9
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan  pembatasan  masalah,  maka  rumusan  masalah  dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran Segiempat dengan metode pembelajaran inkuiri
inquiry learning dalam pendekatan saintifik efektif jika ditinjau dari prestasi belajar siswa SMP?
2. Apakah pembelajaran Segiempat dengan metode pembelajaran inkuiri
inquiry learning dalam pendekatan saintifik efektif jika ditinjau dari kepercayaan diri siswa SMP?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1.
Untuk  mendeskripsikan  keefektifan  pembelajaran  Segiempat  dengan metode  pembelajaran  inkuiri  inquiry  learning  dalam  pendekatan
saintifik jika ditinjau dari prestasi belajar siswa SMP. 2.
Untuk  mendeskripsikan  keefektifan  pembelajaran  Segiempat  dengan metode  pembelajaran  inkuiri  inquiry  learning  dalam  pendekatan
saintifik jika ditinjau dari kepercayaan diri siswa SMP.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
Membantu  dalam  memilih  dan  menentukan  alternatif  metode pembelajaran yang efektif digunakan saat pembelajaran Segiempat.
10
2. Bagi siswa
Meningkatkan  kepercayaan  diri  siswa  dan  memberikan  pengalaman belajar bagi  siswa dengan  menggunakan metode  pembelajaran inkuiri
inquiry learning dalam pendekatan saintifik. 3.
Bagi peneliti Penelitian  ini  bermanfaat  sebagai  sarana  untuk  menambah  wawasan
tentang  pembelajaran  di  sekolah  dan  sebagai  pengalaman  dalam menerapkan  metode  pembelajaran  inkuiri  inquiry  learning  dalam
pendekatan saintifik.
11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengertian Belajar
Belajar  merupakan  perubahan  tingkah  laku  individu  yang  diperoleh dari  pengalamannya.  Pengalaman  yang  dimaksud  adalah  sesuatu  yang
terjadi pada diri sendiri maupun orang lain Oemar Hamalik, 2010: 154. Sejalan dengan pendapat Oemar Hamalik, Muhibbin Syah 2011: 68
mengatakan  belajar  merupakan  tahapan  perubahan  seluruh  tingkah  laku individu  ke  arah  yang  lebih  baik,  perubahan  tersebut  didapat  dari
pengalamannya  dan  interaksi  dengan  lingkungan  yang  melibatkan  proses kognitif. Sedangkan menurut Trianto 2007: 17 belajar merupakan proses
dimana  terjadi  perubahan  perilaku  seseorang  yang  tadinya  belum  tahu menjadi  tahu,  dari  tidak  paham  menjadi  paham,  dari  kurang  terampil
menjadi  terampil,  dan  dari  kebiasaan  lama  menjadi  kebiasaan  baru,  serta dapat bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri.
Menurut Sadirman 2011: 26-27 tujuan belajar antara lain:
1
Untuk mendapatkan pengetahuan
2
Penanaman konsep dan keterampilan
3
Pembentukan sikap Faktor-faktor  yang  mempengaruhi  belajar  siswa  menurut  Muhibbin
Syah 2010: 129 dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 1
Faktor  internal  merupakan  faktor  yang  dapat  mempengaruhi  belajar siswa yang berasal dari dalam dirinya, faktor internal  yang dimaksud
yaitu kondisi jasmani dan rohani siswa.
12
2 Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar siswa yang
dapat  mempengaruhi  belajar,  faktor-faktor  tersebut  yaitu  kondisi lingkungan disekitarnya.
3 Faktor  pendekatan  belajar  merupakan  upaya  belajar  dengan
menggunakaan model, strategi dan metode yang digunakan pada proses belajar untuk mempelajari materi-materi pelajaran.
Dari  uraian  di  atas,  dapat  disimpulkan  bahwa  belajar  adalah  sebuah
perubahan.  Perubahan  yang  dimaksud  adalah  berubah  ke  arah  yang  lebih baik,  perubahan  tersebut  didapat  dari  pengalaman  sendiri  maupun  orang
lain, dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
2. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran  adalah  usaha  sadar  yang  dilakukan  oleh  seorang  guru untuk  membelajarkan  siswanya  dengan  maksud  untuk  mencapai  tujuan
yang diharapkan Trianto, 2010: 17. Selanjutnya, Erman Suherman, dkk. 2001 : 8 menyatakan bahwa pembelajaran adalah usaha untuk mengatur
lingkungan agar program belajar bisa berkembang secara optimal. Darsono  dkk  2000:  24-25  menyebutkan  pembelajaran  juga  dapat
didefinisikan menggunakan beberapa pandangan, seperti: a.
Menurut  aliran  Behavioristik,  pembelajaran  adalah  usaha  guru membentuk  tingkah  laku  yang  diinginkan  dengan  menyediakan
lingkungan stimulus. b.
Menurut  pandangan  Kognitif,  pembelajaran  adalah  cara  guru memberikan  kesempatan  kepada  siswa  untuk  berpikir  agar  dapat
mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari. c.
Menurut  pandangan  Gestalt,  pembelajaran  adalah  usaha  guru  untuk memberikan  materi  pembelajaran  sedemikian  rupa  sehingga  siswa
lebih mudah mengorganisasikannya menjadi pola bermakna. d.
Menurut  pandangan  Humanistik,  pembelajaran  adalah  memberikan kebebasan kepada siswa sesuai dengan minat kemampuannya.
Menurut  UU  RI  No.  20  Tahun  2003  tentang  Sistem  Pendidikan Nasional, pembelajaran merupakan proses interaksi siswa dengan guru dan
13
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar Depdiknas, 2003 : 7. Dengan demikian,  pembelajaran  melibatkan  beberapa  komponen  penting  yaitu
interaksi antara siswa dan guru, serta dengan lingkungannya. Ebbutt  dan  Straker  Marsigit,  2012:  8  hakekat  matematika  sekolah
antara lain: 1 matematika adalah kegiatan penelusuran pola dan hubungan; 2 matematika adalah kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi, dan
penemuan;  3  matematika  adalah  kegiatan  problem  solving;  dan  4 matematika  adalah  alat  komunikasi.  Dengan  kata  lain,  pembelajaan
matematika di sini menekankan kegiatan siswa untuk melatih kemampuan berpikirnya sendiri.
Dari uraian yang telah disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran  matematika  menekankan  pada  kegiatan  siswa,  sedangkan
guru  hanya  bersifat  memfasilitasi  siswa  untuk  menciptakan  kondisi pembelajaran yang mendukung proses matematisasi.
3. Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas  dalam  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia  berasal  dari  kata “efektif” yang berarti adanya pengaruh yang dapat membawa hasil. Secara
ideal  pembelajaran  yang  diharapkan  adalah  pembelajaran  yang  efektif. Efektivitas menekankan perbandingan antara rencana dan hasil atau realita.
Nana Sudjana
2004:35-37 mengungkapkan
bahwa suatu
pembelajaran efektif dapat ditinjau dari segi proses dan hasilnya. Prosesnya sesuai  yang  direncanakan  dan  hasilnya  sesuai  dengan  kriteria  yang
ditentukan.  Sedangkan  menurut  Syaiful  Bahri  Djamarah  dan  Azwan  Zain
14
2002: 136 keefektifan mengacu pada hasil yang dicapai, sementara efisien berkenaan dengan proses pencapaian hasil.
Slavin 2006: 277 mengemukakan bahwa keefektifan pembelajaran ditentukan oleh 4 indikator, yaitu: 1 kualitas pembelajaran; 2 kesesuaian
tingkat pembelajaran; 3 intensif; dan 3  waktu. Kesesuain berarti sejauh mana  guru  memastikan  tingkat  kesiapan  siswa  untuk  mempelajari  materi
baru.  Insentif  berarti  seberapa  besar  usaha  guru  memotivasi  siswa  untuk mengerjakan tugas dan mempelajari materi.
Ukuran  keefektifan  dapat  diketahui  melalui  skor  tes.  Kemp  1994: 298 mengemukakan, “evaluate effectiveness of an instructional program,
must  recognize  that  there  may  be  intangible  outcome  often expressed  as
affective  objectives”.  Penilaian  keefektifan  program  pengajaran  dapat dilakukan meskipun terhadap hasil belajar yang diekspresikan sebagai objek
afektif. Untuk  dapat  melaksanakan  pembelajaran  yang  efektif  diperlukan
syarat-syarat antara lain Slameto, 2003: 92: 1
Guru harus banyak menggunakan metode dalam belajar. 2
Guru mempertimbangkan perbedaan individual. 3
Guru selalu membuat perencanaan sebelum mengajar. 4
Guru harus menciptakan suasana yang demokratis. 5
Guru  perlu  memberikan  masalah-maalah  yang  merangsang  untuk berpikir.
6 Semua pelajaran yang diberikan perlu diintegrasikan sehingga memiliki
pengetahuan yang terintegritas. 7
Pelajaran  yang  diberikan  di  sekolah  perlu  dihubungkan  dengan kehidupan nyata di masyarakat.
8 Dalam  interaksi  belajar  mengajar,  guru  harus  banyak  memberikan
kebebasan  pada  siswa,  untuk  dapat  mengelidiki  sendiri,  mengamati sendiri, belajar sendiri, dan pemecahan masalah sendiri.
15
Menurut Hasibuan dan Moedjiono 2012: 43 guru yang efektif adalah mereka yang mampu membawa siswanya dengan berhasil mencapai tujuan
pembelajaran. Tolak ukur mengenai efektivitas mengajar adalah tercapainya tujuan dan hasil belajar yang tinggi. Ketercapainya tujuan dan hasil belajar
siswa dapat dilihat dari hasil tes prestasi yang dilaksanakan, dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal KKM.
Pembelajaran  matematika  yang  efektif  membutuhkan  komitmen untuk mengembangkan pemahaman matematika siswa sehingga guru harus
mampu  membuat  pertanyaan  dan  rencana  pembelajaran  dengan  desain pengalaman sehingga bisa merespon siswa untuk membangun pengetahuan
NCTM,  2002:  18.  Masykur  dan  Abdul  Halim  Fathani  2007:  58 menyatakan bahwa pembelajaran matematika di sekolah dapat efektif dan
bermakna bagi siswa jika proses pembelajarannya memperhatikan konteks siswa.
Sejalan  dengan  penjelasan  Masykur  dan  Abdul  Halim  Fathani, Nightingale dan O’Neil Killen, 2009: 4 menyatakan bahwa pembelajaran
matematika yang efektif memiliki karakteristik sebagai berikut: a.
Students are able to apply knowledge to solve problems. b.
Students are able to communicate their knowledge to others. c.
Students  are  able  to  perceive  relationship  between  their  existing knowlegde and the new things they are learning.
d. Students retain newly acquired knowledge for a long time.
e. Students are able to discover or create new knowlegde for themselves.
f.
Students want to learn more. Karakteristik di atas dapat diartikan sebagai berikut.
a. Siswa mampu mengaplikasikan pengetahuannya untuk menyelesaikan
suatu masalah.
16
b. Siswa mampu mengomunikasikan pengetahuannya kepada orang lain.
c. Siswa  mampu  menghubungkan  pengetahuan  yang  telah  dimiliki
dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. d.
Siswa  mampu  mempertahankan  pengetahuan  yang  baru  diperoleh dalam jangka waktu yang lama.
e. Siswa  mampu  menemukan  atau  menciptakan  pengetahuan  baru  bagi
dirinya. f.
Siswa memiliki keinginan untuk belajar lebih banyak. Bell  1978:  379  mengemukakan  bahwa  agar  dapat  mengajar
matematika  secara  efektif,  guru  harus  dapat  melakukan  beberapa  langkah berikut ini:
a Mengevaluasi dan menggunakan buku pelajaran matematika.
b Memilih dan menggunakan sumber pengajaranpembelajaran.
c Memberi dan mengevaluasi pekerjaan rumah siswa.
d Mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
e Mengembangkan strategi bertanya yang baik.
f Menjaga kedisiplinan di dalam kelas.
g Mengetes,  mengevaluasi  dan  menilai  siswa  dan  mengevaluasi  dirinya
sendiri sebagai guru. Dari  beberapa  pendapat  di  atas,  dapat  disimpulkan  bahwa
keefektifan pembelajaran
matematika adalah
tercapainya tujuan
pembelajaran  yang  ditetapkan  dengan  kualitas  pembelajaran  yang  baik, sesuai  tingkat  pembelajaran  yang  dapat  diukur  berdasarkan  kriteria  yang
telah ditentukan. Pada  penelitian  ini,  pembelajaran  matematika  dengan  metode
pembelajaran inkuiri dalam pendekatan saintifik dikatakan efektif ditinjau dari prestasi belajar apabila nilai rata-rata posttest lebih dari nilai rata-rata
pretest dan  persentase  nilai  siswa  yang  mencapai  minimal  75  lebih  dari
75. Sedangkan apabila ditinjau dari  sikap percaya diri dikatakan efektif apabila rata-rata skor angket akhir lebih dari rata-rata skor angket awal dan
17
persentase skor angket  siswa  yang mencapai  kategori minimal  Baik  lebih dari 75.
4. Metode Pembelajaran Inkuiri
Inquiry berasal  dari  kata  “to  inquire”  yang  berarti  ikut  serta  atau
terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan Nunuk Suryani, dkk, 2012: 119. Sejalan dengan
pendapat  Nunuk  Suryani,  Kourilsky  Oemar  Hamalik,  2001:  220 berpendapat  bahwa  pengajaran  berdasarkan  inkuiri  adalah  suatu  strategi
yang berpusat pada siswa dimana kelompok siswa inquiry ke dalam suatu isu atau mencari jawaban-jawaban terhadap isi struktural kelompok.
Metode inkuiri bertujuan untuk mengorganisasikan pengetahuan yang dimiliki siswa sebagai fondasi yang kuat berdasarkan konsep metode ilmiah.
Metode ini berusaha untuk mengajarkan berbagai keterampilan dan bahasa ilmiah Bruce dan Well, dalam M. Hosnan, 2014: 345.
Seperti  dikemukakan  M.  Hosnan  2014:  347,  pengaruh  metode pembelajaran  inkuiri  yaitu:  1  keterampilan  proses  mengamati,
mengumpulkan, mengorganisasikan data; mengidentifikasi dan mengontrol variabel;  merumuskan  dan  menguji  hipotesis  dan  menjelaskan;  menarik
kesimpulan; 2 keaktifan siswa belajar secara mandiri; 3 keterampilan dalam mengungkapkan pendapat secara verbal; 4 sifat toleransi terhadap
keberagaman  pendapat  dan  tekun;  5  memiliki  logika  berpikir;  dan  6 kesadaran bahwa pengetahuan tentatif.
18
Menurut  Nunuk  Suryani,  dkk  2012:  119,  ada  beberapa  hal  yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri, yaitu:
1 Strategi  inkuiri menekankan  kepada  aktivitas  siswa secara maksimal
untuk  mencari  dan  menemukan,  artinya  pendekatan  inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
2 Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan  sendiri  dari  sesuatu  yang  dipertanyakan,  sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri self-belief.
3 Tujuan  dari  penggunaan  strategi  pembelajaran  inkuiri  adalah
mengembangkan  kemampuan  intelektual  sebagai  bagian  dari  proses mental,  akibatnya  dalam  pembelajaran  inkuiri  siswa  tidak  hanya
dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Sedangkan  menurut  M.  Hosnan  2014:  341,  prinsip-prinsip pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:
1 Berorientasi pada pengembangan intelektual. Tujuan utamanya adalah
pengembangan  kemampuan  berpikir,  selain  berorientasi  kepada  hasil belajar, juga berorientasi pada proses belajar.
2 Prinsip  interaksi.  Proses  pembelajaran  pada  dasarnya  adalah  proses
interaksi, baik interaksi  antara peserta didik maupun interaksi peserta didik  dengan  pendidik,  bahkan  interaksi  antara  peserta  didik  dengan
lingkungan.
3 Prinsip  bertanya.  Peran  pendidik  dalam  menggunakan  strategi  ini
adalah  pendidik  sebagai  penanya,  sebab  kemampuan  peserta  didik untuk  menjawab  setiap  pertanyaan  pada  dasarnya  sudah  merupakan
sebagian dari proses berpikir.
4 Prinsip belajar untuk berpikir. Belajar berpikir adalah pemanfaatan dan
penggunaan otak secara maksimal. 5
Prinsip keterbukaan. Tugas pendidik adalah menyediakan ruang untuk memberikan  kesempatan  kepada  peserta  didik  mengembangkan
hipotesis  dan  secara  terbuka  membuktikan  kebenaran  hipotesis  yang diajukan.
Oemar  Hamalik  2001:  219  berpendapat  bahwa  di  dalam  inkuiri, seseorang  bertindak  sebagai  seorang  ilmuan  scientist,  melakukan
eksperimen,  dan  mampu  melakukan  proses  mental  berinkuiri  sebagai berikut:
19
a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alami.
b. Merumuskan masalah-masalah.
c. Merumuskan hipotesis-hipotesis.
d. Merancang pendekatan investigatif yang meliputi eksperimen.
e. Melaksanakan eksperimen.
f. Mensintesiskan pengetahuan.
g. Memiliki  sikap  ilmiah,  antara  lain  objektif,  ingin  tahu,  keterbukaan,
menginginkan  dan  menghormati  model-model  teoritis,  serta bertanggung jawab.
Wina  Sanjaya  2008,  dalam  Nunuk  Suryani  dan  Leo  Agung,  2012: 120-121  menyatakan  bahwa  pembelajaran  inkuiri  mengikuti  langkah-
langkah sebagai berikut: 1.
Orientasi Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk  membina suasana atau
iklim  pembelajaran  yang  kondusif.  Hal  yang  dilakukan  dalam  tahap orientasi ini adalah:
a. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat
dicapai oleh siswa. b.
Menjelaskan  pokok-pokok  kegiatan  yang  harus  dilakukan  oleh siswa  untuk  mencapai  tujuan.  Pada  tahap  ini  dijelaskan  langkah-
langkah  inkuiri  serta  tujuan  setiap  langkah,  mulai  dari  langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.
c. Menjelaskan  pentingnya  topik  dan  kegiatan  belajar.  Hal  ini
dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa. 2.
Merumuskan masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah
20
persoalan  yang  menantang  siswa  untuk  memecahkan  teka-teki  itu. Teka-teki  dalam  rumusan  masalah  tentu  ada  jawabannya,  dan  siswa
didorong untuk mencari jawaban  yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu
melalui  proses  tersebut  siswa  akan  memperoleh  pengalaman  yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses
berpikir. 3.
Merumuskan hipotesis Hipotesis  adalah  jawaban  sementara  dari  suatu  permasalahan  yang
dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah  satu  cara  yang  dapat  dilakukan  guru  untuk  mengembangkan
kemampuan  menebak  berhipotesis  pada  setiap  anak  adalah  dengan mengajukan  berbagai  pertanyaan  yang  dapat  mendorong  siswa  untuk
dapat  merumuskan  jawaban  sementara  atau  dapat  merumuskan berbagai  perkiraan  kemungkinan  jawaban  dari  suatu  permasalahan
yang dikaji. 4.
Mengumpulkan data Mengumpulkan  data  adalah  aktivitas  menjaring  informasi  yang
dibutuhkan  untuk  menguji  hipotesis  yang  diajukan.  Dalam pembelajaran  inkuiri,  mengumpulkan  data  merupakan  proses  mental
yang  sangat  penting  dalam  pengembangan  intelektual.  Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam
21
belajar,  akan  tetapi  juga  membutuhkan  ketekunan  dan  kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
5. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai  dengan  data  atau  informasi  yang  diperoleh  berdasarkan
pengumpulan  data.  Menguji  hipotesis  juga  berarti  mengembangkan kemampuan  berpikir  rasional.  Artinya,  kebenaran  jawaban  yang
diberikan  bukan  hanya  berdasarkan  argumentasi,  akan  tetapi  harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
6. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh  berdasarkan  hasil  pengujian  hipotesis.  Untuk  mencapai
kesimpulan  yang  akurat  sebaiknya  guru  mampu  menunjukkan  pada siswa data mana yang relevan.
Berdasarkan  beberapa  pendapat  dan  penjelasan  tentang  metode pembelajaran  inkuiri,  didapatkan  kelebihan  dan  kekurangan  metode
pembelajaran inkuiri. Pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang banyak  dianjurkan,  karena  strategi  ini  memiliki  beberapa  kelebihan,
diantaranya sebagai berikut M. Hosnan, 2014: 344. 1.
Menekankan  kepada  pengembangan  aspek  kognitif,  afektif,  dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran inkuiri dianggap
lebih bermakna. 2.
Dapat  memberikan  ruang  kepada  peserta  didik  untuk  belajar  sesuai dengan gaya belajar mereka.
3. Merupakan  strategi  yang  dianggap  sesuai  dengan  perkembangan
psikologi  belajar  modern  yang  menganggap  belajar  adalah  proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
22
4. Dapat melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki kemampuan di
atas  rata-rata.  Artinya,  peserta  didik  memiliki  kemampuan  belajar bagus  tidak  akan  terhambat  oleh  peserta  didik  yang  lemah  dalam
belajar.
Disamping memiliki
kelebihan, pembelajaran
inkuiri juga
mempunyai  kekurangan,  diantaranya  sebagai  berikut  M.  Hosnan,  2014: 344.
1. Jika  strategi  ini  digunakan  sebagai  pembelajaran,  maka  akan  sulit
mengontrol kegiatan dan keberhasilan peserta didik. 2.
Pembelajaran inkuiri sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan peserta didik dalam belajar.
3. Kadang-kadang  dalam  mengimplementasika-nya  memerlukan  waktu
yang panjang sehingga sering pendidik sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
4. Selama  kriteria  keberhasilan  belajar  ditentukan  oleh  kemampuan
peserta  didik  menguasai  materi  pelajaran,  maka  pembelajaran  inkuiri ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap pendidik.
Dari uraian yang telah disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode  pembelajaran  inkuiri  menekankan  pada  kegiatan  siswa,
menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran inkuiri dianggap lebih bermakna,
seta memberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar.
5. Pendekatan Saintifik
Implementasi  Kurikulum  2013  dalam  pembelajaran  dengan pendekatan  saintifik  adalah  proses  pembelajaran  yang  dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
23
Pendekatan  Saintifik  adalah  pendekatan  yang  berorientasi  pada kegiatan  yang  diawali  dengan  mengamati  sesuatu,  dilanjutkan  dengan
membuat hipotesis, mencari tahu kebenaran hipotesis, dan diakhiri dengan kesimpulan  Kazelik  dan  Pearson,  2009.  Metode  saintifik  sangat  relevan
dengan tiga teori belajar, yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky M. Hosnan, 2014: 35.
Pendekatan  saintifik  memiliki  karakteristik  yang  membedakan dengan  pendekatan  yang  lain.  Hosnan  2014:  36  berpendapat  bahwa
pendekatan saintifik memiliki karakter sebagai berikut: a.
Berpusat pada siswa. b.
Melibatkan  keterampilan  proses  sains  dalam  mengonstruksi  konsep, hukum atau prinsip.
c. Melibatkan  proses-proses  kognitif  yang  potensial  dalam  merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
d. Dapat mengembangkan karakter siswa.
Berdasarkan karakteristik di atas, pendekatan Saintifik merujuk pada teknik  investigasi  atas  fenomena,  memperoleh  pengetahuan  baru,  dan
memadukan pengetahuan sebelumya. Menurut Panhuizen 2005: 36 dalam pelaksanaan pendekatan Saintifik, guru membimbing siswa saat diskusi dan
aktivitas  belajar,  melayani  siswa  dalam  memahami  masalah,  dan pemahaman lebih lanjut pada pengetahuan formal berupa sistem dan simbol
matematika.  Kurnik  2008  menyebutkan,  hal  yang  perlu  diperhatikan dalam pendekatan saintifik adalah sebagai berikut:
a. Guru  mengenalkan  fakta-fakta  dan  bentuk  dari  kejadian  matematika
yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari untuk proses berpikir. b.
Guru  menyiapkan  masalah  yang  akan  dipecahkan  menggunakan langkah dan prosedur saintifik.
24
c. Siswa  dibiasakan  untuk  menganalisis,  mensintesis,  berpikir  abstrak,
menggeneralisasi, menspesifikasi, dan mengobservasi. d.
Menggunakan soal pemecahan masalah. e.
Menggunakan  metode  induksi  yaitu  dari  hal  yang  mudah  ke  susah, simpel ke kompleks, dan menjabarkan teorema baru.
Berdasarkan beberapa pendapat  tersebut  dapat  disimpulkan bahwa pendekatan  saintifik  merupakan  pendekatan  pembelajaran  yang  membuat
siswa  memiliki  kemampuan  dan  pengetahuan  baru  melalui  tahapan mengamati,  mengumpulkan  data,  menganalisis  data,  mengasosiasi,  dan
mengomunikasikan konsep. Menurut  Yunus  Abidin  2014:  141,  ada  empat  tahapan  dalam
saintifik proses. Keempat tahapan tersebut adalah sebagai berikut: a.
Identifikasi masalah Pembelajaran  hendaknya  diawali  dengan  sejumlah  masalah  baik
masalah yang disajikan guru dan yang lebih baik lagi adalah masalah yang  dirumuskan  oleh  siswa  sendiri.  Pertanyaan  rumusan  masalah
yang dibuat siswa merupakan pertanyaan pemandu pembelajaran yang harus siswa dapatkan jawabannya setelah selesai melaksanakan seluruh
rangkaian pembelajaran. b.
Membuat hipotesis Berdasarkan  langkah  kerja  penelitian  ini,  dalam  konteks  model
pembelajaran  siswa  harus  menggunakan  penalarannya  baik  secara induktif  maupun  deduktif  untuk  mampu  merumuskan  jawaban
sementara atas pertanyaan yang diajukan.
25
c. Mengumpulkan dan menganalisis data
Kegiatan  pengumpulan  data  dapat  dilakukan  baik  secara  eksperimen maupun  studi  lainnya.  Hasil  pengumpulan  data  tersebut  selanjutnya
diolah  guna  dapat  digunakan  untuk  menjawab  pertanyaan  penelitian ataupun untuk membuktikan hipotesis.
d. Menginterpretasi data dan membuat kesimpulan
Kegiatan interpretasi merupakan aktivitas yang dilakukan siswa untuk memaknai  hasil  penelitian  sederhana  yang  telah  dilakukannya.  Hasil
interpretasi  adalah  simpulan  yang  dibuat  oleh  siswa  dan  selanjutnya menjadi pengetahuan yang benar-benar dikonstruksi oleh siswa sendiri
sehingga diyakini akan meningkatkan tingkat retensi yang lebih tinggi jika  dibandingkan  dengan  yang  diperoleh  siswa  melalui  kegiatan
menyimak penjelasan guru. Selanjutnya,  terdapat  beberapa  prinsip  pembelajaran  dengan
pendekatan saintifik, yaitu Hosnan: 37: 1
Pembelajaran berpusat pada siswa. 2
Pembelajaran membentuk students self concept. 3
Pembelajaran terhindar dari verbalisme. 4
Pembelajaran  memberikan  kesempatan  pada  siswa  untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.
5 Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir
siswa. 6
Pembelajaran  meningkatkan  motivasi  belajar  siswa  dan  motivasi mengajar guru.
7 Memberikan  kesempatan  kepada  siswa  untuk  melatih  kemampuan
dalam komunikasi. 8
Adanya  proses  validasi  terhadap  konsep,  hukum,  dan  prinsip  yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
26
Kurnik  2008:  429  menjelaskan  bahwa  untuk  mewujudkan pembelajaran  dengan  pendekatan  saintifik  diperlukan  langkah-langkah
sebagai berikut: 1
Siswa dikenalkan objek nyata dan hubungan konsep dengan kehidupan nyata.
2 Siswa  mengamati  sesuatu  secara  umum  dari  suatu  objek  untuk
mendapatkan ide dari konsep. 3
Mengumpulkan  informasi  dan  mencari  karakteristik  suatu  objek, memformulasikan dan mengumpulkan konsep-konsep.
4 Menganalisis  dari  informasi  yang  telah  dikumpulkan  dengan
mengabstraksi objek nyata untuk digeneralisasi. 5
Mengimplementasikan konsep dengan menemukan contoh lain dalam kehidupan sehari-hari dari konsep yang ditemukan.
Dalam  Permendikbud  nomor  81  A  tahun  2013  lampiran  IV  dan Permendikbud nomor 103 tahun 2014, pendekatan saintifik pada kurikulum
2013  yang  diterapkan  di  Indonesia  dijabarkan  langkah-langkah pembelajaran tersebut menjadi lima, yaitu:
a. Mengamati
Kegiatan  belajar  mengamati  meliputi  membaca,  mendengar, menyimak,  melihat  tanpa  atau  dengan  alat.  Kompetensi  yang
dikembangkan dalam
kegiatan mengamati
adalah melatih
kesungguhan,  ketelitian,  dan  mencari  informasi.  Dalam  hal  ini  guru perlu  memfasilitasi  siswa  agar  kegiatan  pengamatan  menjadi
berkualitas. b.
Menanya Kegiatan belajar ini meliputi mengajukan pertanyaan tentang informasi
yang  dipahami  dari  apa  yang  diamati  atau  pertanyaan  untuk mendapatkan  informasi  tambahan  tentang  apa  yang  diamati.
27
Kompetensi  yang  dikembangkan  adalah  mengembangkan  kreativitas, rasa  ingin  tahu,  kemampuan  merumuskan  pertanyaan  untuk
membentuk  pikiran  kritis  yang  perlu  untuk  hidup  cerdas  dan  belajar sepanjang  hayat.  Dalam  kegiatan  ini  guru  mengarahkan  siswa  untuk
membuat  pertanyaan mulai dari pertanyaan tentang hasil pengamatan objek  yang  konkrit  sampai  kepada  yang  abstrak  berkenaan  dengan
fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. c.
Mengumpulkan informasieksperimen Kegiatan-kegiatan  yang  terdapat  pada  langkah  mengumpulkan
informasi  atau  eksperimen,  yaitu  1  melakukan  eksperimen;  2 membaca sumber lain selain buku teks; 3 mengamati objekkejadian;
4  aktivitas;  5  wawancara  dengan  narasumber.  Kompetensi  yang dikembangkan  dalam  kegiatan  ini  adalah  sikap  teliti,  jujur,  sopan,
menghargai  pendapat  orang  lain,  kemampuan  berkomunikasi, menerapkan  kemampuan  mengumpulkan  informasi  melalui  berbagai
cara  yang  dipelajari,  mengembangkan  kebiasaan  belajar  dan  belajar sepanjang hayat.
d. Mengasosiasikanmengolah informasi
Siswa mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkaneksperimen mau pun hasil dari kegiatan
mengamati  dan  kegiatan  mengumpulkan  informasi.  Pengolahan informasi  yang  dikumpulkan  dari  yang  bersifat  menambah  keluasan
dan  kedalaman  sampai  kepada  pengolahan  informasi  yang  bersifat
28
mencari  solusi  dari  berbagai  sumber  yang  memiliki  pendapat  yang berbeda  sampai  kepada  yang  bertentangan.  Kompetensi  yang
dikembangkan yaitu sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan  menerapkan  prosedur  dan  kemampuan  berpikir  induktif
serta deduktif dalam menyimpulkan. e.
Mengomunikasikan Kegiatan  belajar  ini  meliputi  menyampaikan  hasil  pengamatan,
kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.  Kompetensi  yang  dikembangkan  yaitu  sikap  jujur,  teliti,
toleransi,  kemampuan  berpikir  sistematis,  mengungkapkan  pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa
yang baik dan benar. Berdasarkan beberapa pendapat dan penjelasan tentang pendekatan
saintifik, didapatkan kelebihan dan kekurangan pendekatan saintifik. Yunus Abidin 2014: 125-129 telah menjabarkan kelebihan pendekatan saintifik
sebagai berikut: a.
Memandu  siswa  untuk  memecahkan  masalah  melalui  kegiatan perencanaan  yang  matang,  pengumpulan  data,  analisis  data  untuk
menghasilkan kesimpulan. b.
Menuntun siswa berpikir sistematis, kritis, kreatif, melakukan aktivitas penelitian dan membangun konseptualisasi pengetahuan.
c. Membina  kepekaan  siswa  terhadap  problematika  yang  terjadi  di
lingkungannya. d.
Membiasakan siswa menanggung risiko pembelajaran. e.
Membina kemampuan siswa dalam berargumentasi dan berkomunikasi. f.
Mengembangkan karakter siswa. Selain  kelebihan,  pendekatan  saintifik  juga  memiliki  kekurangan
seperti yang dijabarkan oleh Hosnan 2014, yaitu:
29
a. Bantuan guru berkurang sehingga guru jarang menjelaskan.
b. Dapat  menghambat  laju  pembelajaran  yang  menyita  waktu
pembelajaran. c.
Kegagalan  dan  kesalahan  dalam  bereksperimen  akan  berakibat  pada kesalahan penyimpulan.
d. Apabila minat siswa kurang terhadap materi dan tidak berkonsentrasi
atau memecah perhatian peserta dapat menyebabkan pengajaran yang dilakukan tidak efektif.
Berdasarkan  definisi  yang  telah  dijelaskan  sebelumnya  dapat disimpulkan  bahwa  pendekatan  saintifik  merupakan  proses  pembelajaran
yang menuntut siswa untuk aktif dalam menemukan konsep, prinsip,  atau hukum  melalui  proses  mengamati,  menanya,  mengumpulkan  informasi,
mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
6. Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Pendekatan Saintifik
Pembelajaran  matematika  dengan  metode  pembelajaran  inkuiri dalam  pendekatan  saintifik  menekankan  pada  suatu  pembelajaran
matematika  melalui  tahap-tahap  saintifik  yang  dilakukan  secara berkelompok  sehingga  di  akhir  pembelajaran  siswa  mampu  menemukan
konsep, prinsip atau hukum matematika tertentu. Seperti  yang  sudah  dijelaskan  sebelumnya  langkah  pendekatan
saintifik berdasarkan Permendikbud nomor 81 A tahun 2013 lampiran  IV dan Permendikbud nomor 103 tahun 2014 adalah :
a Mengamati
b Menanya
c Mengumpulkan informasi
d Mengasosiasi
e Mengomunikasikan
30
Di  lain  pihak,  langkah  pembelajaran  dengan  metode  pembelajaran inkuiri yang dijelaskan sebelumnya terdiri atas:
a. Orientasi
b. Merumuskan masalah
c. Merumuskan hipotesis
d. Mengumpulkan data
e. Menguji hipotsis
f. Merumuskan kesimpulan
Maka langkah
pembelajaran matematika
dengan metode
pembelajaran  inkuiri  dalam  pendekatan  saintifik  disajikan  dalam  tabel berikut.
Tabel 2.1 Langkah Pembelajaran Inkuiri dalam Pendekatan Saintifik
No Pendekatan
Saintifik Metode Inkuiri
Keterangan
1 Mengamati
Orientasi Pengondisian kelas,
memberikan apersepsi pada siswa,
memberikan motivasi dan tujuan
pembelajaran.
Menemukan masalah
Siswa mengamati masalah yang
diberikan guru dalam LKS.
2 Menanya
Merumuskan hipotesis
Siswa membuat pertanyaan terkait
hasil pengamatan yang akan dikerjakan siswa
secara berkelompok.
3 Mengumpulkan
informasi Mengumpulkan
data Data yang telah
dikumpulkan kemudian
diasosiasikan dengan hasil temuan-temuan
31
No Pendekatan
Saintifik Metode Inkuiri
Keterangan
dari informasi yang telah didapat
sebelumnya.
4 Mengasosiasi
Menguji hipotesis  Siswa menguji apakah hipotesis yang
ditemukan benar atau salah.
5 Mengomunikasikan
Merumuskan kesimpulan
Siswa dapat menyimpulkan hasil
akhir dari hasil pengujian hipotesis,
kemudian siswa mengomunikasikannya
melalui presentasi di depan kelas.
7. Prestasi Belajar
Pengertian  prestasi  menurut  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia merupakan  hasil  yang  dicapai  dari  sesuatu  yang  telah  dikerjakan  atau
lakukan.  Sedangkan  prestasi  belajar  merupakan  penguasaan  pengetahuan atau ketrampilan melalui mata pelajaran, yang biasanya ditunjukkan dengan
nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh gurunya. Nana Sudjana 2001: 22 menyebutkan prestasi merupakan hasil dari
sebuah  kegiatan  yang  dilakukan  untuk  diciptakan  dengan  keuletan  kerja baik secara individu maupun kelompok. Sedangkan M. Uzer Usman 2002:
34  mengatakan  bahwa  proses  pembelajaran  dikatakan  berhasil  apabila tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai.
Muj is dan Reynolds 2005: 232 menyebutkan bahwa, “achievement
test measure pupils performance in a particular school subject or topic at a
32
given  time ”.  Tes  prestasi  belajar  yang  dilaksanakan  bertujuan  untuk
mengetahui kinerja siswa pada suatu mata pelajaran dalam waktu tertentu. Pada dasarnya prestasi belajar matematika diperoleh melalui seluruh
proses  pembelajaran.  Prestasi  belajar  metematika  juga  dapat  dikatakan sebagai  cerminan  dari  hasil  upaya  yang  telah  dilakukan  selama  proses
pembelajaran.  Prestasi  belajar  matematika  dapat  diukur  dengan menggunakan tes yang berupa soal matematika.
Prestasi  belajar  dapat  diukur  melalui  tes  prestasi  belajar  atau achievement test
,  yaitu tes  yang mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa setelah mengikuti suatu pembelajaran Reynolds, dkk., 2010.
Prestasi  belajar  dalam  penelitian  ini  penguasaan  pengetahuan  atau ketrampilan  melalui  materi  bangun  datar  segiempat  dan  proses
pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai.
8. Percaya Diri
Kepercayaan diri merupakan keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga  dalam  tindakan-tindakannya  tidak  terlalu  cemas,  merasa  bebas
untuk  melakukan  hal-hal  yang  sesuai  keinginan  dan  tanggung  jawab  atas perbuatannya,  sopan  dalam  berinteraksi  dengan  orang  lain,  memiliki
dorongan  prestasi  serta  dapat  mengenal  kelebihan  dan  kekurangan  diri sendiri Lauster, 2002: 4.
Selanjutnya, Yusuf Al-Uqshari 2005: 9 menyampaikan bahwa self- confidence
adalah  keyakinan  seorang  individu  akan  kemampuan  yang
33
dimiliki  sehingga  merasa  puas  dengan  keadaannya.  Seseorang  yang memiliki  kepercayaan  diri  akan  memiliki  sikap  positif  yang  didasari  oleh
kemampuannya.  Sikap  positif  ini  membantu  mereka  dalam  menghadapi permasalahan yang menimpa mereka.
Lauster  Nur  Gufron  dan  Rini  R.  S,  2010:  35-36  menyebutkan aspek-aspek kepercayaan diri sebagai berikut:
1. Keyakinan kemampuan diri
Keyakinan  kemampuan  diri  adalah  sikap  positif  seseorang  tentang dirinya. Seseorang benar-benar mampu dengan apa yang dilakukannya.
2. Optimis
Optimis  merupakan  sikap  positif  yang  ada  pada  seseorang,  selalu berpandangan positif dalam menghadapi segala hal tentang dirinya.
3. Objektif
Seseorang yang memandang sesuatu atau permasalahan bukan menurut dirinya sendiri akan tetapi sesuai kebenaran semestinya.
4. Bertanggung jawab
Tanggung  jawab  seseorang  terhadap  sesuatu  hal  merupakan  segala sesuatu
yang ditanggung
seseorang yang
telah menjadi
konsekuensinya. 5.
Rasional dan Realistis Rasional  dan  realistis  adalah  pemikiran  yang  digunakan  untuk
menganalisis  sesuatu  hal,  suatu  kejadian  dan  suatu  masalah  dimana
34
pemikiran  tersebut  dapat  diterima  oleh  akal  dan  sesuai  dengan kenyataan.
Ignoffo Megawati, 2010: 3 menyebutkan bahwa terdapat beberapa karakteristik  yang  menggambarkan  individu  yang  memiliki  kepercayaan
diri, yaitu: a.
Memiliki cara pandang yang positif terhadap diri. b.
Yakin dengan kemampuan yang dimiliki. c.
Melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dipikirkan. d.
Berpikir positif dalam kehidupan. e.
Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan. f.
Memiliki potensi dan kemampuan.
B. Tinjauan Materi
Berdasarkan Kurikulum  Tingkat  Satuan Pendidikan KTSP, salah satu  pokok  bahasan  pada  mata  pelajaran  matematika  kelas  VII  semester
genap  adalah  Segiempat.  Kompetensi  Inti  dan  Kompetensi  Dasar  materi Segiempat adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Materi Segiempat Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
3. Memahami pengetahuan
faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
3.6 Memahami konsep segitiga dan segiempat serta menentukan
ukurannya.
Berdasarkan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di atas, peneliti hanya mengambil materi Segiempat. Materi Segiempat mencakup beberapa
pembahasan sebagai berikut.
35
1. Persegi Panjang
a. Pengertian persegi panjang
Persegi panjang adalah jajargenjang yang salah satu sudutnya siku- siku.
b. Sifat-sifat persegi panjang
i Sisi-sisi  yang  berhadapan  dari  suatu  persegi  panjang  adalah
sama panjang dan sejajar. ii
Diagonal-diagonal  dari  suatu  persegi  panjang  adalah  sama panjang dan saling membagi dua sama besar.
iii Setiap sudut persegi panjang adalah sama besar dan merupakan
sudut siku-siku 90°. iv
Dapat menempati bingkainya kembali dengan empat cara. c.
Keliling dan luas persegi panjang Keliling  suatu  bangun  datar  adalah  jumlah
semua panjang sisi-sisinya. Tampak bahwa panjang KL = NM = 5 satuan
panjang dan LM = KN = 3 satuan panjang. Keliling KLMN = KL + LM + MN + NK
= 5 + 3 + 5 +3satuan panjang = 16 satuan panjang
Selanjutnya, garis KL disebut panjang p dan KN disebut lebar l. Secara  umum  dapat  disimpulkan  bahwa  keliling  persegi  panjang
dengan panjang p dan lebar l adalah
K = 2 p + l
Gambar 2.1 Persegi Panjang KLMN
36
Luas  persegi  panjang  adalah  luas  daerah  yang  dibatasi  oleh  sisi- sisinya.
Luas persegi panjang KLMN = KL × LM = 5 × 3 satuan luas
= 15 satuan luas Jadi, luas persegi panjang dengan panjang p dan lebar l adalah
2. Persegi
a. Pengertian persegi
Persegi  adalah  persegi  panjang  yang  sepasang  sisinya  yang berdekatan saling kongruen.
b. Sifat-sifat persegi
i Semua sifat persegi panjang meupakan sifat persegi.
ii Suatu  persegi  dapat  menempati  bingkainya  dengan  delapan
cara. iii
Semua sisi persegi adalah sama panjang. iv
Sudut-sudut suatu persegi dibagi dua sama besar oleh diagonal- diagonalnya.
v Diagonal-diagonal  persegi  saling  berpotongan  sama  panjang
membentuk sudut siku-siku. c.
Keliling dan luas persegi Keliling KLMN
= KL + LM + MN + NK = 4 + 4 + 4 + 4 satuan panjang
L = p
× l
Gambar 2.2 Persegi KLMN
37
= 16 satuan panjang Selanjutnya,  panjang  KL  =  LM  =  MN  =  NK
disebut sisi s. Jadi, secara umum keliling persegi dengan panjang sisi s adalah
Luas persegi KLMN = KL × LM = 4 × 4 satuan luas
= 16 satuan luas Jadi, luas persegi dengan panjang sisi s adalah
3. Jajargenjang
a. Pengertian Jajargenjang
Jajargenjang  adalah  segiempat  yang kedua  pasang  sisi  berhadapan  saling
sejajar. b.
Sifat-sifat jajargenjang i
Pada setiap jajargenjang sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar.
ii Pada setiap jajargenjang sudut-sudut yang berhadapan sama
besar. iii
Jumlah pasangan sudut yang saling berdekatan pada setiap jajargenjang adalah 180°.
= � ×
= × =
Gambar 2.3 Jajargenjang
38
iv Pada setiap jajargenjang kedua diagonalnya saling membagi
dua sama panjang. c.
Keliling dan luas jajargenjang Pada gambar di samping, keliling
jajargenjang KLMN = KL + LM + MN + KN
= KL + LM + KL + LM = 2KL + LM
Luas  jajargenjang  adalah  luas  daerah  yang  dibatasi  oleh  sisi- sisinya. Alas jajargenjang merupakan salah satu sisi jajargenjang,
sedangkan tinggi jajargenjang tegak lurus dengan alas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa jajargenjang yang mempunyai alas a dan tinggi
t , luasnya L adalah
4. Belah Ketupat
a. Pengertian belah ketupat
Belah ketupat adalah jajargenjang yang sepasang  sisi  yang  berdekatan  saling
kongruen. b.
Sifat-sifat belah ketupat i
Semua sisi belah ketupat sama panjang ii
Kedua diagonal pada belah ketupat merupakan sumbu simetri
L = a
× t
Gambar 2.4 Jajargenjang KLMN
Gambar 2.5 Belah Ketupat ABCD
39
iii Kedua  diagonal  belah  ketupat  saling  membagi  dua  sama
panjang dan saling berpotongan tegak lurus iv
Pada setiap belah ketupat sudut-sudut yang berhadapan sama besar dan dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya.
c. Keliling dan luas belah ketupat
Keliling belah ketupat yang mempunyai panjang sisi s adalah Keliling
= � + � + � + � = 4�
Luas belah ketupat = luas Δ ABC + luas Δ ADC =
× × �
+ ×
× � =
× × � + �
= ×
× =
× ���� �� × ���� �� Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa luas belah ketupat dengan
diagonal-diagonalnya d
1
dan d
2
adalah
5. Layang-layang
a. Pengertian layang-layang
Layang-layang  adalah  segiempat  yang  salah  satu  diagonalnya berhimpit dengan sumbu diagonal yang lain.
b. Sifat-sifat layang-layang
i Masing-masing sepasang sisinya sama panjang.
ii Sepasang sudut yang berhadapan sama besar.
K =
� ×
L = ×
×
40
iii Salah satu diagonalnya merupakan sumbu simetri.
iv salah satu diagonal layang-layang membagi diagonal lainnya
menjadi  dua  bagian  sama  panjang  dan  kedua  diagonal  itu saling tegak lurus.
c. Keliling dan luas layang-layang
Keliling  layang-layang  yang  mempunyai panjang sisi x dan y adalah
Keliling = + + +
= 2 + 2 = 2 +
Jadi, keliling layang-layang dengan panjang sisi x dan y adalah
Luas layang- layang = luas Δ ABC + luas Δ ADC
= ×
× � +
× × �
= ×
× � + � =
× ×
= × ���� �� × ���� ��
Dari uraian di  atas, dapat  disimpulkan bahwa luas layang-layang dengan diagonal-diagonalnya d
1
dan d
2
adalah
K = +
L = ×
× Gambar 2.6 Layang-layang
ABCD
41
6. Trapesium
a. Pengertian trapesium
Trapesium adalah bangun segiempat yang tepat sepasang sisi yang berhadapan saling sejajar.
b. Jenis-jenis trapesium
Secara umum ada tiga jenis trapesium sebagai berikut. i
Trapesium sebarang Trapesium  sebarang  adalah  trapesium
yang  keempat  sisinya  tidak  sama panjang.
Pada  gambar  di  samping,  AB    DC, sedangkan  masing-masing  sisi  yang
membentuknya, yaitu AB, BC, CD, dan AD tidak sama panjang.
ii Trapesium sama kaki
Trapesium sama kaki  adalah trapesium yang  mempunyai  sepasang  sisi  yang
sama  panjang,  disamping  mempunyai sepasang sisi yang sejajar. Pada gambar
di samping, AB  DC dan AD = BC.
Gambar 2.7 Trapesium Sebarang
Gambar 2.8 Trapesium Sama kaki
42
iii Trapesium siku-siku
Trapesium  siku-siku  adalah  trapesium yang  salah  satu  sudutnya  merupakan
sudut  siku-siku  90°.  Pada  gambar  di samping,  selain  AB    DC,  juga  tampak
bahwa besar  DAB = 90° siku-siku
c. Sifat-sifat trapesium
Secara  umum  dapat  dikatakan  bahwa  jumlah  sudut  yang berdekatan diantara dua sisi sejajar pada trapesium adalah 180°.
Trapesium sama kaki mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu 1
diagonal-diagonalnya sama panjang; 2
sudut-sudut alasnya sama besar; 3
dapat menempati bingkainya dengan dua cara. d.
Keliling dan luas trapesium Keliling  trapesium  ditentukan  dengan  cara  yang  sama  seperti
menentukan  keliling  bangun  datar  yang  lain,  yaitu  dengan menjumlahkan panjang sisi yang membatasi trapesium.
Luas trapesium ABCD = luas Δ ABD + luas Δ BCD = ½ × AD × FB + ½ × BC × DE
= ½ × AD × t + ½ BC × t = ½ × t × AD + BC
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.
Luas trapesium =
× �
� � ×
Gambar 2.9 Trapesium Siku-siku
43
C. Penelitian yang Relevan
Penelitian  tentang  pembelajaran  dengan  metode  pembelajaran  inkuiri pernah dilakukan oleh Mahrita Julia Hapsari 2011. Hasil penelitian tentang
upaya meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran matematika melalui  model  pembelajaran  inkuiri  terbimbing  menunjukkan  bahwa
pembelajaran  tersebut  efektif  digunakan  dalam  pembelajaran  matematika. Relevansi  penelitian  Mahrita  Julia  Hapsari  dengan  penelitian  ini  adalah
kesamaan menguji efektivitas metode pembelajaran inkuiri ditinjau dari sikap percaya diri siswa.
Penelitian Anggria Septiani, MS, Drs. Purwoko, M.Si dan Dra. Nyimas Aisyah, M.Pd 2012 tentang penerapan strategi Inquiry Based Learning dalam
pembelajaran  matematika  pada  siswa  kelas  VII  SMP  Negeri  45  Palembang menunjukkan  bahwa  rata-rata  hasil  belajar  yang  didapat  siswa  berkategori
baik.  Nilai  rata-rata  LKS  sesuai  langkah-langkah  strategi  Inquiry  Based Learning
adalah:  1 merumuskan masalah 90,13,  2 merumuskan hipotesis 73,75,  3  menguji  hipotesis  88,38,  3  kesimpulan  82,89.  Sehingga  dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi Inquiry Based Learning
dapat membuat hasil belajar lebih baik. Relevansi penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah kesamaan penggunaan beberapa langkah metode
pembelajaran  inkuiri  yaitu  merumuskan  masalah,  merumuskan  hipotesis, menguji hipotesis, dan membuat kesimpulan.
Penelitian  Ilma  Rizki  Nur  Afifah  2016  tentang  penerapan  metode penemuan terbimbing ditinjau dari prestasi belajar dan keaktifan siswa MAN
44
Yogyakarta menunjukkan bahwa: 1 pembelajaran matematika melalui metode penemuan  terbimbing  efektif,  2  pembelajaran  matematika  melalui  metode
ekspositori  efektif,  3  pembelajaran  metematika  melalui  metode  penemuan terbimbing  lebih  efektif  dibandingkan  dengan  pembelajaran  metematika
melalui  metode  ekspositori.  Adapun  jika  ditinjau  dari  keaktifan  siswa  MAN Yogyakarta  2  menunjukkan  bahwa:  4  pembelajaran  matematika  melalui
metode  penemuan  terbimbing  efektif,  5  pembelajaran  matematika  melalui metode ekspositori tidak efektif, 6 pembelajaran metematika melalui metode
penemuan  terbimbing  lebih  efektif  dibandingkan  dengan  pembelajaran metematika melalui metode ekspositori. Relevansi penelitian tersebut dengan
penelitian  ini  adalah  kesamaan  menguji  efektivitas  metode  pembelajaran penemuan ditinjau dari prestasi belajar.
Penelitian  Fanny  Efriana  2014  tentang  pendekatan  scientific  yang dipadukan dengan model discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas VII MTsN Palu Barat pada materi keliling dan luas daerah layang layang.  Relevansi  penelitian  tersebut  dengan  penilitian  ini  adalah  kesamaan
penerapan  pendekatan  saintifik.  Selain  itu  terdapat  kesamaan  pada  materi pembelajaran, yaitu layang-layang.
45
D. Kerangka Berpikir