut. Hal ini merupakan suatu kehormatan bagi masyarakaat Simalungun untuk menunjukkan sistem kekerabatannya Kenan Purba 1997:32.

2.3 Mata Pencaharian

Secara umum mata pencaharian masyarakat Simalungun adalah petani, pegawai negeri, pegawai swasta juga wiraswasta, bagi yang berdomisili di tepi Danau Toba umumnya bekerja sebagai nelayan, dan melihat daerah Simalungun lebih banyak daratan maka pada umumnya bekerja sebagai petani. Masyarakat yang bekerja sebagai petani biasanya menanam makanan pokok seperti padi, ada juga yang menanam palawija dan sayur-mayur. Pekerjaan bertani merupakan rutinitas yang dilakukan oleh masyarakat Simalungun dulunya untuk memenuhi segala kebutuhan sehari-hari. Dan hingga sekarang masih ada masyarakat Universitas Sumatera Utara 25 Simalungun yang melakukan rutinitas tersebut mengingat adanya kegiatan tahunan yang dilakukan untuk merayakan hasil panennya. Dalam masyarakat Simalungun ada dikenal sistem gotong royong yang disebut dengan marharoan. Marharoan adalah sekelompok masyarakat yang bertetangga bersama-sama mengerjakan ladang atau sawah secara bergiliran. Keikutsertaan seseorang dalam marharoan ini adalah sukarela dan merasa meiliki kebutuhan yang sama. Lamanya marharoan tergantung dari pekerjaan yang harus dikerjakan serta merupakan hasil keputusan bersama. Marharoan kini sudah jarang ditemukan pada masyarakat Simalungun, namun di beberapa desa seperti daerah Saribu Dolok dan sekitarnya masih sering dilakukan. Kegiatan ini dulunya dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan ladang dengan ditambah sebagai bentuk solidaritas antar masyarakat di dalamnya. Masyarakat Simalungun juga ada yang berprofesi sebagai pegawai negeri dan pegawai swasta. Sebagai pegawai negeri mereka berprofesi sebagai guru, polisi, dokter, pejabat pemerintahan dan lain-lainnya. Sebagai pegawai swasta meraka bekerja di pabrik, perkebunan dan perusahaan milik swasta. Sedangkan bagi masyarakat yang berwiraswata pekerjaannya adalah pedagang, pengusaha kilang, bertenun, dan lain sebagainya. Pekerjaan-pekerjaan seperti ini pada umumnya pekerjaan yang sudah mendekati daerah kota dan adapun di daerah desa sudah disebabkan oleh pengaruh dari luar ataupun kota. Dan tidak hanya pekerjaan seperti itu saja, sebagian kecil dari daerah Simalungun juga memiliki pekerjaan dan usaha budidaya ikan. Masyarakat nelayan di Simalungun terdapat di sekitar tepian Danau Toba, seperti Haranggaol, Parapat dan sekitarnya. Universitas Sumatera Utara 26 Pembudidayaan ikan mas salah satu mata pencaharian yang berkembang untuk saat ini. Oleh karena itu, masyarakat Simalungun secara keseluruhan daerah memiliki pekerejaan yang sesuai dengan kependudukan masing-masing sehingga memiliki keberagaman mata pencaharian.

2.4 Bahasa