9
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran Segiempat dengan metode pembelajaran inkuiri
inquiry learning dalam pendekatan saintifik efektif jika ditinjau dari prestasi belajar siswa SMP?
2. Apakah pembelajaran Segiempat dengan metode pembelajaran inkuiri
inquiry learning dalam pendekatan saintifik efektif jika ditinjau dari kepercayaan diri siswa SMP?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1.
Untuk mendeskripsikan keefektifan pembelajaran Segiempat dengan metode pembelajaran inkuiri inquiry learning dalam pendekatan
saintifik jika ditinjau dari prestasi belajar siswa SMP. 2.
Untuk mendeskripsikan keefektifan pembelajaran Segiempat dengan metode pembelajaran inkuiri inquiry learning dalam pendekatan
saintifik jika ditinjau dari kepercayaan diri siswa SMP.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
Membantu dalam memilih dan menentukan alternatif metode pembelajaran yang efektif digunakan saat pembelajaran Segiempat.
10
2. Bagi siswa
Meningkatkan kepercayaan diri siswa dan memberikan pengalaman belajar bagi siswa dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri
inquiry learning dalam pendekatan saintifik. 3.
Bagi peneliti Penelitian ini bermanfaat sebagai sarana untuk menambah wawasan
tentang pembelajaran di sekolah dan sebagai pengalaman dalam menerapkan metode pembelajaran inkuiri inquiry learning dalam
pendekatan saintifik.
11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan perubahan tingkah laku individu yang diperoleh dari pengalamannya. Pengalaman yang dimaksud adalah sesuatu yang
terjadi pada diri sendiri maupun orang lain Oemar Hamalik, 2010: 154. Sejalan dengan pendapat Oemar Hamalik, Muhibbin Syah 2011: 68
mengatakan belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu ke arah yang lebih baik, perubahan tersebut didapat dari
pengalamannya dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sedangkan menurut Trianto 2007: 17 belajar merupakan proses
dimana terjadi perubahan perilaku seseorang yang tadinya belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil
menjadi terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta dapat bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri.
Menurut Sadirman 2011: 26-27 tujuan belajar antara lain:
1
Untuk mendapatkan pengetahuan
2
Penanaman konsep dan keterampilan
3
Pembentukan sikap Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa menurut Muhibbin
Syah 2010: 129 dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 1
Faktor internal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi belajar siswa yang berasal dari dalam dirinya, faktor internal yang dimaksud
yaitu kondisi jasmani dan rohani siswa.
12
2 Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar siswa yang
dapat mempengaruhi belajar, faktor-faktor tersebut yaitu kondisi lingkungan disekitarnya.
3 Faktor pendekatan belajar merupakan upaya belajar dengan
menggunakaan model, strategi dan metode yang digunakan pada proses belajar untuk mempelajari materi-materi pelajaran.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebuah
perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah berubah ke arah yang lebih baik, perubahan tersebut didapat dari pengalaman sendiri maupun orang
lain, dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
2. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran adalah usaha sadar yang dilakukan oleh seorang guru untuk membelajarkan siswanya dengan maksud untuk mencapai tujuan
yang diharapkan Trianto, 2010: 17. Selanjutnya, Erman Suherman, dkk. 2001 : 8 menyatakan bahwa pembelajaran adalah usaha untuk mengatur
lingkungan agar program belajar bisa berkembang secara optimal. Darsono dkk 2000: 24-25 menyebutkan pembelajaran juga dapat
didefinisikan menggunakan beberapa pandangan, seperti: a.
Menurut aliran Behavioristik, pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan
lingkungan stimulus. b.
Menurut pandangan Kognitif, pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar dapat
mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari. c.
Menurut pandangan Gestalt, pembelajaran adalah usaha guru untuk memberikan materi pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa
lebih mudah mengorganisasikannya menjadi pola bermakna. d.
Menurut pandangan Humanistik, pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa sesuai dengan minat kemampuannya.
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pembelajaran merupakan proses interaksi siswa dengan guru dan
13
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar Depdiknas, 2003 : 7. Dengan demikian, pembelajaran melibatkan beberapa komponen penting yaitu
interaksi antara siswa dan guru, serta dengan lingkungannya. Ebbutt dan Straker Marsigit, 2012: 8 hakekat matematika sekolah
antara lain: 1 matematika adalah kegiatan penelusuran pola dan hubungan; 2 matematika adalah kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi, dan
penemuan; 3 matematika adalah kegiatan problem solving; dan 4 matematika adalah alat komunikasi. Dengan kata lain, pembelajaan
matematika di sini menekankan kegiatan siswa untuk melatih kemampuan berpikirnya sendiri.
Dari uraian yang telah disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika menekankan pada kegiatan siswa, sedangkan
guru hanya bersifat memfasilitasi siswa untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang mendukung proses matematisasi.
3. Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata “efektif” yang berarti adanya pengaruh yang dapat membawa hasil. Secara
ideal pembelajaran yang diharapkan adalah pembelajaran yang efektif. Efektivitas menekankan perbandingan antara rencana dan hasil atau realita.
Nana Sudjana
2004:35-37 mengungkapkan
bahwa suatu
pembelajaran efektif dapat ditinjau dari segi proses dan hasilnya. Prosesnya sesuai yang direncanakan dan hasilnya sesuai dengan kriteria yang
ditentukan. Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain
14
2002: 136 keefektifan mengacu pada hasil yang dicapai, sementara efisien berkenaan dengan proses pencapaian hasil.
Slavin 2006: 277 mengemukakan bahwa keefektifan pembelajaran ditentukan oleh 4 indikator, yaitu: 1 kualitas pembelajaran; 2 kesesuaian
tingkat pembelajaran; 3 intensif; dan 3 waktu. Kesesuain berarti sejauh mana guru memastikan tingkat kesiapan siswa untuk mempelajari materi
baru. Insentif berarti seberapa besar usaha guru memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas dan mempelajari materi.
Ukuran keefektifan dapat diketahui melalui skor tes. Kemp 1994: 298 mengemukakan, “evaluate effectiveness of an instructional program,
must recognize that there may be intangible outcome often expressed as
affective objectives”. Penilaian keefektifan program pengajaran dapat dilakukan meskipun terhadap hasil belajar yang diekspresikan sebagai objek
afektif. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang efektif diperlukan
syarat-syarat antara lain Slameto, 2003: 92: 1
Guru harus banyak menggunakan metode dalam belajar. 2
Guru mempertimbangkan perbedaan individual. 3
Guru selalu membuat perencanaan sebelum mengajar. 4
Guru harus menciptakan suasana yang demokratis. 5
Guru perlu memberikan masalah-maalah yang merangsang untuk berpikir.
6 Semua pelajaran yang diberikan perlu diintegrasikan sehingga memiliki
pengetahuan yang terintegritas. 7
Pelajaran yang diberikan di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata di masyarakat.
8 Dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberikan
kebebasan pada siswa, untuk dapat mengelidiki sendiri, mengamati sendiri, belajar sendiri, dan pemecahan masalah sendiri.
15
Menurut Hasibuan dan Moedjiono 2012: 43 guru yang efektif adalah mereka yang mampu membawa siswanya dengan berhasil mencapai tujuan
pembelajaran. Tolak ukur mengenai efektivitas mengajar adalah tercapainya tujuan dan hasil belajar yang tinggi. Ketercapainya tujuan dan hasil belajar
siswa dapat dilihat dari hasil tes prestasi yang dilaksanakan, dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal KKM.
Pembelajaran matematika yang efektif membutuhkan komitmen untuk mengembangkan pemahaman matematika siswa sehingga guru harus
mampu membuat pertanyaan dan rencana pembelajaran dengan desain pengalaman sehingga bisa merespon siswa untuk membangun pengetahuan
NCTM, 2002: 18. Masykur dan Abdul Halim Fathani 2007: 58 menyatakan bahwa pembelajaran matematika di sekolah dapat efektif dan
bermakna bagi siswa jika proses pembelajarannya memperhatikan konteks siswa.
Sejalan dengan penjelasan Masykur dan Abdul Halim Fathani, Nightingale dan O’Neil Killen, 2009: 4 menyatakan bahwa pembelajaran
matematika yang efektif memiliki karakteristik sebagai berikut: a.
Students are able to apply knowledge to solve problems. b.
Students are able to communicate their knowledge to others. c.
Students are able to perceive relationship between their existing knowlegde and the new things they are learning.
d. Students retain newly acquired knowledge for a long time.
e. Students are able to discover or create new knowlegde for themselves.
f.
Students want to learn more. Karakteristik di atas dapat diartikan sebagai berikut.
a. Siswa mampu mengaplikasikan pengetahuannya untuk menyelesaikan
suatu masalah.
16
b. Siswa mampu mengomunikasikan pengetahuannya kepada orang lain.
c. Siswa mampu menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki
dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. d.
Siswa mampu mempertahankan pengetahuan yang baru diperoleh dalam jangka waktu yang lama.
e. Siswa mampu menemukan atau menciptakan pengetahuan baru bagi
dirinya. f.
Siswa memiliki keinginan untuk belajar lebih banyak. Bell 1978: 379 mengemukakan bahwa agar dapat mengajar
matematika secara efektif, guru harus dapat melakukan beberapa langkah berikut ini:
a Mengevaluasi dan menggunakan buku pelajaran matematika.
b Memilih dan menggunakan sumber pengajaranpembelajaran.
c Memberi dan mengevaluasi pekerjaan rumah siswa.
d Mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
e Mengembangkan strategi bertanya yang baik.
f Menjaga kedisiplinan di dalam kelas.
g Mengetes, mengevaluasi dan menilai siswa dan mengevaluasi dirinya
sendiri sebagai guru. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
keefektifan pembelajaran
matematika adalah
tercapainya tujuan
pembelajaran yang ditetapkan dengan kualitas pembelajaran yang baik, sesuai tingkat pembelajaran yang dapat diukur berdasarkan kriteria yang
telah ditentukan. Pada penelitian ini, pembelajaran matematika dengan metode
pembelajaran inkuiri dalam pendekatan saintifik dikatakan efektif ditinjau dari prestasi belajar apabila nilai rata-rata posttest lebih dari nilai rata-rata
pretest dan persentase nilai siswa yang mencapai minimal 75 lebih dari
75. Sedangkan apabila ditinjau dari sikap percaya diri dikatakan efektif apabila rata-rata skor angket akhir lebih dari rata-rata skor angket awal dan
17
persentase skor angket siswa yang mencapai kategori minimal Baik lebih dari 75.
4. Metode Pembelajaran Inkuiri
Inquiry berasal dari kata “to inquire” yang berarti ikut serta atau
terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan Nunuk Suryani, dkk, 2012: 119. Sejalan dengan
pendapat Nunuk Suryani, Kourilsky Oemar Hamalik, 2001: 220 berpendapat bahwa pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi
yang berpusat pada siswa dimana kelompok siswa inquiry ke dalam suatu isu atau mencari jawaban-jawaban terhadap isi struktural kelompok.
Metode inkuiri bertujuan untuk mengorganisasikan pengetahuan yang dimiliki siswa sebagai fondasi yang kuat berdasarkan konsep metode ilmiah.
Metode ini berusaha untuk mengajarkan berbagai keterampilan dan bahasa ilmiah Bruce dan Well, dalam M. Hosnan, 2014: 345.
Seperti dikemukakan M. Hosnan 2014: 347, pengaruh metode pembelajaran inkuiri yaitu: 1 keterampilan proses mengamati,
mengumpulkan, mengorganisasikan data; mengidentifikasi dan mengontrol variabel; merumuskan dan menguji hipotesis dan menjelaskan; menarik
kesimpulan; 2 keaktifan siswa belajar secara mandiri; 3 keterampilan dalam mengungkapkan pendapat secara verbal; 4 sifat toleransi terhadap
keberagaman pendapat dan tekun; 5 memiliki logika berpikir; dan 6 kesadaran bahwa pengetahuan tentatif.
18
Menurut Nunuk Suryani, dkk 2012: 119, ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri, yaitu:
1 Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal
untuk mencari dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
2 Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri self-belief.
3 Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya
dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Sedangkan menurut M. Hosnan 2014: 341, prinsip-prinsip pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:
1 Berorientasi pada pengembangan intelektual. Tujuan utamanya adalah
pengembangan kemampuan berpikir, selain berorientasi kepada hasil belajar, juga berorientasi pada proses belajar.
2 Prinsip interaksi. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses
interaksi, baik interaksi antara peserta didik maupun interaksi peserta didik dengan pendidik, bahkan interaksi antara peserta didik dengan
lingkungan.
3 Prinsip bertanya. Peran pendidik dalam menggunakan strategi ini
adalah pendidik sebagai penanya, sebab kemampuan peserta didik untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan
sebagian dari proses berpikir.
4 Prinsip belajar untuk berpikir. Belajar berpikir adalah pemanfaatan dan
penggunaan otak secara maksimal. 5
Prinsip keterbukaan. Tugas pendidik adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan
hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.
Oemar Hamalik 2001: 219 berpendapat bahwa di dalam inkuiri, seseorang bertindak sebagai seorang ilmuan scientist, melakukan
eksperimen, dan mampu melakukan proses mental berinkuiri sebagai berikut:
19
a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alami.
b. Merumuskan masalah-masalah.
c. Merumuskan hipotesis-hipotesis.
d. Merancang pendekatan investigatif yang meliputi eksperimen.
e. Melaksanakan eksperimen.
f. Mensintesiskan pengetahuan.
g. Memiliki sikap ilmiah, antara lain objektif, ingin tahu, keterbukaan,
menginginkan dan menghormati model-model teoritis, serta bertanggung jawab.
Wina Sanjaya 2008, dalam Nunuk Suryani dan Leo Agung, 2012: 120-121 menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut: 1.
Orientasi Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau
iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:
a. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat
dicapai oleh siswa. b.
Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-
langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.
c. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini
dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa. 2.
Merumuskan masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah
20
persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa
didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu
melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses
berpikir. 3.
Merumuskan hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan
kemampuan menebak berhipotesis pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk
dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan
yang dikaji. 4.
Mengumpulkan data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental
yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam
21
belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
5. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang
diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
6. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai
kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Berdasarkan beberapa pendapat dan penjelasan tentang metode pembelajaran inkuiri, didapatkan kelebihan dan kekurangan metode
pembelajaran inkuiri. Pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang banyak dianjurkan, karena strategi ini memiliki beberapa kelebihan,
diantaranya sebagai berikut M. Hosnan, 2014: 344. 1.
Menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran inkuiri dianggap
lebih bermakna. 2.
Dapat memberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
3. Merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan
psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
22
4. Dapat melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki kemampuan di
atas rata-rata. Artinya, peserta didik memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh peserta didik yang lemah dalam
belajar.
Disamping memiliki
kelebihan, pembelajaran
inkuiri juga
mempunyai kekurangan, diantaranya sebagai berikut M. Hosnan, 2014: 344.
1. Jika strategi ini digunakan sebagai pembelajaran, maka akan sulit
mengontrol kegiatan dan keberhasilan peserta didik. 2.
Pembelajaran inkuiri sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan peserta didik dalam belajar.
3. Kadang-kadang dalam mengimplementasika-nya memerlukan waktu
yang panjang sehingga sering pendidik sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan
peserta didik menguasai materi pelajaran, maka pembelajaran inkuiri ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap pendidik.
Dari uraian yang telah disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran inkuiri menekankan pada kegiatan siswa,
menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran inkuiri dianggap lebih bermakna,
seta memberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar.
5. Pendekatan Saintifik
Implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
23
Pendekatan Saintifik adalah pendekatan yang berorientasi pada kegiatan yang diawali dengan mengamati sesuatu, dilanjutkan dengan
membuat hipotesis, mencari tahu kebenaran hipotesis, dan diakhiri dengan kesimpulan Kazelik dan Pearson, 2009. Metode saintifik sangat relevan
dengan tiga teori belajar, yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky M. Hosnan, 2014: 35.
Pendekatan saintifik memiliki karakteristik yang membedakan dengan pendekatan yang lain. Hosnan 2014: 36 berpendapat bahwa
pendekatan saintifik memiliki karakter sebagai berikut: a.
Berpusat pada siswa. b.
Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
c. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
d. Dapat mengembangkan karakter siswa.
Berdasarkan karakteristik di atas, pendekatan Saintifik merujuk pada teknik investigasi atas fenomena, memperoleh pengetahuan baru, dan
memadukan pengetahuan sebelumya. Menurut Panhuizen 2005: 36 dalam pelaksanaan pendekatan Saintifik, guru membimbing siswa saat diskusi dan
aktivitas belajar, melayani siswa dalam memahami masalah, dan pemahaman lebih lanjut pada pengetahuan formal berupa sistem dan simbol
matematika. Kurnik 2008 menyebutkan, hal yang perlu diperhatikan dalam pendekatan saintifik adalah sebagai berikut:
a. Guru mengenalkan fakta-fakta dan bentuk dari kejadian matematika
yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari untuk proses berpikir. b.
Guru menyiapkan masalah yang akan dipecahkan menggunakan langkah dan prosedur saintifik.
24
c. Siswa dibiasakan untuk menganalisis, mensintesis, berpikir abstrak,
menggeneralisasi, menspesifikasi, dan mengobservasi. d.
Menggunakan soal pemecahan masalah. e.
Menggunakan metode induksi yaitu dari hal yang mudah ke susah, simpel ke kompleks, dan menjabarkan teorema baru.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang membuat
siswa memiliki kemampuan dan pengetahuan baru melalui tahapan mengamati, mengumpulkan data, menganalisis data, mengasosiasi, dan
mengomunikasikan konsep. Menurut Yunus Abidin 2014: 141, ada empat tahapan dalam
saintifik proses. Keempat tahapan tersebut adalah sebagai berikut: a.
Identifikasi masalah Pembelajaran hendaknya diawali dengan sejumlah masalah baik
masalah yang disajikan guru dan yang lebih baik lagi adalah masalah yang dirumuskan oleh siswa sendiri. Pertanyaan rumusan masalah
yang dibuat siswa merupakan pertanyaan pemandu pembelajaran yang harus siswa dapatkan jawabannya setelah selesai melaksanakan seluruh
rangkaian pembelajaran. b.
Membuat hipotesis Berdasarkan langkah kerja penelitian ini, dalam konteks model
pembelajaran siswa harus menggunakan penalarannya baik secara induktif maupun deduktif untuk mampu merumuskan jawaban
sementara atas pertanyaan yang diajukan.
25
c. Mengumpulkan dan menganalisis data
Kegiatan pengumpulan data dapat dilakukan baik secara eksperimen maupun studi lainnya. Hasil pengumpulan data tersebut selanjutnya
diolah guna dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian ataupun untuk membuktikan hipotesis.
d. Menginterpretasi data dan membuat kesimpulan
Kegiatan interpretasi merupakan aktivitas yang dilakukan siswa untuk memaknai hasil penelitian sederhana yang telah dilakukannya. Hasil
interpretasi adalah simpulan yang dibuat oleh siswa dan selanjutnya menjadi pengetahuan yang benar-benar dikonstruksi oleh siswa sendiri
sehingga diyakini akan meningkatkan tingkat retensi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang diperoleh siswa melalui kegiatan
menyimak penjelasan guru. Selanjutnya, terdapat beberapa prinsip pembelajaran dengan
pendekatan saintifik, yaitu Hosnan: 37: 1
Pembelajaran berpusat pada siswa. 2
Pembelajaran membentuk students self concept. 3
Pembelajaran terhindar dari verbalisme. 4
Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.
5 Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir
siswa. 6
Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.
7 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan
dalam komunikasi. 8
Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
26
Kurnik 2008: 429 menjelaskan bahwa untuk mewujudkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik diperlukan langkah-langkah
sebagai berikut: 1
Siswa dikenalkan objek nyata dan hubungan konsep dengan kehidupan nyata.
2 Siswa mengamati sesuatu secara umum dari suatu objek untuk
mendapatkan ide dari konsep. 3
Mengumpulkan informasi dan mencari karakteristik suatu objek, memformulasikan dan mengumpulkan konsep-konsep.
4 Menganalisis dari informasi yang telah dikumpulkan dengan
mengabstraksi objek nyata untuk digeneralisasi. 5
Mengimplementasikan konsep dengan menemukan contoh lain dalam kehidupan sehari-hari dari konsep yang ditemukan.
Dalam Permendikbud nomor 81 A tahun 2013 lampiran IV dan Permendikbud nomor 103 tahun 2014, pendekatan saintifik pada kurikulum
2013 yang diterapkan di Indonesia dijabarkan langkah-langkah pembelajaran tersebut menjadi lima, yaitu:
a. Mengamati
Kegiatan belajar mengamati meliputi membaca, mendengar, menyimak, melihat tanpa atau dengan alat. Kompetensi yang
dikembangkan dalam
kegiatan mengamati
adalah melatih
kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi. Dalam hal ini guru perlu memfasilitasi siswa agar kegiatan pengamatan menjadi
berkualitas. b.
Menanya Kegiatan belajar ini meliputi mengajukan pertanyaan tentang informasi
yang dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati.
27
Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk
membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. Dalam kegiatan ini guru mengarahkan siswa untuk
membuat pertanyaan mulai dari pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan
fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. c.
Mengumpulkan informasieksperimen Kegiatan-kegiatan yang terdapat pada langkah mengumpulkan
informasi atau eksperimen, yaitu 1 melakukan eksperimen; 2 membaca sumber lain selain buku teks; 3 mengamati objekkejadian;
4 aktivitas; 5 wawancara dengan narasumber. Kompetensi yang dikembangkan dalam kegiatan ini adalah sikap teliti, jujur, sopan,
menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai
cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
d. Mengasosiasikanmengolah informasi
Siswa mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkaneksperimen mau pun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan
dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat
28
mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kompetensi yang
dikembangkan yaitu sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif
serta deduktif dalam menyimpulkan. e.
Mengomunikasikan Kegiatan belajar ini meliputi menyampaikan hasil pengamatan,
kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kompetensi yang dikembangkan yaitu sikap jujur, teliti,
toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa
yang baik dan benar. Berdasarkan beberapa pendapat dan penjelasan tentang pendekatan
saintifik, didapatkan kelebihan dan kekurangan pendekatan saintifik. Yunus Abidin 2014: 125-129 telah menjabarkan kelebihan pendekatan saintifik
sebagai berikut: a.
Memandu siswa untuk memecahkan masalah melalui kegiatan perencanaan yang matang, pengumpulan data, analisis data untuk
menghasilkan kesimpulan. b.
Menuntun siswa berpikir sistematis, kritis, kreatif, melakukan aktivitas penelitian dan membangun konseptualisasi pengetahuan.
c. Membina kepekaan siswa terhadap problematika yang terjadi di
lingkungannya. d.
Membiasakan siswa menanggung risiko pembelajaran. e.
Membina kemampuan siswa dalam berargumentasi dan berkomunikasi. f.
Mengembangkan karakter siswa. Selain kelebihan, pendekatan saintifik juga memiliki kekurangan
seperti yang dijabarkan oleh Hosnan 2014, yaitu:
29
a. Bantuan guru berkurang sehingga guru jarang menjelaskan.
b. Dapat menghambat laju pembelajaran yang menyita waktu
pembelajaran. c.
Kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen akan berakibat pada kesalahan penyimpulan.
d. Apabila minat siswa kurang terhadap materi dan tidak berkonsentrasi
atau memecah perhatian peserta dapat menyebabkan pengajaran yang dilakukan tidak efektif.
Berdasarkan definisi yang telah dijelaskan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran
yang menuntut siswa untuk aktif dalam menemukan konsep, prinsip, atau hukum melalui proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
6. Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Pendekatan Saintifik
Pembelajaran matematika dengan metode pembelajaran inkuiri dalam pendekatan saintifik menekankan pada suatu pembelajaran
matematika melalui tahap-tahap saintifik yang dilakukan secara berkelompok sehingga di akhir pembelajaran siswa mampu menemukan
konsep, prinsip atau hukum matematika tertentu. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya langkah pendekatan
saintifik berdasarkan Permendikbud nomor 81 A tahun 2013 lampiran IV dan Permendikbud nomor 103 tahun 2014 adalah :
a Mengamati
b Menanya
c Mengumpulkan informasi
d Mengasosiasi
e Mengomunikasikan
30
Di lain pihak, langkah pembelajaran dengan metode pembelajaran inkuiri yang dijelaskan sebelumnya terdiri atas:
a. Orientasi
b. Merumuskan masalah
c. Merumuskan hipotesis
d. Mengumpulkan data
e. Menguji hipotsis
f. Merumuskan kesimpulan
Maka langkah
pembelajaran matematika
dengan metode
pembelajaran inkuiri dalam pendekatan saintifik disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 2.1 Langkah Pembelajaran Inkuiri dalam Pendekatan Saintifik
No Pendekatan
Saintifik Metode Inkuiri
Keterangan
1 Mengamati
Orientasi Pengondisian kelas,
memberikan apersepsi pada siswa,
memberikan motivasi dan tujuan
pembelajaran.
Menemukan masalah
Siswa mengamati masalah yang
diberikan guru dalam LKS.
2 Menanya
Merumuskan hipotesis
Siswa membuat pertanyaan terkait
hasil pengamatan yang akan dikerjakan siswa
secara berkelompok.
3 Mengumpulkan
informasi Mengumpulkan
data Data yang telah
dikumpulkan kemudian
diasosiasikan dengan hasil temuan-temuan
31
No Pendekatan
Saintifik Metode Inkuiri
Keterangan
dari informasi yang telah didapat
sebelumnya.
4 Mengasosiasi
Menguji hipotesis Siswa menguji apakah hipotesis yang
ditemukan benar atau salah.
5 Mengomunikasikan
Merumuskan kesimpulan
Siswa dapat menyimpulkan hasil
akhir dari hasil pengujian hipotesis,
kemudian siswa mengomunikasikannya
melalui presentasi di depan kelas.
7. Prestasi Belajar
Pengertian prestasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan hasil yang dicapai dari sesuatu yang telah dikerjakan atau
lakukan. Sedangkan prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan atau ketrampilan melalui mata pelajaran, yang biasanya ditunjukkan dengan
nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh gurunya. Nana Sudjana 2001: 22 menyebutkan prestasi merupakan hasil dari
sebuah kegiatan yang dilakukan untuk diciptakan dengan keuletan kerja baik secara individu maupun kelompok. Sedangkan M. Uzer Usman 2002:
34 mengatakan bahwa proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai.
Muj is dan Reynolds 2005: 232 menyebutkan bahwa, “achievement
test measure pupils performance in a particular school subject or topic at a
32
given time ”. Tes prestasi belajar yang dilaksanakan bertujuan untuk
mengetahui kinerja siswa pada suatu mata pelajaran dalam waktu tertentu. Pada dasarnya prestasi belajar matematika diperoleh melalui seluruh
proses pembelajaran. Prestasi belajar metematika juga dapat dikatakan sebagai cerminan dari hasil upaya yang telah dilakukan selama proses
pembelajaran. Prestasi belajar matematika dapat diukur dengan menggunakan tes yang berupa soal matematika.
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes prestasi belajar atau achievement test
, yaitu tes yang mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa setelah mengikuti suatu pembelajaran Reynolds, dkk., 2010.
Prestasi belajar dalam penelitian ini penguasaan pengetahuan atau ketrampilan melalui materi bangun datar segiempat dan proses
pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai.
8. Percaya Diri
Kepercayaan diri merupakan keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga dalam tindakan-tindakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas
untuk melakukan hal-hal yang sesuai keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki
dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri Lauster, 2002: 4.
Selanjutnya, Yusuf Al-Uqshari 2005: 9 menyampaikan bahwa self- confidence
adalah keyakinan seorang individu akan kemampuan yang
33
dimiliki sehingga merasa puas dengan keadaannya. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri akan memiliki sikap positif yang didasari oleh
kemampuannya. Sikap positif ini membantu mereka dalam menghadapi permasalahan yang menimpa mereka.
Lauster Nur Gufron dan Rini R. S, 2010: 35-36 menyebutkan aspek-aspek kepercayaan diri sebagai berikut:
1. Keyakinan kemampuan diri
Keyakinan kemampuan diri adalah sikap positif seseorang tentang dirinya. Seseorang benar-benar mampu dengan apa yang dilakukannya.
2. Optimis
Optimis merupakan sikap positif yang ada pada seseorang, selalu berpandangan positif dalam menghadapi segala hal tentang dirinya.
3. Objektif
Seseorang yang memandang sesuatu atau permasalahan bukan menurut dirinya sendiri akan tetapi sesuai kebenaran semestinya.
4. Bertanggung jawab
Tanggung jawab seseorang terhadap sesuatu hal merupakan segala sesuatu
yang ditanggung
seseorang yang
telah menjadi
konsekuensinya. 5.
Rasional dan Realistis Rasional dan realistis adalah pemikiran yang digunakan untuk
menganalisis sesuatu hal, suatu kejadian dan suatu masalah dimana
34
pemikiran tersebut dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.
Ignoffo Megawati, 2010: 3 menyebutkan bahwa terdapat beberapa karakteristik yang menggambarkan individu yang memiliki kepercayaan
diri, yaitu: a.
Memiliki cara pandang yang positif terhadap diri. b.
Yakin dengan kemampuan yang dimiliki. c.
Melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dipikirkan. d.
Berpikir positif dalam kehidupan. e.
Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan. f.
Memiliki potensi dan kemampuan.
B. Tinjauan Materi
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, salah satu pokok bahasan pada mata pelajaran matematika kelas VII semester
genap adalah Segiempat. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar materi Segiempat adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Materi Segiempat Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
3. Memahami pengetahuan
faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
3.6 Memahami konsep segitiga dan segiempat serta menentukan
ukurannya.
Berdasarkan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di atas, peneliti hanya mengambil materi Segiempat. Materi Segiempat mencakup beberapa
pembahasan sebagai berikut.
35
1. Persegi Panjang
a. Pengertian persegi panjang
Persegi panjang adalah jajargenjang yang salah satu sudutnya siku- siku.
b. Sifat-sifat persegi panjang
i Sisi-sisi yang berhadapan dari suatu persegi panjang adalah
sama panjang dan sejajar. ii
Diagonal-diagonal dari suatu persegi panjang adalah sama panjang dan saling membagi dua sama besar.
iii Setiap sudut persegi panjang adalah sama besar dan merupakan
sudut siku-siku 90°. iv
Dapat menempati bingkainya kembali dengan empat cara. c.
Keliling dan luas persegi panjang Keliling suatu bangun datar adalah jumlah
semua panjang sisi-sisinya. Tampak bahwa panjang KL = NM = 5 satuan
panjang dan LM = KN = 3 satuan panjang. Keliling KLMN = KL + LM + MN + NK
= 5 + 3 + 5 +3satuan panjang = 16 satuan panjang
Selanjutnya, garis KL disebut panjang p dan KN disebut lebar l. Secara umum dapat disimpulkan bahwa keliling persegi panjang
dengan panjang p dan lebar l adalah
K = 2 p + l
Gambar 2.1 Persegi Panjang KLMN
36
Luas persegi panjang adalah luas daerah yang dibatasi oleh sisi- sisinya.
Luas persegi panjang KLMN = KL × LM = 5 × 3 satuan luas
= 15 satuan luas Jadi, luas persegi panjang dengan panjang p dan lebar l adalah
2. Persegi
a. Pengertian persegi
Persegi adalah persegi panjang yang sepasang sisinya yang berdekatan saling kongruen.
b. Sifat-sifat persegi
i Semua sifat persegi panjang meupakan sifat persegi.
ii Suatu persegi dapat menempati bingkainya dengan delapan
cara. iii
Semua sisi persegi adalah sama panjang. iv
Sudut-sudut suatu persegi dibagi dua sama besar oleh diagonal- diagonalnya.
v Diagonal-diagonal persegi saling berpotongan sama panjang
membentuk sudut siku-siku. c.
Keliling dan luas persegi Keliling KLMN
= KL + LM + MN + NK = 4 + 4 + 4 + 4 satuan panjang
L = p
× l
Gambar 2.2 Persegi KLMN
37
= 16 satuan panjang Selanjutnya, panjang KL = LM = MN = NK
disebut sisi s. Jadi, secara umum keliling persegi dengan panjang sisi s adalah
Luas persegi KLMN = KL × LM = 4 × 4 satuan luas
= 16 satuan luas Jadi, luas persegi dengan panjang sisi s adalah
3. Jajargenjang
a. Pengertian Jajargenjang
Jajargenjang adalah segiempat yang kedua pasang sisi berhadapan saling
sejajar. b.
Sifat-sifat jajargenjang i
Pada setiap jajargenjang sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar.
ii Pada setiap jajargenjang sudut-sudut yang berhadapan sama
besar. iii
Jumlah pasangan sudut yang saling berdekatan pada setiap jajargenjang adalah 180°.
= � ×
= × =
Gambar 2.3 Jajargenjang
38
iv Pada setiap jajargenjang kedua diagonalnya saling membagi
dua sama panjang. c.
Keliling dan luas jajargenjang Pada gambar di samping, keliling
jajargenjang KLMN = KL + LM + MN + KN
= KL + LM + KL + LM = 2KL + LM
Luas jajargenjang adalah luas daerah yang dibatasi oleh sisi- sisinya. Alas jajargenjang merupakan salah satu sisi jajargenjang,
sedangkan tinggi jajargenjang tegak lurus dengan alas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa jajargenjang yang mempunyai alas a dan tinggi
t , luasnya L adalah
4. Belah Ketupat
a. Pengertian belah ketupat
Belah ketupat adalah jajargenjang yang sepasang sisi yang berdekatan saling
kongruen. b.
Sifat-sifat belah ketupat i
Semua sisi belah ketupat sama panjang ii
Kedua diagonal pada belah ketupat merupakan sumbu simetri
L = a
× t
Gambar 2.4 Jajargenjang KLMN
Gambar 2.5 Belah Ketupat ABCD
39
iii Kedua diagonal belah ketupat saling membagi dua sama
panjang dan saling berpotongan tegak lurus iv
Pada setiap belah ketupat sudut-sudut yang berhadapan sama besar dan dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya.
c. Keliling dan luas belah ketupat
Keliling belah ketupat yang mempunyai panjang sisi s adalah Keliling
= � + � + � + � = 4�
Luas belah ketupat = luas Δ ABC + luas Δ ADC =
× × �
+ ×
× � =
× × � + �
= ×
× =
× ���� �� × ���� �� Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa luas belah ketupat dengan
diagonal-diagonalnya d
1
dan d
2
adalah
5. Layang-layang
a. Pengertian layang-layang
Layang-layang adalah segiempat yang salah satu diagonalnya berhimpit dengan sumbu diagonal yang lain.
b. Sifat-sifat layang-layang
i Masing-masing sepasang sisinya sama panjang.
ii Sepasang sudut yang berhadapan sama besar.
K =
� ×
L = ×
×
40
iii Salah satu diagonalnya merupakan sumbu simetri.
iv salah satu diagonal layang-layang membagi diagonal lainnya
menjadi dua bagian sama panjang dan kedua diagonal itu saling tegak lurus.
c. Keliling dan luas layang-layang
Keliling layang-layang yang mempunyai panjang sisi x dan y adalah
Keliling = + + +
= 2 + 2 = 2 +
Jadi, keliling layang-layang dengan panjang sisi x dan y adalah
Luas layang- layang = luas Δ ABC + luas Δ ADC
= ×
× � +
× × �
= ×
× � + � =
× ×
= × ���� �� × ���� ��
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa luas layang-layang dengan diagonal-diagonalnya d
1
dan d
2
adalah
K = +
L = ×
× Gambar 2.6 Layang-layang
ABCD
41
6. Trapesium
a. Pengertian trapesium
Trapesium adalah bangun segiempat yang tepat sepasang sisi yang berhadapan saling sejajar.
b. Jenis-jenis trapesium
Secara umum ada tiga jenis trapesium sebagai berikut. i
Trapesium sebarang Trapesium sebarang adalah trapesium
yang keempat sisinya tidak sama panjang.
Pada gambar di samping, AB DC, sedangkan masing-masing sisi yang
membentuknya, yaitu AB, BC, CD, dan AD tidak sama panjang.
ii Trapesium sama kaki
Trapesium sama kaki adalah trapesium yang mempunyai sepasang sisi yang
sama panjang, disamping mempunyai sepasang sisi yang sejajar. Pada gambar
di samping, AB DC dan AD = BC.
Gambar 2.7 Trapesium Sebarang
Gambar 2.8 Trapesium Sama kaki
42
iii Trapesium siku-siku
Trapesium siku-siku adalah trapesium yang salah satu sudutnya merupakan
sudut siku-siku 90°. Pada gambar di samping, selain AB DC, juga tampak
bahwa besar DAB = 90° siku-siku
c. Sifat-sifat trapesium
Secara umum dapat dikatakan bahwa jumlah sudut yang berdekatan diantara dua sisi sejajar pada trapesium adalah 180°.
Trapesium sama kaki mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu 1
diagonal-diagonalnya sama panjang; 2
sudut-sudut alasnya sama besar; 3
dapat menempati bingkainya dengan dua cara. d.
Keliling dan luas trapesium Keliling trapesium ditentukan dengan cara yang sama seperti
menentukan keliling bangun datar yang lain, yaitu dengan menjumlahkan panjang sisi yang membatasi trapesium.
Luas trapesium ABCD = luas Δ ABD + luas Δ BCD = ½ × AD × FB + ½ × BC × DE
= ½ × AD × t + ½ BC × t = ½ × t × AD + BC
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.
Luas trapesium =
× �
� � ×
Gambar 2.9 Trapesium Siku-siku
43
C. Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang pembelajaran dengan metode pembelajaran inkuiri pernah dilakukan oleh Mahrita Julia Hapsari 2011. Hasil penelitian tentang
upaya meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing menunjukkan bahwa
pembelajaran tersebut efektif digunakan dalam pembelajaran matematika. Relevansi penelitian Mahrita Julia Hapsari dengan penelitian ini adalah
kesamaan menguji efektivitas metode pembelajaran inkuiri ditinjau dari sikap percaya diri siswa.
Penelitian Anggria Septiani, MS, Drs. Purwoko, M.Si dan Dra. Nyimas Aisyah, M.Pd 2012 tentang penerapan strategi Inquiry Based Learning dalam
pembelajaran matematika pada siswa kelas VII SMP Negeri 45 Palembang menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar yang didapat siswa berkategori
baik. Nilai rata-rata LKS sesuai langkah-langkah strategi Inquiry Based Learning
adalah: 1 merumuskan masalah 90,13, 2 merumuskan hipotesis 73,75, 3 menguji hipotesis 88,38, 3 kesimpulan 82,89. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi Inquiry Based Learning
dapat membuat hasil belajar lebih baik. Relevansi penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah kesamaan penggunaan beberapa langkah metode
pembelajaran inkuiri yaitu merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, menguji hipotesis, dan membuat kesimpulan.
Penelitian Ilma Rizki Nur Afifah 2016 tentang penerapan metode penemuan terbimbing ditinjau dari prestasi belajar dan keaktifan siswa MAN
44
Yogyakarta menunjukkan bahwa: 1 pembelajaran matematika melalui metode penemuan terbimbing efektif, 2 pembelajaran matematika melalui metode
ekspositori efektif, 3 pembelajaran metematika melalui metode penemuan terbimbing lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran metematika
melalui metode ekspositori. Adapun jika ditinjau dari keaktifan siswa MAN Yogyakarta 2 menunjukkan bahwa: 4 pembelajaran matematika melalui
metode penemuan terbimbing efektif, 5 pembelajaran matematika melalui metode ekspositori tidak efektif, 6 pembelajaran metematika melalui metode
penemuan terbimbing lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran metematika melalui metode ekspositori. Relevansi penelitian tersebut dengan
penelitian ini adalah kesamaan menguji efektivitas metode pembelajaran penemuan ditinjau dari prestasi belajar.
Penelitian Fanny Efriana 2014 tentang pendekatan scientific yang dipadukan dengan model discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas VII MTsN Palu Barat pada materi keliling dan luas daerah layang layang. Relevansi penelitian tersebut dengan penilitian ini adalah kesamaan
penerapan pendekatan saintifik. Selain itu terdapat kesamaan pada materi pembelajaran, yaitu layang-layang.
45
D. Kerangka Berpikir