Proses Analisis Analisis Pertunjukan Toping-Toping oleh Tiga Kelompok Toping-Toping pada Pesta Rondang Bittang ke XVIII di Saribu Dolok Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun

63 konsep pertunjukan toping-toping ini dalam bentuk penyajian upacara dengan penyajian oleh ketiga kelompok pemain toping-toping ini dalam konsep penyajian non-upacara. Sehingga dalam melihat pertunjukannya penulis mengajak pembaca untuk melihat bagaimana perbandingan yang ditunjukkan dalam penyajian tari toping-toping dalam dua konsep yang berbeda dengan fokus terhadap satu kajian pertunjukan tari dengan konsep non-upacara dalam hal ini ditunjukkan dalam pesta rondang bittang dengan tiga kelompok pemain toping-toping. Untuk itu dalam bab ini penulis akan memfokuskan tulisan terhadap komposisi yang digunakan penyajian ketiga kelompok pemaintoping-toping yang disajikan dalam bentuk pertunjukan non-upacara dengan “duplikasi” tari toping-toping yang disajikan dalam bentuk upacara.

4.1 Proses Analisis

Dalam pemaparan kalimat pengantar di atas telah penulis sebutkan bahwa dalam menjelaskan penganalisisan pertunjukan penulis akan bergantung terhadap komposisi yang mendukung pertunjukan tersebut yaitu pertunjukan tari, tari tersebut, dan musik yang digunakan dalam mengiringi tari tersebut. Dalam proses penganalisisan dalam tulisan ini akan dilakukan berdasarkan teori yang digunakan dalam membahas pokok permasalahan yang sesuai dengan bahan kajian yang diperoleh dari objek penelitian ini. Untuk menganalisis pertunjukantoping-toping, maka penulis menggunakan teori yang disebutka oleh Milton Sieger dalam MSPI, 1996:164- Universitas Sumatera Utara 64 165 bahwa pertunjukan selalu memiliki 1 waktu pertunjukan yang terbatas, 2 awal dan akhir, 3 acara kegiatan yang terorganisir, 4 sekelompok pemain, 5 sekelompok penonton, 6 tempat pertunjukan, 7 kesempatan untuk mempertunjukkannya. Kemudian pertunjukan ini juga didukung oleh komponen- komponen upacara seperti tempat upacara, waktu upacara, alat-alat upacara, dan orang yang melakukan dan memimpin upacara. Penulis akan menjelaskan aspek- aspek yang turut membentuk pertunjukan ini dalam bentuk data yang tertulis dengan pemaparannya untuk menunjukkan pemahaman terhadap tradisi ini. Dalam penganalisisan pertunjukan ini penulis menggunakan analisis dalam bentuk tabel untuk mempermudah dalam memahami unsur-unsur yang ada di dalam pertunjukan tersebut dengan melihat per-aspek yang turut membentuknya. Mengingat objek penelitian melihat perbedaan antara tiga kelompok pemain toping-toping maka penulis berinisiatif untuk memberikan penjelasan pertunjukannya dalam bentuk laporan tabel bagaimana aspek-aspek pendukung tersebut mempengaruhi pertunjukan tari tersebut. Dalam meneliti gerak tari, penulis akan mendeskripsikannya dalam bentuk dan pola dengan menggunakan terminologi-terminologi yang penulis dapat selama di lapangan. Mengingat kajian ini tidak melihat secara detail gerak tari yang digunakan maka penulis akan menjelaskannnya dengan beberapa lambang yang dapat menunjukkan pola gerak tari toping-toping yang digunakan. Sesuai dengan pendekatan yang disebutkan oleh Soedarsono 1972:81-98 bahwa tari merupakan seni yang memiliki substansi dasar yaitu gerak yang telah diberi bentuk ekspreaif di mana gerak tersebut memiliki hal-hal yang indah dengan di Universitas Sumatera Utara 65 dalamnya mengandung maksud-maksud tertentu dan mengandung maksud- maksud simbolis dalam membentuknya. Untuk itu penulis akan menunjukkan dalam pendeskripsian gerak tari toping-toping tersebut melalui data yang penulis dapat di lapangan dengan hasil pendokumentasian penulis. Untuk membahas aspek musik yang disajikan dalam mengiringi tari ini penulis akan menggunakan proses transkripsi musik dengan notasi barat mengingat notasi ini sifatnya sangat umum digunakan dalam penulisan musik dalam studi etnomusikologi. Untuk pentranskripsian musik, Nettl memberikan sebuah pendekatan untuk menganalisis musik yang dilihat dari perbendaharaan nada, ritem, modus, nada dasar, bentuk, dan tempo.

4.2 Analisis Pertunjukan Toping-toping